BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroba yang ditemukan
di suatu lingkungan ditemukan dalam populasi campuran, sangat jarang sekali
yang ditemukan sebagai satu spesies tunggal. Penelitian mengenai mikroorganisme
biasanya memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran pada permulaanya,
atau biakan campuran, menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan
murni. Biakan murni
terdiri dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk (Prescott,
2003). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan kemurnian isolat
selama penyimpanan, agar produk atau metabolisme suatu mikroba termasuk kapang
tetap terjaga. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan akan membantu di dalam
mengkultivasi, mengisolasi dan mengidentifikasi mikroba, karena mikroba
memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan
pertumbuhannya.
Suatu jenis koloni mikroba yang terpisah dari koloni campurannya akan
lebih mudah untuk diamati. Selain itu
teknik untuk memisahkan dan mendapatkan koloni tunggal serta pemeliharannya
terdapat beberapa jenis. Teknik-teknik tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan
jumlah bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering
digunakan adalah cara penghitungan koloni pada lempeng pembiakan (plate count), atau juga dapat dilakukan penghitungan langsung secara
mikroskopis (Burrows, 2004). Oleh
karena itu, untuk mempelajari teknik isolasi, pemurnian mikroba, serta
keuntungan dan kelemahannya, maka praktikum Isolasi dan Pemurnian Mikroba,
Teknik Pemeliharaan Kultur Murni penting untuk dilakukan.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan
untuk mempelajari teknik penyimpanan kultur murni dan mengkarakterisasi
pertumbuhan koloni murni hasil isolasi.
1.3 Manfaat
Setelah melakukan
praktikum ini mahasiswa akan mempunyai keterampilan serta keahlian dalam mengisolasi, memurnikan dan memelihara suatu biakan
dengan beberapa macam teknik, sehingga memudahkan isolasi, pemurnian yang
dilakukan di lapangan serata menyimpan biakan tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Media agar merupakan substrat yang sangat baik untuk
memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi
terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada
media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga
memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, yaitu sekelompok massa
sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan yang diinokulasikan pada
medium disebut inokulum, dengan menginokulasi medium agar nutrien (nutrien
agar) dengan metode cawan gores atau media cawan tuang, sel-sel mikroorganisme
akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah inkubasi, sel-sel mikroba individu
memperbanyak diri secara cepat sehingga dalam waktu 18 sampai 24 jam terbentuklah
massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh
mata telanjang. Setiap koloni merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme
(Pelczar dan Chan, 2007).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup
merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam
mengendalikan mikroba. Berikut ini faktor-faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba (Suriawiria, 2005):
a. Suplai Energi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai
nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar
tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi
dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber
nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
b. Suhu/Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam
mempengaruhi dan pertumbuhan mikroorganisme. Suhu
dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang
berlawanan. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat. Apabila suhu
naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan
akan terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel
menjadi mati. Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu
: Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan terhenti.
Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan
berlangsung paling cepat dan optimum. (Disebut juga suhu inkubasi). Suhu
maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhan
tidak terjadi.
Berdasarkan
ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu :
Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak
apabila dipanaskan pada suhu 60oC selama 10-20 menit. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC
selama 10 menit untuk mematikan sel. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih
dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari 100oC selama
10 menit untuk mematikan sel.
c.
Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum
yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran ph 8,0 –
8,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat merusak.
d. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di
dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan
menjadi Aerobik : hanya dapat tumbuh
apabila ada oksigen bebas. Anaerob :
hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan
atau tanpa oksigen bebas. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen
dalam jumlah kecil (Tortora, 2002).
Metode-metode yang dapat digunakan
untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme antara lain cawan gores (sterak
plate), cawan tebar, dan cawan tuang.
1.
Teknik
Dilusi (Pengenceran)
Gambar 1. Teknik Dilusi (Rachdie, 2008)
Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa
mikrobiologi. Karena hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba
mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count).
Cara Kerja :
- Dari larutan kultur kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/10 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/100 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/1000 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/1000 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10.000 bagian.
- Dan seterusnya
Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang apabila pada tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung, maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
Cara Kerja :
- Dari larutan kultur kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/10 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/100 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/1000 bagian.
- Dari larutan dilusi 1/1000 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10.000 bagian.
- Dan seterusnya
Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang apabila pada tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat dihitung, maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
Jumlah koloni x
|
1
|
Pengenceran
|
Misal :
Apabila pada dilusi
1/100 tumbuh sebanyak 20 koloni, maka dapat diketahui jumlah sel adalah :
20 koloni x
|
1
|
=
2000 sel
|
1/100
|
Apabila
pada dilusi 1/1000 tumbuh sebanyak 3 koloni, maka dapat diketahui jumlah sel
adalah :
2 koloni x
|
1
|
=
3000 sel
|
1/1000
|
Oleh
karena itu, dengan metode dilusi kita dapat memperkirakan jumlah sel mikroba
pada suatu benda atau produk.
