BAHAN AJAR
Teori Genetika Mendel, Interaksi Pasangan Alel dan Alel Ganda
I Nyoman Ardika
Laboratorium Genetika dan Pemuliaan
Ternak
Program Studi Peternakan
Universitas Udayana
DENPASAR
PRAKATA
Mata
kuliah Genetika merupakan salah satu mata kuliah wajib untuk mahasiswa Program
Studi Peternakan, Universitas Udayana didalam menempuh jenjang pendidikan
kesarjanaan. Mata kuliah Genetika juga
merupakan mata kuliah prasyarat untuk mata kuliah Ilmu pemuliaan ternak.
Bahan
Ajar Genetika ini merupakan bagian dari mata kuliah Genetika yang memuat
tentang: 1). Teori Genetika Mendel (meliputi Mendel‘s Principle of Genetic Segregation dan Prinsiple of independent assortment), 2). Interaksi Pasangan Alel dan 3). Alel Ganda.
Penyajian
Bahan Ajar ini masih dirasakan jauh dari sempurna. Oleh karena itu koreksi, komentar dan saran
demi perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini dengan segala kerendahan hati dan
tangan terbuka sangat penulis nantikan.
Semoga Bahan Ajar ini bermanfaat khususnya untuk mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Genetika.
Denpasar,
Penulis
Ir.
I Nyoman Ardika,MSi
DAFTAR ISI
Halaman
Prakata
………………………………………………………. 2
Daftar
isi …………………………………………………….. 3
Teori
Genetika Mendel …………………………………….. 4
Interaksi
Pasangan Alel ……………………………..………. 14
Alel
Ganda ………………………………………………….. 18
Daftar
Pustaka ……………………………………………… 24
Contoh
Soal ………………………………………………… 25
TEORI
GENETIKA MENDEL
Pendekatan Mendel Dalam Analisis Genetik
Prinsip genetika berawal dari
percobaan yang dilakukan oleh seorang rahib berkebangsaan Austria, Gregor Johan Mendel pada abad ke-19. Mendel mempublikasikan hasil karyanya pada
tahun 1866 dalam sebuah paper yang berjudul Experiment
in Plant Hybridization.
Mendel berhasil mendisain suatu
percobaan secara klasik serta mampu menginterpretasikan hasil karyanya. Teori yang dikemukakan Mendel adalah
faktor-faktor genetik yang disebut gen yang diwariskan dari generasi ke
generasi berikutnya. Dalam percobaannya
Mendel mengamati suatu sifat tertentu yang tersembunyi pada keturunannya , faktor
yang diekspresikan oleh sifat tersebut tidak rusak, dan sifat yang sama akan
muncul kembali tanpa ada perubahan pada generasi berikutnya.
Mendel berhasil mengembangkan hukum
dasar pewarisan suatu sifat dengan beberapa alasan. Pertama adalah jenis disain percobaannya
mudah dimengerti yang mampu menjawab pewarisan suatu sifat.
Mendel memilih bekerja pada sebidang
tanah di kebun dengan menggunakan tanaman ercis (Pisum sativum) sebab; 1) memiliki sifat yang mudah dikenal dan
bentuknya nampak kontras, 2) sangat memungkinkan mengontrol
persilangannya. Mendel dengan tepat
dapat mengidentifikasi sifat genetik pada masing-masing tanaman. Ia membatasi analisis pada tujuh sifat yang
berbeda, masing-masing sifat diekpresikan dalam bentuk berpasangan yang
kontras. Ketujuh sifat tersebut tertera
pada table 1.
Mendel dapat mengontrol secara penuh
jenis tanaman yang dikawinkannya.
Tanaman ercis secara alami menyerbuk sendiri, tetapi dipaksa
dicrosspolinasi jika bunga jantan dipisahkan dan bunga betina kemudian ditaburi
dengan serbuk sari dari bunga lainnya.
Dengan teknik yang sama, Mendel mengulang perkawinan setiap sifat pada
tamanan sampai mendapatkan tanaman yang murni (True breeding lines),
selanjutnya Mendel mengatur perkawinan pada sifat diatas pada percobaannya.
Alasan kedua, Mendel mampu bekerja
dalam jumlah yang banyak dan mengenal hubungan kunatitatif, sebab Ia mampu
menginterpretasikan hasil percobaannya dengan menggunakan model matematika yang
beraplikasi langsung pada bidang biologi, bahkan Mendel mengetahui tentang
dasar fisik pewarisan suatu sifat.
Kenyataannya pada saat tersebut sangat sedikit yang tahu tentang proses
pembelahan sel dan struktur sub seluler, seperti kromosom.
Baru 34 tahun kemudian karya Mendel
dibaca kembali dan menjadi bahan refrensi oleh para ahli yang bekerja secara
terpisah-pisah pada masing-masing Negara.
Ahli tersebut adalah 1) Hugo de Vries (Belanda) melakukan percobaan pada
tanaman bunga ester, jagung, Chrysantenum,
Coriopsis datura, 2) Carl Correns (Jerman) pada tanaman jagung, dan 3)
Erich von Tschermak-seysenegg (Austria)
pada tanaman buncis.
Prinsip
Genetika Segregasi
Mendel memulai percobaan dengan
menyilangkan tanaman murni (true breeding line) yang berbeda hanya satu pasang
sifat yang kontras seperti tekstur kulit atau warnanya. Dengan membatasi analisis satu sifat beda,
dimaksudkan untuk menghindari sifat yang kompleks yang dapat mengganggu hasil
studi. Kemudian Mendel menganalisa
turunan hasil silangan pertama dari true line (F1=First filial generation), oleh karena F1
adalah hybrid satu pasang sifat alternative, disebut Monohybred. F1 selanjutnya
dibiarkan menyerbuk sendiri, menghasilkan F2 (second filial generation). Mendel mengulang persilangan pasangan sifat
yang sama untuk ketujuh pasangan sifat alternative.
Tabel 1. Ringkasan hasil
percobaan Mendel dengan tujuh sifat pada kebun
percobaan tanaman
ercis
No
|
Sifat Tetua
|
F1
Fenotipe
|
Jumlah F2
|
Rasio F2
|
|
Dominan
|
Resesif
|
||||
1
2
3
4
5
6
7
|
Tekstur biji
Bulat vs keriput
Warna kotiledon
Kuning vs hijau
Warna bunga
Ungu vs hijau
Bentuk polong
Menggembung vs mengkerut
Warna polong
Hijau vs kuning
Lokasi bunga
Axial vs terminal
Batang
Tinggi vs rendah
|
Bulat
Kuning
Ungu
Menggembung
Hijau
Axial
Tinggi
|
5474
6022
705
882
428
651
787
|
1850
2001
224
299
152
207
277
|
2.96 : 1
3.01 : 1
3.15 : 1
2.95 : 1
2.82 : 1
3.14 : 1
2.89 : 1
|
Sumber: Elseth,
G.D. dan K.D. Baumgardner , 1984.
Rasio Segregasi Dominan. Hasil percobaan Mendel pada ketujuh pasang
sifat yang kontras diringkas pada table1. Sewaktu Mendel menyilangkan ercis
berbatang tinggi dengan rendah, semua tanaman keturunannya F1
berbatang tinggi, sifat tinggi mengalahkan sifat rendah. Sifat ini disebut
dominan, sedangkan sifat yang dikalahkan (rendah) disebut resesif. Selanjutnya tanaman F1 dibiarkan
menyerbuk sendiri didapatkan tanaman F2 yang memperlihatkan
pemisahan dengan rasio ¾ berbatang tinggi dan ¼ berbatang rendah.
Bagan
persilangannya seperti dibawah ini:
Tetua dominant resesif
Fenotipe tinggi rendah
Genotype TT X tt
Gamet T t
Generasi F1 dominan
Fenotipe tinggi
Genotype Tt
Model
Dasar: Interpretasi Hasil. Mendel
menginterpretasikan hasil percobaannya mengikuti beberapa sifat: setiap
pasangan sifat alternatif ditentukan oleh sepasang faktor genetik atau gen. Gen
ini dilanjutkan dari generasi ke generasi selanjutnya dalam sel kelamin (gamet)
dari tetuanya.
Gen mengontrol pasangan sifat
alternatif disebut allelic gen atau alel. Dalam terminologi modern, dikatakan bahwa
unit dasar pewarisan sifat adalah gen, yang ada dalam bentuk alel alternatif.
Bentuk alel setiap gen biasanya disimbulkan dengan dengan huruf besar atau
huruf kecil (seperti T dan t) dengan huruf besar sebagai simbol alel dominant.
Mendel menggusulkan bahwa setiap
individu, true-breed atau hybrid mempunyai dua salinan gen pada true breeding line, tetua mempunyai gen
(genotipe) yang berisi dua gen T atau dua gen t. Ekspresi gen ini disebut
fenotipe. Individu dengan dua pasang gen seperti TT atau tt disebut homosigous.
Pada F1 dibentuk oleh gabungan dua gamet dari tetua true breed untuk
sifat dominan (T) dan alel t dari tetua untuk sifat resesif, sehingga F1
monohibrid bergenotipe Tt. Oleh karena hybrid mengandung allelic gen yang
kontras disebut heterosigot.
Ada tiga gambaran penting dalam model Mendel
yakni:
- Setiap sifat ditentukan oleh bentuk spesifik dari gen (disebut alel)
- Setiap individu membawa dua salinan gen untuk sifat yang berikutnya
- Hanya satu dari pasangan gen individu ditransfer dalam gamet kepada generasi berikutnya.
Jika
F1 diproduksi , setiap gamet hanya mengandung satu allelic gen T
atau t dipilih secara acak dari pasangan alel dalam heterosigot. Hal ini
merupakan prinsip genetika segregasi mendel ( Mendel‘s Principle of Genetic Segregation ) . Dengan perkataan
lain, dalam pembentukan gamet, pasangan alel terpisah ( segregasi ),
selanjutnya hanya satu diliputi dalam setiap gamet, Dua tipe gamet pada F1
heterosigot, T dan t, mempunyai kesempatan yang sama. Proporsi gamet T
dan t adalah setengah dari masing-masing tipe:
Monohibrid cross
( F1 x F1 ) Tt x Tt
Gamet 1/2T, 1/2t 1/2T, 1/2t
Proses fertilisasi adalah acak, semua
kemungkinan bergabung gamet dari porsi jantan dan betina untuk menentukan
komposisi genotipe dan fenotipe pada F2. Salah satu cara untuk
memudahkan semua kemungkinan kombinasi yang diliputi adalah bentuk checkerboard, disebut Punnet Square
Jantan
Betina
|
1/2T
|
1/2t
|
1/2T
1/2t
|
1/4TT
Tinggi
1/4Tt
Tinggi
|
1/4Tt
Tinggi
1/4tt
Rendah
|
Hukum Mendel I. Principle of
Genetic segregation: dalam pembentukan gamet, sejumlah pasangan alel terpisah (Segregasi ), selanjutnya hanya satu
diliputi didalam gamet.
Contoh,
Warna standar ( tipe liar ) mink
adalah dark-black-brown (hitam
kecoklatan). Beberapa warna lain juga diketahui. Salah satu adalah blue-gray (platinum). Bila mink tipe liar disilangkan dengan mink berwarna
platinum, semua anak berwarna tipe liar. Intercrossing mink F1 menghasilkan
F2 terdiri atas 33 tipe liar dan 10 platinum. Tipe liar adalah
dominant terhadap tipe platinum, oleh karena hanya tipe liar muncul pada F1
dan mendekati ¾ ekspresinya pada F2. Bila P adalah gen untuk warna tipe liar, dan p
untuk gen platinum. Hasil persilangan genotipe dapat diringkas sebagai berikut:
Parent tipe liar platinum
(
PP ) x (pp)
F1 tipe
liar
(Pp)
F2 33 tipe liar(P-)
+ 10 platinum (pp)
Beberapa Model Perkawinan
Backcross
(Silang Balik). Jika hibrid F1 kawin balik dengan salah satu
induknya (atau dengan individu yang mempunyai genotipe identik dengan
induknya), maka perkawinan itu disebut silang balik.
Contoh, Marmot betina hitam homosigot
disilangkan dengan jantan putih. Anak jantan F1 disilangkan dengan
induknya.
Parent: Genotipe BB x bb
Fenotipe hitam putih
Gamet B b
F1 Genotipe Bb x bb
Fenotipe hitam putih
Gamet B b
b
b
Keturunan silang balik ½ BB hitam, ½ Bb hitam
Testcross (Uji silang). Bila hibrid F1
disilangkan dengan individu yang double resesif disebut testcross. Hal ini
dilakukan karena genotipe dominant homosigot mempunyai fenotipe yang sama
dengan genotipe heterosigot. Untuk itulah diadakan testcross untuk mengetahui
genotipe suatu individu. Tujuan testcross itu adalah untuk mengetahui berapa
banyak macam gamet yang dihasilkan individu yang genotipenya dipertanyakan.
Individu dominan homosigot hanya akan menghasilkan satu macam gamet.Individu
heterosigot menghasilkan dua macam gamet dengan frekunsi yang sama.
Contoh. Perhatikan kasus uji silang
terhadap seekor induk marmot hitam yang hanya menghasilkan keturunan yang
berwarna hitam.
Parent B x bb
(genotipe
yang jantan
putih
belum
diketahui)
Gamet B b
? b
F1 Bb
Semua
hitam
Kesimpulan:
induk betina hanya memproduksi gamet B saja dan sebab itu genotipenya homosigot
dominan.
Resiprocal
Crossing (Resiprok). Merupakan perkawinan kebalikan dari perkawinan yang
semula dilakukan. Contoh. Mula-mula dikawinkan tanaman ercis berbuah polong
hijau dengan yang berbuah polong kuning. F1 berbuah polong hijau. F2
dengan perbandingan fenotipe 3 hijau : 1 kuning. Pada perkawinan resiproknya
digunakan serbuk sari yang berasal dari tanaman yang berbuah polong kuning dan
diberikan kepada bunga dari tanaman berbuah polong hijau.
Tetua ♀hh X ♂HH Resiprokal ♂hh X ♀HH
Kuning hijau kuning hijau
F1 Hh Hh
F2 3 (1HH + 2 Hh): 1hh 3 (1HH + 2 Hh): 1hh
3 kuning : 1 hijau 3
kuning : 1 hijau
Modifikasi Rasio Monohibrid
Inkomplit
dominant. Setelah Discovary of
Mendelian, perkembangan genotipe dengan melakukan beberapa riset, cepat
menjadi jelas prinsip segregasi mendel menjelaskan variasi pewarisan sifat,
bahwa bila tipe rasio fenotipe 3:1 atau 1:1 tidak diamati. Dalam kasus ini,
segregasi alel terjadi, namun hasilnya ada modifikasi oleh genotipe yang
diekspresikan dan digabungkan menjadi kelompok fenotipe.
Pada diskusi sebelumnya, kita hanya
mempertimbangakan dominant penuh, dalam alel dominan secara penuh menutupi
ekspresi alel resesit. Tidak semua alel menunjukkan dominant penuh. Sebagai
contoh, warna bunga pukul empat ada merah
(CRCR), merah muda (CRCr,)
atau putih (CrCr). Bunga yang heterozigot adalah berwarna
intermedier, kontras, heterozigot pada kebun ercis yang mempunyai bunga yang
sama pada dominant homozigot. Oleh
karena warna merah muda memberikan penampakan yang menipis untuk bunga heterozigot, alel, tidak nampak
menutupi alel lain secara penuh. Alel CR dan Cr
selanjutnya dikatakan exhibit incomplete
dominance. Intercross diantara
bungan heterozigot menghasilkan rasio 1 merah, 2 merah muda dan 1 putih.