2.
Teknik Pour Plate (Lempeng
Tuang)
Teknik Pour Plate adalah suatu teknik dalam menumbuhkan
mikroorganisme dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar cair dengan
stok kultur. Teknik ini umumnya digunakan pada metode Total Plate Count (TPC). Sedangkan teknik streak plate adalah suatu teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme
dalam media agar dengan cara menggores (streak)
permukaan agar dengan jarum yang telah diinokulasi dengan kultur mikroba.
Teknik ini menjadikan mikroorganisme tumbuh dan tampak pada goresan-goresan
inokulasi bekas jarum (Radchie, 2008).
3. Teknik Streak Plate
Gambar 2 . Teknik Streak Plate (Rachdie,
2008)
Teknik streak plate
(lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam
media agar dengan cara menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum ose
yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik ini
mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas
dari streak jarum enten.
4.
Pemeliharaan Kultur pada Slant Agar
(a)
(b)
Gambar 3.
Teknik Slant Agar. (a) memasukkan
kultur pada slant agar (b)
bagian-bagian yang akan dipindahkan (Rachdie,
2008)
Agar slants adalah kultivasi biakan mikroba ke dalam agar
miring di dalam tabung reaksi untuk melihat karakteristik koloni bakteri yang
tumbuh. Tiap bakteri memiliki karakteristik koloni yang berbeda. Karakteristik
yang diamati pada koloni bakteri yang tumbuh adalah (Rachdie, 2008):
Karakteristik Pertumbuhan Koloni Bakteri
|
Ukuran : Diameter koloni yang diukur di dalam mm atau cm
Bentuk Keseluruhan Koloni : Sirkular, irregular, punctiform, rhizoid
Tepi / Margin
:
Entire, lobate, erose, undulate
Elevasi :
Datar (flat), raised, convex (cembung), pulvinate, umbonate, crateriform
Permukaan :
Wrinkled, rough (kasar), concentric rings, dull, glistening, waxy
Pigmentasi :
Warna : merah, kuning, krim, putih, tidak berwarna
Kelarutan dalam air : larut dalam air, tidak larut dalam air
Opasitas : Transparan,
translucent, opaque
Bau
: manis,
putrefactive, fruity
|
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.2
Cara Kerja
3.2.1 Teknik
Dilusi (Pengenceran)
Sampel (tanah murni dan tanah yang ditambah dengan
pestisida) ditimbang sebanyak 5 mg dan dimasukkan ke dalam 45 ml garfis atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian. Dari larutan dilusi
1/10 diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer
pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian. Dari larutan dilusi 1/100 diambil
1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer pepton untuk
memperoleh dilusi 1/1.000 bagian. Dari larutan dilusi 1/1.000 diambil 1 ml dan
dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer pepton untuk memperoleh
dilusi 1/10.000 bagian. Dari larutan dilusi 1/10.000 diambil 1 ml dan
dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer pepton untuk memperoleh
dilusi 1/100.000 bagian. Dari larutan dilusi 1/100.000 diambil 1 ml dan
dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer pepton untuk memperoleh
dilusi 1/1.000.000 bagian.
3.2.2 Teknik Pour
Plate (Lempeng Tuang)
Diambil sampel sebanyak 1 ml dari masing-masing
pengenceran berseri pada teknik dilusi dan dimasukkan ke dalam cawan petri
steril, cawan segera ditutup agar terhindar dari kontaminan. Masing-masing
cawan petri berisis hasil pengenceran ditambahkan dengan Potato Dextrose Agar
(PDA) untuk kapang, dan media Nutrient agar (NA) untuk bakteri. Segera setelah
media dimasukkan, cawan petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja
horizontal untuk mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur mikroba.
Setelah memadat, cawan-cawan tersebut diletakkan dalam posisi terbalik. Inkubasi
dilakukan pada suhu kamar, untuk kapang dan bakteri dilakukan inkubasi minimal
selama 3x24 jam. Karakteristik
koloni yang tumbuh diamati.