Codominance. Dua alel dikatakan codominant bila kedua alel
secara penuh berfungsi dan ekspresi individunya sendiri sendiri ketika dalam
kondisi heterozigot. Dalam codominance,
seperti inkomplit dominant, pengaruh penipisan tidak terjadi. Heterozigot menunjukkan lain dalam campuran
yang tidak seimbang pada pemisahan kedua alel.
Salah satu contoh pewarisan
codominance adalah warna bului sapi.
Pada sapi Shorthorn, homozigot ekspresinya adalah merah dan putih. Heterozigot ekspresinya merah kelabu atau
roan. Pengamatan warna roan menunjukkan
adanya campuran warna merah (CRCR) dan putih (CrCr)
pada bulu sapi. Masing-masing bulu ada
merah atau putih, tidak satu warna seperti warna inkomplit dominant. Intercross
diantara antara heterozigot menghasilkan 1 merah, 2 roan dan 1 putih.
Gen lethal. Tipe modifikasi lain bila gen mempunyai
pengaruh merusak secara ekstrim selama perkembangannya yang disebut lethal pada
kondisi homozigot. Salah satu sifat
lethal terjadi pada tikus. Dua alel yang
berpengaruh terhadap warna bulu tikus adalah A dan Ay. Tikus AA
adalah normal, A Ay adalah tikus berwarna kuning, dan AyAy
adalah lethal. Bila tikus kuning saling
dipersilangkan, terjadi modifikasi rasio fenotipik menjadi 2 kuning dan 1
normal.
Rangkuman
1.
Menurut model pewarisan sifat Mendel, gen diasumsikan
berpasangan didalam sel organisme berderajat tinggi. Pasangan gen yang berbeda tersebut disebut
alel.
2.
Prinsip genetika segregasi, hanya satu dari pasangan
gen yang dibawa dalam gamet, fertilisasi menyebabkan penyatuan pasangan
gen. Prinsip ini terjadi pada semua
reproduksi seksual organisme.
3.
Bila dominant secara penuh, heterozigot tidak dapat
dibedakan fenotipenya dari dominant homozigot, keturunan resesif hanya dapat
dihasilkan dari individu heterozigot.
Persilangan menunjukkan bahwa individu dominant heterozigot dihasilkan
dari perkawinan dominant x resesif yang mengacu pada testcross.
4.
Perbedaan derajat dominansi dapat dijelaskan oleh
aktivitas alel. Dapat berupa incomplete
(parsial) dominant dan codominance
5.
Ada
sejumlah factor yang dapat merubah rasio genotipik menjadi rasio
fenotipik. Sebagai contoh, secara klasik
rasio monohybrid 3 : 1 pada dominant penuh dapat berubah menjadi I:2:1 pada
incomplete dominant atau codominance dan 2:1 pada sifat lethal.
Pinsip Independent Assortment
Mendel tidak saja menganalisa sifat
pewarisan pada sifat tunggal. Ia juga menentukan rasio yang dihasilkan bila dua
sifat yang berbeda yang berpisah dipertimbangkan secara simultan pada perkawinan
yang sama. Sebagai contoh, dalam satu persilangan Mendel mempelajari pewarisan
tekstur biji (bulat vs keriput) dan warna kotiledon (kuning vs hijau). Tujuan
percobaannya adalah untuk menentukan pengaruh pewarisan satu sifat yang mungkin
ditransmit kepada sifat yang lainnya. Sifat yang berbeda dicirikan oleh gen
yang berbeda pula. Bila alel salah satu sifat adalah A dan a, kita membangun
alel secara komplit pada sifat yang berbeda sebagai B dan b. Gen yang berbeda,
seperti A dan B atau a dan b, mengacu pada gen yang bukan sealel (non allelic genes). Alel, dengan kontras,
adalah bentuk alternatif dari gen yang sama. Dalam terminologi modern, kita
mengatakan bahwa pernyataan Mendel dengan pewarisan dua sifat yang berbeda
bertalian dengan kombinasi tingkah laku gen yang bukan sealel selama
pembentukan gamet dan pengaruhnya, jika banyak, satu pasang gen pada segregasi
yang lainnya.
Hukum Mendel II. Prinsiple of
independent assortment: segregasi gen yang bukan sealel menjadi gamet secara
bebas mengelompok kepada alel yang lain, menghasilkan proporsi yang sama untuk
semua tipe gamet.
Dua Pasang Gen
Dengan menyilangkan true-breeding tanaman ercis berbiji
bulat dan berwarna kuning dengan keriput-hijau. Perhatikan a adalah alel
resesif untuk biji keriput, dan A alel dominan untuk biji bulat. Hal yang sama,
b menampilkan alel resesif untuk warna hijau, dan B dominan untuk alel kuning.
Ingat pasangan alel A dan a adalah bukan sealel dengan B dan b
Simbol perkawinan biji bulat-kuning
dengan keriput-hijau adalah AABB x aabb. Menurut prinsip segregasi gen mendel,
setiap gamet hanya berisi satu dari pasangan alel. Gamet akan selalu berisi
satu dari pasangan gen yang dimiliki oleh tetuanya. Juga bahwa gabungan gamet
melalui fertilisasi disimpan kembali sejumlah gen pada generasi berikutnya.
Mengikuti ilustrasi sebagai berikut:
Parent AABB x aabb
Bulat-kuning keriput-hijau
Gamet AB ab
F1 AaBb
Bulat-kuning
F1
dari persilangan ini disebut dihibrid sebab hibrid terdiri atas dua pasang sifat
yang kontras.
Mendel selanjutnya menyilangkan
dihibrid F1 yang dibiarkan menyerbuk sendiri, hasil perkawinan dalam
bentuk AaBb x AaBb. Oleh karena gamet mengandung hanya satu dari pasangan alel,
empat macam gamet dibentuk dari tanaman F1: AB, aB,Ab dan ab.
Ilustrasi persilangannya sebagai berikut:
Dihibrid cross (F1 x F1) AaBb x AaBb
Gamet ¼ AB ¼ AB
¼
Ab ¼
Ab
¼
aB ¼
aB
¼
ab ¼
ab
Gamet
|
¼ AB
|
¼ Ab
|
¼ aB
|
¼ ab
|
¼ AB
|
1/16 AABB 1
|
1/16 AABb 2
|
!/16 AaBB 3
|
1/16 AaBb
4
|
¼ Ab
|
1/16 AABb 5
|
1/16 AAbb 6
|
1/16 AaBb 7
|
1/16 Aabb
8
|
¼ aB
|
1/16 AaBB 9
|
1/16 AaBb 10
|
1/16 aaBB 11
|
1/16 aaBb 12
|
¼ ab
|
1/16 AaBb 13
|
1/16 Aabb 14
|
1/16 aaBb 15
|
1/16 aabb 16
|
Rasio genotipe
dan fenotipe hasil persilangan AaBb x AaBb
GEnotipe
|
No.Punnet square
|
Proporsi genotipe
|
fenotipe
|
Proporsi fenotipe
|
AABB
|
1
|
1/16
|
Bulat-kuning
|
9/16
|
AABb
|
2 5
|
2/16
|
Bulat-kuning
|
|
AaBB
|
3 9
|
2/16
|
Bulat-kuning
|
|
AaBb
|
4 7 10 13
|
4/16
|
Bulat-kuning
|
|
AAbb
|
6
|
1/16
|
Bulat hijau
|
3/16
|
Aabb
|
8 14
|
2/16
|
Bulat hijau
|
|
aaBB
|
11
|
1/16
|
Keriput kuning
|
3/16
|
aaBb
|
12 15
|
2/16
|
Keriput kuning
|
|
aabb
|
16
|
1/16
|
Keriput hijau
|
1/16
|
Hasil percobaan Mendel pada
persilangan AaBb x AaBb menghasilkan 556 keturunan : 315 bulat kuning, 108
bulat hijau, 101 keriput kuning, 32 keriput hijau dengan rasio 9:3:3:1.