Cara Kerja
Isolasi Bakteri
- Sample seberat 1 g dimasukan ke
dalam tabung pengenceran 10-1 secara aseptis dan selanjutnya
dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-8
- Tiga pengenceran terakhir
diambil 0,1 ml untuk ditanam secara spread plate pada medium NA, setelah
selesai, diinkubasi pada 37oC selama 1x24 jam
- Koloni akan tumbuh pada ketiga
cawan tersebut kemudian dipilih koloni yang relatif terpisah dari koloni
lain dan koloni yang mudah dikenali
- Koloni yang terpilih kemudian
ditumbuhkan atau dimurnikan ke NA baru dengan teknik streak kuadran
- Inkubasi 1x24 jam.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis
Prosedur
4.1.1 Teknik Dilusi (Pengenceran)
Teknik dilusi sangat penting di dalam analisis mikrobiologi, karena hampir
semua metode perhitungan jumlah sel mikroba diawali teknik ini. Teknik dilusi
dilakukan untuk benar-benar mendapatkan koloni tunggal. Sampel (tanah murni dan tanah yang ditambah dengan
pestisida) ditimbang sebanyak 5 mg dan dimasukkan ke dalam 45 ml garfis atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian. Dari larutan dilusi
1/10 diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer
pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian. Dari larutan dilusi 1/100 diambil
1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer pepton untuk
memperoleh dilusi 1/1.000 bagian. Dari larutan dilusi 1/1.000 diambil 1 ml dan
dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer pepton untuk memperoleh
dilusi 1/10.000 bagian. Dari larutan dilusi 1/10.000 diambil 1 ml dan
dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer pepton untuk memperoleh
dilusi 1/100.000 bagian. Dari larutan dilusi 1/100.000 diambil 1 ml dan
dimasukkan ke dalam 9 ml garfis atau larutan buffer pepton untuk memperoleh
dilusi 1/1.000.000 bagian. Maksud dari 1/10, 1/100, 1/1000,
1/10.000 hingga seterusnya merupakan suatu rasio dilusi yang apabila pada tiap
dilusi ditumbuhkan kedalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat
dihitung. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan koloni yang akan diisolasi
dengan meminimalkan kontaminasi dan penambahan nutrisi untuk mikroba
4.1.2 Teknik Pour Plate
Pada teknik pour plate, mula-mula diambil sampel sebanyak
1 ml dari masing-masing pengenceran berseri pada teknik dilusi dan dimasukkan
ke dalam cawan petri steril, cawan segera ditutup agar terhindar dari
kontaminan. Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang digunakan untuk
menumbuhkan kapang, sedangkan Nutrient Agar (NA) merupakan media yang digunakan
untuk menumbuhkan bakteri, media ini dipanaskan agar mencair, kemudian sedikit
didinginkan sehingga suhunya kira-kira 40-50°C, pendinginan ini dilakukan untuk
mendapatkan suhu yang ideal sehingga agar tidak mengeras namun tidak terlalu
panas yang mengakibatkan kematian koloni yang akan dibiakkan.. Masing-masing
cawan petri berisi hasil pengenceran ditambahkan dengan Potato Dextrose Agar
(PDA) untuk kapang, dan Nutrien Agar (NA) untuk bakteri. Segera setelah media
dimasukkan, cawan petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja horizontal
untuk mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur mikroba. Setelah
memadat, cawan-cawan tersebut diletakkan dalam posisi terbalik. Cawan
diletakkan dalam posisi terbalik berfungsi untuk mencegah kondensasi menitis
dari bawah ke atas permukaan agar yang dapat memfasilitasi pergerakan organisme
antara koloni (Sciencestuff, 2008). Inkubasi
dilakukan pada suhu 300C (jika tergolong mikroba mesofil) dengan
lama inkubasi 24 jam untuk bakteri dan paling sedikit 3x24 jam untuk kapang.
Perbedaan waktu inkubasi adalah karena waktu pertumbuhan dan perkembangbiakkan
antara bakteri dan kapang berbeda. Inkubasi dilakukan untuk memberikan suasana
yang memungkinkan (optimal) untuk pertumbuhan bakteri dan kapang hingga
terbentuk koloni. Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik. Hal ini
dilakukan agar untuk mencegah kondensasi menitis dari bawah ke atas permukaan
agar yang dapat memfasilitasi pergerakan organisme antara koloni (Sciencestuff,
2008). Karakteristik koloni yang tumbuh diamati.