Pada sapi, dikenal warna belang
hitam dominant terhadap belang merah, tidak bertanduk (polled) dominant terhadap bertanduk (horn). Hasil persilangan
antara pejantan homozigot Belang hitam–tidak bertanduk dengan induk Belang
merah-bertanduk seperti dibawah ini:
Tetua: jenis
sapi Sapi Angus X Sapi Hereford
Genotipe BBPP bbpp
Fenotipe Belang hitam tidak bertanduk Belang merah bertanduk
Gamet BP bp
F1 Genotipe BbPp
Fenotipe Belang hitam tidak bertanduk
F2 BbPp X BbPp
Gamet BP, Bp, bP, bp BP, Bp, bP, bp
1BB 1PP 1BBPP 1 Belang hitam tidak bertanduk
2Pp 2BBPp 2 Belang hitam tidak bertanduk
1pp 1BBpp 1 Belang hitam bertanduk
2Bb 1PP 2BbPP 2 Belang hitam tidak bertanduk
2Pp 4BbPp 4 Belang hitam tidak bertanduk 1pp 2Bbpp 2 Belang hitam
bertanduk
1bb 1PP 1bbPP 1 Belang merah tidak bertanduk
2Pp 2bbPp 2 Belang merah tidak bertanduk
1pp 1bbpp 1 Belang merah bertanduk
Rasio fenotipis
pada F2 : 9 : 3 : 3 : 1 antara Belang hitam tidak bertanduk : Belang hitam
bertanduk : Belang merah tidak bertanduk : Belang merah bertanduk.
Pada sapi Shorthorn dikenal ada tiga
warna yang bersifat codominance; merah, roan, dan putih. Bila dikawainkan diantara sapi-sapi Tidak
bertantuk-Roan (heterozigot) maka diperoleh 3 tidak bertanduk merah, 6 tidak
bertanduk roan, 3 tidak bertanduk putih, 1 bertanduk merah, 2 bertanduk roan
dan 1 bertanduk putih.
Pada tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) dikenal ada yang berdaun lebar
(LL), sempit (ll) dan dalam keadaan heterosigot (Ll) berdaun sedang. Bunganya ada yang berwarna merah, merah muda
dan putih. Bila disilangkan diantara
tanaman berdaun sedang-berwarna merah muda didapatkan rasio fenotipis; 1
lebar-merah, 2 lebar merah muda, 1 lebar putih, 2 sedang merah, 4 sedang merah
muda, 2 sedang putih, 1 sempit merah, 2 sempit merah muda dan 1 sempit putih.
Lebih Dari Dua
Pasang Gen
Bila tanaman ercis berbiji bulat
(B), warna biji kuning (K) dan berbunga merah (M) disilangkan dengan
keriput-hijau-putih, pada F1 diperoleh tanaman bulat-kuning-merah. F2
sebagai dibawah ini.
Tetua BBKKMM X bbkkmm
Bulat-kuning-merah keriput-hijau-putih
F1 BbKkMm
Bulat-kuning-merah
F2 Gamet 2n = 23 = 8 Kombinasi
pada F2 = (2n)2 = (23)2 =
64 kombinasi. Diskusikan rasio genotipe dan fenotipe hasil persilangan
tersebut.
INTERAKSI PASANGAN ALEL
Biasanya, dianggap bahwa suatu sifat
genetik pada suatu individu ditentukan oleh sepasang gen. Sekarang akan dilihat pada beberapa kejadian
sebuah sifat dapat ditentukan oleh dua atau lebih pasangan gen. Hasil dari gen yang bukan sealel bersama-sama
pada kejadian ini menghasilkan satu fenotipe.
Pengaruh yang dihasilkan oleh banyak gen ini biasanya banyak terdapat
diantara organisme, sebab sering sebuah sifat dibentuk melalui rangkaian
pengembangan yang komplek, dengan gen yang berbeda mengontrol bagian yang
berbeda pula dari keseluruhan proses.
Salah satu akibat dari pengaruh yang
dihasilkan dari banyak gen ini adalah terjadinya beberapa pengelompokkan
fenotipe. Contoh klasik adalah bentuk
jengger pada ayam domestik. Breed Leghorn berjengger “single”, Wyandotte mempunyai tipe jengger yang berbeda
yaitu “rose”, sebaliknya Brahma berjengger “pea”. Bila ayam Wyandotte dan Brahma disilangkan, hybrid F1
semua berjengger “Walnut”, bentuk jengger yang berbeda dari tetuanya. Intercross diantara F1
menghasilkan keturunan F2 dengan rasio 9 walnut : 3 rose : 3 pea : 1
single, seperti rasio klasik dihibrid Mendel pada dominant penuh. Dengan menggunakan simbul alel R,r dan P,p
genotipe R-P- = walnut, R-pp = Rose, rrP- = pea dan rrpp = single. Breed Wyandotte adlah RRpp, Brahma rrPP, Leghorn adalah rrpp, dan F1 walnut
adalah RrPp.
Interaksi Antara Gen-Gen Yang Bukan Sealel
Bila dua atau lebih pasangan gen
berpengaruh pada pemunculan sifat yang sama, interaksi gen yang bukan sealel
(disebut interaksi epistatis) dapat memodifikasi rasio fenotipe. Difinisi
Epistasis sama dengan dominant, kecuali bahwa dominant meliputi hubungan antara
alel dari gen yang sama, sebaliknya epistasis meliputi interaksi antara gen
yang berbeda.
Ada tiga tipe interaksi epistasis. Tipe interaksi ini dapat memodifikasi rasio
9:3:3:1. Ketiga tipe interaksi sebagai
berikut:
Coplementary gene interaction 9:7 = 9: (3+3+1)
9:3:4
= 9 : 3 : (3+1)
Modifier gene interaction 13:3 = (9+3+1) : 3
12:3:1
= (9+3) : 3 :1
Duplicate
gene interaction 15:1
= (9+3+3) : 1
Modifikasi rasio
dihibrid diringkas pada table 2.
Tabel 2. Interaksi antara
gen-gen yang bukan sealel yang menghasilkan modifikasi rasio klasik Mendel
9:3:3:1.
Type of interaction
|
Phenotypic
Ratio
|
|||
A-B-
|
A-bb
|
aaB-
|
aabb
|
|
Rasio klasik
Mendel
|
9
|
3
|
3
|
1
|
Complementary gene
Interaction
|
9
|
7
|
||
9
|
3
|
4
|
||
Modifier gene interaction
|
12
|
3
|
||
12
|
3
|
1
|
||
Duplicate gen
interaction
|
15
|
1
|
Complementary
gene interaction
Gen komplementer berperanan
bersama-sama dalam biokimia yang sama atau jalur pengembangan. Fungsi satu gen
dibutuhkan untuk ekspresi gen yang lain. Kedua genotipe homosigot resesif
menghasilkan fenotipe yang identik, rasio menjadi 9:7. Genotipe aaB-, A-bb dan
aabb menghasilkan satu fenotipe. Kedua alel dominan, bila berada bersama-sama
saling melengkapi satu dengan yang lainnya dan menghasilkan fenotipe yang
berbeda.
Sebagai contoh interaksi gen
komplementer adalah pada semanggi putih (white
clover). Beberapa galur tanaman ini mempunyai kandungan sianida (HCN) yang
tinggi, yang lainnya mempunyai kandungan sianida rendah. Produksi HCN yang
tinggi ditunjukkan oleh hasil alel dominan pada masing-masing dua pasang alel
(A-B-). Jika tidak ada satu alel dominan pada pasang gen, tanaman tidak
menghasilkan HCN. Persilangan dihibrid (AaBbXAaBb) memberikan 9:7 rasio fenotipe: (9A-B-): (3A-bb +3aaB- +1aabb)
= 9 mengandung HCN tinggi : 7 rendah.
Sianida diketahui dihasilkan dari
substrat glukosida sianogenik oleh katalis enzimatik. Suatu galur semanggi
mempunyai enzim tetapi tidak mempunyai substratnya. Strain lain membuat
substrat tetapi tidak mampu mengubahnya menjadi sianida.
Pada tanaman White clover, sianida dihasilkan dari substansi glukosida
sianogenik melalui reaksi yang dikatalis oleh enzim khusus (enzim β), enzim
lain (enzim α) berespon terhadap pembentukan glukosida sianogenik dari
precursor (pendahulu). Kenyataannya dua enzim yang berbeda sebagaimana dua gen
yang berbeda diliputi didalam pembentukan sianida yang disarankan bahwa gen A
dan B akan dikontrol oleh enzim α dan β. Reaksi biokimia kemungkinannya adalah:
Gen
A Gen
B
Precursor enzim α glukosida
sianogenik enzim β sianida
Tanaman yang
kurang gen A secara fungsional, seperti aaB- dan aabb, juga kurang berfungsinya
enzim α dan tidak pernah menghasilkan glukosida sianogenik. Tanpa substrat yang
diperlukan pada reaksi yang kedua, setiap tanaman tidak membentuk HCN. Hal yang
sama, tanaman secara fungsional tidak ada gen B adalah ber-HCN negatif. Pada
kasus ini, tanaman yang kehilangan enzim β tidak akan mampu mengubah glukosida
sianogenik menjadi sianida.
Bila gen A = ada enzim yang mampu
mengubah precursor menjadi glukosida sianogenik, B = ada enzim yang mampu
mengubah glukosida sianogenik menjadi sianida, maka persilangan antara tanaman
dengan kandungan rendah dengan rendah sebagai dibawah ini:
Tetua Genotipe AAbb X aaBB
Fenotipe
HCN rendah HCN rendah
Gamet Ab aB
F1 Genotipe AaBb
Fenotipe HCN
tinggi
F2 Genotipe AaBb x AaBb
Fenotipe HCN tinggi HCN tinggi
Gamet AB, Ab, aB, ab AB, Ab, aB,
ab
Rasio genotipe
dan Fenotipe: 9 A-B- : 7(3 A-bb + 3 aaB- + 1 aabb) = 9 HCN tinggi : 7 HCN
rendah.
Modifier
Gene Interaction
Gen modifier dapat menekan atau sebaliknya
aktivitas gen lain. Salah satu contoh
modifier gene adalah warna bulu pada ayam.
Dua pasang gen berpengaruh terhadap warna bulu adalah I, i ( dimana I-
inhibits; menekan ekspresi warna dan ii tidak menekan) dan C,c (C- ekspresi warna
bila absennya inhibit dan cc tidak berwarna).
Dalam kejadian ini, I adalah modifier gen dominant, dengan pengaruh
inhibitor, dan c adalah gen resesif yang tidak menghasilkan warna. Breed White Leghorn berwarna putih sebab
homozigot terhadap gen dominant I. White
Silkie tidak berwarna sebab homozigot terhadap gen c. Perkawinan diantara kedua
breed (IICC x iicc) menghasilkan F1 bergenotipe IiCc. F1 berwarna putih sebab ada aksi
gen inhibit I. Tetapi intercross
diantara F1 (IiCc x IiCc) menghasilkan rasio 13 : 3.
(9 I-C- + 3
I-cc) : 3 iiC- : 1 iicc = 13
putih : 3 berwarna
I- inhibit dan ii dan C- cc tidak
Tidak
berwarna berwarna berwarna
Duplicate
Gene Interaction
Interaksi gen duplikat berarti bahwa
pasangan gen terpisah atau sendiri berfungsi identik dalam pemunculan suatu
sifat. Sebagai contoh, bentuk kapsul
biji shepherd purse. Jika alel dominant
A atau B hadir, bentuk kapsul biji adalah triangular. Jika hanya gen resesif saja ada (aabb),
bentuknya ovoid. Dihibrid cross (AaBb x
AaBb) menghasilkan rasio fenotipe 15 : 1.
(9 A-B- + 3 A-bb +3 aaB-) : 1 aabb =
15 triangular : 1 ovoid
A- dan/atau B- semua resesif
Menanpakkan menampakkan
Triangular ovoid
ALEL GANDA
Definisi Alel Ganda
Semua
pewarisan sifat yang telah kita bicarakan sebelumnya meliputi Lokus dengan gen
tunggal dan dengan dua alel. Tetapi sebagaimana didiskusikan pada bab
sebelumnya, sejumlah alel terbentuk dari sebuah gen tidak terbatas pada dua
alel. Alel baru dibangun sebagai akibat mutasi dari gen tipe liar atau alel
lainnya. Mutasi ini terjadi beberapa waktu selama sejarah dari spesies yang
bersangkutan. Selanjutnya, beberapa alel terbentuk dari sebuah gen yang ada
didalam populasi, bahkan individu diploid dapat mengandung lebih dari dua alel
(jika heterosigot) dan hanya mengandung satu alel (jika homosigot). Bila tiga
atau lebih alel dibentuk dari sebuah gen yang ada didalam populasi, disebut
dengan Alel Ganda ( multiple Alleles).
Dominansi Pada Alel Ganda
Bila
seluruh alel dalam seri alel ganda menunjukan incomplete dominant atau
codominance, setiap genotipe menunjukan fenotipenya. Pada kejadian ini, jumlah
fenotipe sama dengan jumlah genotipenya. Tipe dominansi menghasilkan jumlah
fenotipe maksimal untuk jumlah alel tertentu. Dengan perkataan ekstrim, alel
dalam seri alel ganda menunjukan dominan penuh (sebagai contoh, A1 dominan
terhadap A2 dominan terhadap A3). Setiap alel dominan terhadap alel lainnya.
Pada kejadian ini, jumlah fenotipenya adalah minimum,sama dengan jumlah
alelnya.
Contoh dominansi pada alel ganda
adalah pada kelinci. Warna kelinci tipe
liar adalah agouti, ditunjukkan oleh gen C+ warna alternative yang
ada meliputi Chinchilla, Himalayan, dan albino.
Kelinci Chinchilla adalah berwarna abu-abu, sebagai percampuran berwarna
dengan putih. Gen chinchilla adalah alel
dari C+, yaitu Cch.
Kelinci Himalaya adalah putih dengan warna hitam pada bagian tertentu
(telinga, hidung dan ekor). Gen himalaya adalah alel dari C+ juga,
yaitu Ch .
Perkawinan diantara kelinci berbagai
warna menunjukkan bahwa C+ dominan terhadap semua alelnya, Cch
dominant terhadap Ch , dan Ch dominant terhadap c. Dominansinya diringkas sebagai C+ >
Cch >Ch >c. Hubungan antara genotipe dan fenotipe
keempat kelinci sebagai dibawah ini.
Genotipe
|
Fenotipe
|
C+C+, C+Cch,
C+Ch, C+c
Cch Cch, Cch
Ch , Cchc
Ch Ch, Ch
c
Cc
|
Agouti
Chinchilla
Himalayan
Albino
|
Beberapa seri alel ganda lain
diketahui sebagai dominant yang sederhana.
Tetapi beberapa seri alel ganda merupakan pencampuran yang komplek,
dengan beberapa alel menunjukkan dominant penuh, lainnya incomplete dominant
atau codominance.