4.2 Data Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil
Penghitungan Bakteri
No.
|
Pengenceran
|
∑ Koloni Cawan
|
∑ Sel Mikroba Tiap
ml/gr bahan
|
|
Ulangan I
|
Ulangan II
|
|||
P 1
|
10-2
|
128
|
32
|
8 x 105
|
10-3
|
49
|
17
|
||
10-4
|
5
|
15
|
||
10-5
|
1
|
2
|
||
10-6
|
3
|
3
|
||
NP 2
|
10-2
|
42
|
43
|
4,25 x 105
|
10-3
|
7
|
18
|
||
10-4
|
12
|
15
|
||
10-5
|
-
|
3
|
||
10-6
|
3
|
2
|
4.3 Analisa Hasil
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa hasil TPC berhubungan
dengan seri pengenceran. Hal ini dikarenakan dengan melakukan pengenceran
berseri, maka jumlah mikroba yang tersuspensi di dalam cairan menjadi lebih
kecil., hal ini terlihat dari jumlah mikroba yang teramati setelah pengenceran
hingga ke enam kalinya, bahwa umumnya semakin banyak pengenceran yang dilakukan
maka jumlah mikroba yang terhitung semakin sedikit.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan bahwa
jumlah koloni pada media dengan penambahan pestisida lebih banyak daripada
koloni non-pestisida. Hal ini bisa disebabkan karena bakteri maupun kapang yang
ditumbuhkan pada media dengan penambahan pestisida memiliki resistensi yang
sangat tinggi dibandingkan pada media non-pestisida, sehingga jumlah koloni
yang terbentuk pun akan semakin banyak.
Karakterisasi
Bakteri
Media Nutrient Agar Non Pestisida
Bentuk bakteri yang telah didapat dari hasil isolasi murni
adalah dengan bentuk bulat, berfilamen, dan tidak teratur. Konfigurasi
bakteri yang didapat adalah dengan tepi yang menyeluruh, erose, lobate, dan
beralun. Kebanyakan dari konfigurasi bakteri adalah menyeluruh. Elevasi
merupakan bentuk pada permukaan bakteri dengan permukaan cembung dan pulvinat. Tekstur dari bakteri yang didapat sebagian
besar adalah berkontur. Tekstur berkontur merupakan tekstur dimana permukaan
dari sel bakteri adalah licin dan beralun secara tidak teratur. Konsistensi
pada sel bakteri seperti mentega dan
pertumbuhannya mengikuti bekas garsan bekas inokulasi. Ciri
optik pada bakteri adalah opalesens yaitu seperti warna putih-kebiruan atau
warna susu dengan ciri warna yang kelihatan berubah-ubah, dan berkilat. Pigmentasi
pada bakteri sebagian besar memiliki warna kuning, putih tulang, dan putih.
Media Nutrient Agar Pestisida
Bentuk dari bakteri pada media NA dengan
pestisida semua berbentuk bulat. Konfigurasi pada bakteri semuanya adalah
menyeluruh. Elevasi pada bakteri adalah cembung dan
menaik dengan tekstur berkontur. Konsistensi seperti mentega dengan ciri
optik berkilat dan opalesens. Pigmentasi pada bakteri berwarna putih, hitam,
dan tidak berwarna.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Teknik penyimpanan mikroorganisme terlebih dahulu
dilakukan Isolasi. Isolasi
mikroorganisme dilakukan dengan teknik dilusi atau pengenceran, dimana
hasil dari teknik ini adalah 6 sampel, yaitu 10-1 - 10-6 pengenceran. Pengenceran ini merupakan langkah awal
untuk mendapatkan isolat jamur yang baik. Tahap berikutnya adalah menggunakan teknik Pour Plate. Teknik ini akan memisahkan
koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme, dimana dilakukan dengan
mencampurkan media agar cair dengan kultur bakteri hasil dilusi. Pemeliharaan
bakteri dapat dilakukan pada agar slants
atau biasa disebut agar miring. Karakteristik mikroorganisme dilakukan melalui
pengamatan langsung dibawah mikroskop. Karakteristik bakteri terdiri atas
bentuk, konfigurasi, elevasi, tekstur, konsistensi, ciri optik dan pigmentasi.
Sedangkan karakteristik jamur ditentukan miselium, bentuk, konfigurasi, garis
radial dan pigmentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Burrows, W., J.M. Moulder,
and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders Company, Philadelphia .
Curtis, L., A.
Lieberman, M. Stark, W. Rea & M. Vetter. 2004. Isolation.
http:// www.e-dukasi.net
/. Diakses pada tanggal 17 April 2010
Lim,D. 2006. Microbiology, 4th Edition. McGrow-hill book, New york .
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill
Book Company. New York.
Prescott, L.M. 2003. Microbiology 5th
edition. Mc Graw Hill. New York
Rachdie. 2008. Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. http://rachdie
.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/. Diakses pada tanggal 17 April 2010
Sulistinah, N. 2006. Mikroba Pentranformasi Adiponitril di Palembang. Jurnal Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
: 1-8
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Tortora,G. Y, Berdell.R.F, Christine,L.C. 2002. Microbiology an
Introduction. Benjamin Cummings, Addrson Wesley Long man Inc. New York
Tidak ada komentar:
Posting Komentar