Golongan Darah sitem ABO
Seri alel yang berespon terhadap
golongan darah ABO berisi tiga alel, yaitu IA, IB dan
i. Alel IAdan IB
adalah codominance dan dominanpenuh terhadap i (IA= IB
> i). Dominansi mengikuti fenotipe dan genotipe seperti dibawah ini:
Fenotipe (gol
darah) A B AB O
Genotipe IA, IA
, IAi IB IB,IAi IAIB ii
Tipe golongan darah
seseorang didasarkan atas antigen yang berada pada sel darah merah. Antigen adalah molekul komplek, biasanya
protein atau derivatnya. Bila tubuh
dimasuki molekul asaing, antibody akan terbentuk. Antibodi adalah molekul protein yang
dihasilkan oleh individu yang berespon terhadap antigen asing. Dalam system golongan darah ABO, antigen
adalah molekul glycoprotein yang besar (gula-protein komplek) yang merupakan
bagian dari membrane sel darah merah. Ada dua tipe antigen yang
berbeda terdapat pada molekul gula secara alami yaitu tipe A dan B. Kedua tipe
antigen dibangun dari prekcursor atau molekul inti yang disebut Zat H, yang
normalnya berlokasi pada sel darah merah (Gambar 1).
Enzim
A dikodekan oleh alel IA yang mengkatalisasi zat H untuk
menghasilkan antigen A. sedangkan enzim yang dikodekan oleh alel IB
mengubah zat H menjadi antigen B. Alel i tidak mempunyai enzim, selanjutnya zat
H dalam sel darah merah menjadi individu ii. Lebih lanjut genotipe IAIA
atau IAi hanya mempunyai antigen A, genotipe IB IB
atau IBi hanya memiliki antigen B, IA IB yang
heterozigot memiliki kedua antigen dan individu ii tidak mempunyai antigen.
Gambar 1. Biosintesis antigen A dan B dalam sel darah
Merah.
Alel
A
Enzim
A Antigen A
Alel
B
Glycoprotein precursor Enzim B Antigen B
( Zat H )
Alel
i
Tidak
ada enzim Zat H
Uji
golongan darah ABO didasarkan atas penggumpalan, reaksi terjadi bila sel darah
merah yang berisi satu atau dua antigen dicampur dengan serum yang berisi
antibody tertentu. Setiap orang mampu menghasilkan berbagai antibody yang
berbeda, setiap tipe antibody dapat mengenal dan mengkombinasikan dengan hanya
satu antigen tertentu. Reaksi antara antigen dengan antibody adalah sangat
spesipik.
Pada
tahun 1900, Karl Landsteiner, bekerja di Viena, mengamati bahwa sel-sel darah
merah yang dikoleksi dari seseorang kadang-kadang bersatu menjadi menggumpal
bila dicampur dengan serum dengan orang lain. Bila penggumpalan terjadi antigen
yang berada pada sel darah merah dari individu pertama bereaksi dengan antibody
dari serum orang kedua. Reaksi ini menyebabkan sel darah merah menempel satu
dengan yang lainnya sehingga dengan cepat darah mengendap, membentuk masa sel
yang menggumpal disebabkan oleh adanya antigen-antibody tertentu, reaksi antigen
A hanya dengan anti-A-antibodi, dan antigen B bereaksi hanya dengan
anti-B_antibodi. Selanjutnya sel darah merah dari individu tipe A akan
menggumpal hanya bila diekspose dengan serum anti-A, individu tipe B akan
menggumpal hanya bila diekspose dengan serum anti-B., tipe individu AB akan
menggumpal bila diekspose dengan anti serum lainnya, dan individu tipe O
bereaksi dengan tidak ada anti serum. Reaksi antigen-antibody terbentuk
berdasarkan atas uji tipe darah. Lansteiner kemudian pada tahun 1930 mendapatkan
hadiah mobel karena investigasi reaksi golongan darah ini.
Gambaran
yang luar biasa dari system ABO adalah bahwa setiap orang secara otomatis
memiliki antibody pada darahnya melawan antigen mana saja yang tidak ada pada
sel-sel darah merahnya. Dengan kata lain, sebelum kontak dengan antige A atau B
asing tidak ada persyaratan untuk produksi antibody. Setiap tipe darah berisi
antigen dan antibody seperti dibawah ini :
Tipe darah
|
Antigen pada
sel darah merah
|
Antibody pada
serum
|
A
B
AB
O
|
Hanya tipe A
Hanya tipe B
Tipe A dan B
Tidak ada tipe A dan B
|
Hanya anti B
Hanya anti A
Tidak ada anti A atau anti B
Anti A dan B
|
Dalam
sistem kekebalan tubuh, kontak nyata dengan antigen asing dibutuhkan sebelum
antibodi tertentu dihasilkan kehadiran secara otomatis anti A dan anti B pada
tipe darah tertentu dijelaskan lansleiner menemukan penggumpalan bila darah dua
orang yang berbeda tipe golongan darah dicampur. Pernyataan tentang sistem ini
memberikan informasi kombinasi yang tidak cocok dalam tranfusi darah. Penggumpalan
saluran darah resipien yang ditranfusi akan menjadi fatal. Ketidak cocokan
kombinasi terjadi bila sel darah merah donor yang membawa antigen yang
berkoresponden terhadap antibodi pada serum reipien. Sebagai contoh, donor tipe
A dan resipien tipe B merupakan kombinasi yang tidak sesuai, oleh karena serum
seseorang bertipe B berisi antibodi A.
Adanya
antibody juga dicatat pada Cross-matchingtes yang digunakan pada kesesuaian
untuk tranfusi. Individu bertipe O, tidak memiliki antigen, merupakan “donor universal” Tipe golongan darah O
berisi kedua antibodi, bahkan praktis dalam transfusi seseorang dari semua tipe
darah selain tipe O. Pada situasi ini, darah ditransfusi sangat lambat,
mengikuti kehadiran antibodi serum donor bercampur secara cepat pada darah
resipien. Tabel berikut ini mengkombinasikan tipe darah ABO yang diperbolehkan
dalam tranfusi darah.
Selanjutnya
500.000 antigen A atau B berlokasi pada sel darah merah, kelompok antigen lain
juga telah dikenal ada sekitar 20 sistem gologan darah telah diidentifikasi,
mengandung minimal 20 lokus gen yang berbeda yang diliputi pada antigen. Sistem
golongan darah lain ini meliputi MN, Duffy, Dugo, Kell, Lewis, Lutheran, dan
Rh. Disebabakan reaksi antigen antibody pada sistem ini tidak mempunyai pengaruh
disebabkan oleh ketidaksesuaian ABO atau Rh, tidak secara rutin diuji untuk
tipe darah ini. Golongan darah MN, sebagai contoh, berisi dua antigen, tipe M
dan tipe N. Khususnya alel Lm dan Ln, alel ini adalah codominan, menghasilkan
tiga kelompok fenotipe: M (LmLm), MN (LmLn), dan N (LnLn).
Golongan Darah Rh.
Sistem
golongan darah Rh dikenal/diketahui untuk reaksi ketidaksesuaian yang dapat
berpengaruh terhadap fetus atau janin yang baru lahir. Sebagai dalam sistem
ABO, antigen berlokasi pada pada sel-sel darah merah individu dari genotipe
tertentu. Hanya 10.000-20.000 antigen Rh terdapat pada sel-sel darah merah,
lebih sedikit jumlahnya daripada antigen A dan B. Antigen Rh diketahui sebagai
Faktor Rh; individu yang memiliki faktor Rh disebut Rh positif. Kurang lebih 85
persen orang Amerika berRh positif. Persentase yang lebih rendah dari
orang-orang yang telah memiliki faktor Rh disebut Rh negatif.
Dasar
genetik sistem Rh tidak diketahui dengan pasti. Kita tahu bahwa ada sepuluh
kelas antigen Rh. Dua hipotese telah dikembangkan untuk menjelaskan sistem
ini,yaitu oleh Weiner dan oleh Fisher dan Race. Menurut Weiner, lokus gen
tunggal dengan alel ganda, sama dengan sistem ABO, berespon terhadap sifat Rh.
Weiner mengidentifikasi ada sepuluh alel pada lokus tersebut, secara umum
adalah r, r’, r”,R0,R,R1W,R2 dan
RZ.
Tabel 3. Dua
hipotesis sistem gen Rh dan antigennya.
Genes
Present
|
Antigen
|
||||||||
Weiner
|
Fisher-Race
|
Rh0
|
hr”
|
hr’
|
rh’
|
rh
|
hr
|
rh”
|
(Weiner)
|
D
|
e
|
c
|
C
|
Ce
|
ce
|
E
|
(Fisher-Race)
|
||
R0
R1
R1W
R2
RZ
r
r’
r”
|
Dce
DCe
DCWe
DcE
DCE
dce
dCe
dcE
|
+
+ + +
+
_
_ _ |
+
+ + _ _ + + _ |
+
_
_ + _ + _ + |
-
+
+
-
+
-
+
-
|
-
+
+
-
-
-
+
-
|
+
-
-
-
-
+
-
-
|
-
-
-
+
+ -
-
+
|
|
Setiap
alel ini ditentukan oleh satu atau lebih variasi tipe antigen Rh, seperti Rho, rh”,hr’,rh
dan rh”. Tabel 3 menunjukan
tipe antigen dengan masing-masing alel. Tipe yang menyebabkan masalah besar
dalam tranfesi dan kehamilan adalah Rho, antigen ini dihasilkan olel alel R0,RI,RIW,R2,danRZ,
tetapi tidak oleh alel dengan huruf kecil. Fenotipe dan genotipe dengan alel satu
atau lebih huruf besar diketahui sebagai Rh positif dan fenotipe dihasilkan
dari kombinasi huruf kecil dinyatakan sebagai Rh negatif. Bila disimbulkan R
adalah alel dengan huruf besar dan simbul r adalah alel dengan huruf kecil,
kita dapat membuat dasar genetik untuk sifat Rh dengan alel-alel ini. Genotipe
R- adalah ber-Rh positif dan rr, Rh negatif.
Sebagai
kontras, Fisher dan Race berhipotesa bahwa ada tiga lokus yang menghasilkan
antigen, lebih dari satu lokus dengan beberapa alel. Ketiga lokus itu adalah
d,c, dan e dan diasumsikan lokusnya sangat dekat satu sama lainnya pada
kromosan yang sama. Setiap lokus memiliki sedikitnya dua alel (D dan d; c,cw,
dan c;E dan e) menghasilkan berbagai kemungkinan genotype seperti pada table
diatas . Mayor antigen, dengan simbul Rho
pada sistem Weiner, disebut antigen D oleh Fisher dan Race. Semua genotipe yang
berisi satu alel D menghasilkan antigen dan Rh positif. Genotipe pada kondisi
homozigot dd tidak menghasilkan antigen dan Rh negatif.
Hadir atau tidaknya antigen Rho (atau D) diperlukan
untuk darah donor atau resipien. Akan
menjadi komplikasi bila darah ber-Rh positif ditranpusi pada seseorang yang
ber-Rh negative, menyebabkan resipien membuat anti Rh antibodi. Sebagaimana dengan sistem kekebalan (sistem
ABO), antibodi dihasilkan hanya jika individu ber-Rh negative diekspose dengan
antigen. Individu yang diekspose
selanjutnya akan sensitive atau kebal.
Masalah akan terjadi apabila wanita
ber-Rh negative menjadi sensitive dan terus menerus menjadi hamil dengan anak
yang dikandung ber-Rh positif. Selama
tiga trisemester kehamilan. Antibodi ibunya diteruskan melalui plasenta kedalam
sistem darah fetus. Penyebaran anti Rh
antibodi dapat berpengaruh berbahaya.
Sel-sel darah merah fetus yang ber-Rh positif akan bereaksi dengan anti
Rh antibody yang terdapat pada ibunya, menyebabkan anemia haemolisis (lisis
pada sel darah merah fetus). Sel-sel
darah merah yang muda (erythroblast) masuk kedalam saluran darah fetus untuk
mengganti sel-sel darah merah dewasa.
Aksi ini disebut dengan kondisi erythrobalstosisi fetalis. Semakin besar kondisi ini semakin besar
juga pengaruhnya. Diatas 10% fetus akan
lahir sebelum waktunya. Bayi yang lahir
hidup mungkin premature, jika lahir sesuai waktunya, akan membutuhkan transfuse
darah amat segera disebut perfusi. Dalam
keadaan ringan bayi akan menderita kuning ringan, tranfusi tidak diperlukan.
Wanita ber-Rh negatif biasanya
sensitive bukan melalui traspusi tetapi dari perembesan darah dari fetus yang
ber-Rh positif kedalam sirkulasi darah selama kehamilan sebelumnya. Perembesan ini mengakibatkan sensitifitas
pada sang ibu. Oleh karena sensitive,
ibu yang ber-Rh negatif berespon sangat kuat terhadap kontak lebih lanjut
dengan antigen Rho
(antigen D). Antibodi yamg kuat berespon
terhadap Rh positif fetus pada kehamilan berikutnya dapat menyebabkan kerusakan
pada sel-sel darah merah fetus. Ketidak
sesuaian Rh biasanya tidak menjadi masalah pada kelahiran bayi ber-Rh positif
pertama, akan berpengaruh pada kehamilan berikutnya.
Daftar
Pustaka
Elseth,
G.D. and K.D. Baumgardner. 1984. Genetics.
Addison-Wesley Publishing Company.
Stansfield.,
W.D. 1991. Genetika. Edisi kedua. Erlangga, Jakarta
Adrian
M. S.R.D., R.D. Owen and R.S. Edgar.
!965. General Genetics. W H. Freeman and Company.
Nicholas,
F.W. 1987. Veterinary Genetics. Clarendon Press Oxpord.
Chapman,
A.B. 1985. General and Quantitative
Genetics. Elsevier Science Publishers. Tokyo.
Johansson,
I., J.
Rendel and M. Taylor. 1966. Genetics and Animal Breeding. W H. Freeman and
Company.
CONTOH SOAL
1.
Jelaskan dan bedakan istilah-istilah dibawah ini
- Pure breeding line
- Dominant - resesif
- Allel
- Genotype - fenotipe
- Incomplit dominant – Codominance
- Homozigot – heterozigot
- testcross
- Backcross
- Independent assortment
- Epistasis
2.
Warna bulu domba ada yang hitam dan putih. Warna ini ditentukan oleh sepasang alel. Perkawinan antara domba jantan ( ram) dan
betina ( ewe ) menghasilkan anak (lamb) berwarna hitam. Warna apakah yang dominant? Jelaskan!
3.
Tekstur bulu wire
versus smooth adalah salah satu sifat pada anjing. Perkawinan antara dua anjing dengan tekstur
wire menghasilkan anak-anak (litter) 3 wire dan 2 smooth. Mana sifat yang dominant?
4.
Pada sapi Shorthorn dikenal sifat tidak bertanduk
(polled) dominant terhadap bertanduk (horness), warnanya bersifat codominant;
merah(CRCR), roan(CRCr), dan
putih(CrCr).
Apabila sapi jantan tidak bertanduk merah (homozigot) dikawinkan dengan
induk bertanduk putih,
a. bagaimanakah
fenotipe dan genotype hasil perkawinan (hibrid) tersebut?
b.
Apabila hibrid tersebut dilakukan testcross, bagaimana rasio genotype dan
fenotipe yang diharapkan dari hasil uji tersebut!
5. Dua galur ercis manis berbunga putih (Lathyrus odoratus) disilangkan, menghasilkan F1 dengan
bunga ungu saja. Persilangan secara acak
diantara F1 menghasilkan 96 keturunan tanaman, 53 memperlihatkan
bunga ungu dan 43 berbunga putih.
- Bagaimana rasio fenotipis yang diperlihatkan F2 itu? (5 point)
b.
Tipe interaksi bagaimana yang terlihat? (5 point)
c.
Bagaimana genotype galur-galur parentalnya? (5 point)
6. Jelaskan bagaimana terjadinya
erythroblastisis fetalis pada anak yang lahir dari perkawinan suami yang ber-Rh
positif dengan istri yang ber-Rh negative?
UJIAN TRENGAH SEMESTER
MK. GENETIKA
DASAR
Nama :
|
No.Mhs :
|
Tanda-tangan :
|
PETUNJUK
- Tulislah nama dan nomor anda pada kolom yang disediakan serta jangan lupa menandatangani lembar jawaban!
- Jawablah soal-soal dibawah dengan singkat, tepat dan jelas!
Soal
1.
Jelaskan istilah istilah dibawah ini! (5 point)
- Pure breeding line.
- Allel
- Testcross
- Epistasis
- Alel ganda
2. Pada sapi Shorthorn dikenal ada
sifat tidak bertanduk (polled) dan bertanduk
(horness), perkawinan antara sapi
jantan polled dengan induk horness menghasilkan anak polled saja. Sifat manakah yang dominant! Jelaskan? (5
point)
3. Warna sapi Shorthorn bersifat
codominant; merah(CRCR), roan(CRCr),
dan putih(CrCr).
Apabila sapi jantan tidak bertanduk-merah
(homozigot) dikawinkan dengan induk bertanduk
putih,
a. bagaimanakah fenotipe dan genotype hasil
perkawinan (hibrid) tersebut? (5 point)
b.
Apabila hibrid tersebut dilakukan testcross, bagaimana rasio genotype dan
fenotipe yang diharapkan dari hasil uji tersebut! (5 point)
2. Pada sapi Shorthorn dikenal
ada sifat tidak bertanduk (polled)
dan bertanduk (horness), perkawinan
antara sapi jantan polled dengan induk horness menghasilkan anak polled
saja. Sifat manakah yang dominant!
Jelaskan? (5 point)
3. Warna sapi Shorthorn bersifat
codominant; merah(CRCR), roan(CRCr),
dan putih(CrCr).
Apabila sapi jantan tidak bertanduk-merah
(homozigot) dikawinkan dengan induk bertanduk
putih,
a. bagaimanakah fenotipe dan genotype hasil
perkawinan (hibrid) tersebut? (5 point)
b.
Apabila hibrid tersebut dilakukan testcross, bagaimana rasio genotype dan
fenotipe yang diharapkan dari hasil uji tersebut! (5 point)
5. Jelaskan bagaimana
terjadinya erythroblastisis fetalis pada anak yang lahir dari perkawinan suami
yang ber-Rh positif dengan istri yang ber-Rh negative? (10 point)
-------
selamat bekerja ---------
PROGRAM STUDI PETERNAKAN UNIVERSITAS
UDAYANA
UJIAN AKHIR
SEMESTER
MK. GENETIKA
DASAR
Nama :
|
No.Mhs :
|
Tanda-tangan :
|
I.
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang
benar (10 point)
Prinsip dasar
Genetika berawal dari hasil percobaan Mendel.
Mendel mempulikasikan hasil karyanya berjudul …
….. …………… Mendel berhasil mengembangkan hukum dasar
pewarisan suatu sifat dengan suatu alasan
……. ……………. ………………. dan ………
………………… ……….. Hukum pewarisan suatu
sifat Mendel yang berlaku pada perkawinan individu monohybrid ………
………… .. …….. dan pada
di/polihibrid ……… ………… …………..
……………. Sistem golongan darah AB, kedua
alel menunjukkan ekpresi gen secara penuh, sifat ini disebut …………… Seorang
lelaki bergolongan darah Rh positif kawin dengan perempuan ber-Rh negative,
semua anak-anaknya bergolongan darah RH positif, maka sel darah merah anaknya
akan mengalami lisis pada sirkulasi darahnya, kejadian ini disebut ……………. ……………. ………….
Interaksi genetic yang terjadi apabila suatu gen dapat menekan kehadiran
gen lain yang bukan alelnya disebut ………………… dan bila suatu gen dapat menekan
atau sebaliknya dapat ditekan oleh gen lain yang bukan alelnya disebut
………………………..
II. Pada
sapi Shorthorn dikenal sifat tidak bertanduk (polled =P) dominant terhadap
bertanduk (horness=p), warnanya bersifat codominant; merah(CRCR),
roan(CRCr), dan putih(CrCr). Apabila sapi jantan tidak bertanduk roan
(double heterozygote) dilakukan uji testcross, bagaimana rasio genotype dan
fenotipe hasil uji tersebut!
Bagan perkawinan (4 point)
Tetua Jantan
X Betina
Genotype ………… ……………
Fenotipe ………… ……………
Gamet …….. ………
…….. ………
…….. ………
…….. ………
Hasil Uji (6 point)
Rasio Genotipe ..
…….., .. …….,
.. …….., ..
……..
Rasio Fenotipe ..
………………………, .. …………………………
.. ……………………….,
.. …………………………
PROGRAM STUDI
PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA
UJIAN TENGAH
SEMESTER
MK. GENETIKA
RABU,
7 APRIL 2010
PETUNJUK
- Tulislah nama dan nomor anda pada lembar jawaban yang disediakan serta jangan lupa menandatangani lembar jawaban!
- Jawablah soal-soal dibawah dengan singkat, tepat dan jelas!
SOAL
1.
Jelaskan dan/atau bedakan istilah-istilah dibawah ini
(10 point)
a.
Pure breeding line
b. Allel
c. Dominant – resesif
d Genotype – fenotipe
e Incomplit dominant – Codominance
f Dominant - Epistasis
2. Pada sapi Shorthorn dikenal
ada sifat tidak bertanduk (polled)
dan bertanduk (horness), perkawinan
antara sapi jantan polled dengan induk horness menghasilkan anak polled
saja. Sifat manakah yang dominant!
Jelaskan? (5 point)
3. Warna sapi Shorthorn bersifat
codominant; merah(CRCR), roan(CRCr),
dan putih(CrCr).
Apabila sapi jantan tidak bertanduk-merah
(double homozigot) dikawinkan dengan induk bertanduk
putih, bagaimanakah fenotipe dan genotype hasil perkawinan (hibrid)
tersebut? (10 point)
4 Dua galur ercis manis berbunga putih (Lathyrus odoratus) disilangkan, menghasilkan F1 dengan
bunga ungu saja. Persilangan secara acak
diantara F1 menghasilkan 96 keturunan tanaman, 53 memperlihatkan
bunga ungu dan 43 berbunga putih.
- Bagaimana rasio fenotipis yang diperlihatkan F2 itu? (5 point)
e.
Tipe interaksi bagaimana yang terlihat? (5 point)
f.
Bagaimana genotype galur-galur parentalnya? (5 point)
5.
Seorang laki-laki menuntut menceraikan istrinya atas
dasar tidak setia. Anak mereka yang
pertama dan kedua, yang sama-sama mereka akui, mempunyai golongan darah
masing-masing O dan AB. Anak ketiga, yang tidak diakui laki-laki itu, mempunyai
golongan darah B. Dapatkah informasi ini digunakan untuk mendukung pengaduan si
laki-laki? (10 point)
---------------------Selamat
bekerja ---------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar