I Gede Benson
Andika
1107105001
“ Tugas
Fisiologi Ternak “
Temperatur lingkungan dan konsumsi paka
ternak ( hewan ) adalah 2 hal yang akan selalu saling terkait. Yang mana
temperatur lingkungan akan sangat mempengaruhi konsumsi pakan ternak. Selain
itu, proses fisiologi yang terjadi didalam tubuh ternak juga akan saling
terkait dengan kondisi tempertaur lingkungan.
Jika dilihat dari sisi konsumi pakan dan
penggunaan pakan yang dikonsumsi ternak, maka dinyatakan bahwa pakan yang
dimakan oleh ternak akan diubah menjadi energi
dan panas metabolisme melalui proses metabolisme dalam tubuh ternak. Energi
akan dipergunakan untuk beraktifitas dan berproduksi, sedangkan panas
metabolisme akan dikeluarkan oleh tubuh ternak. Pada kondisi temperature lingkungan
tinggi, ternak akan berusaha menyeimbangkan produksi panas dengan panas yang
dikelurakan dengan berbagai macam cara, seperti mengibaskan – ngibaskan sayap (
unggas ), panting, berguling di tanah, dan lain – lainnya. Pada kondisi ini
konsumsi pakan oleh ternak akan semakin menurun dan begitu juga sebaliknya pada
kondisi suhu lingkungan rendah akan meningkatkan konsumsi pakan. Hal ini
dikarenakan pada suhu rendah ternak memerlukan energi lebih untuk diubah
menjadi panas, sehingga suhu tubuhnya menjadi stabil lagi. Selain itu juga
dikarenakan pada suhu rendah maka konsumsi air minum akan meningkat.
Pada kondisi lingkungan dengan
temperature yang lebih tinggi, menyebabkan konsumsi pakan menurun yang secara
langsung juga berakibat pada proses fisiologis ternak yang semakin menurun
pula. Karena tubuh ternak sudah memperoleh panas berlebih dari lingkungannya. Pada kondisi temperature rendah ( dingin ),
maka proses fisiologis tubuh akan semakin meningkat, hal ini berhubungan dengan
usaha tubuh ternak untuk memproduksi panas tubuh untuk menyeimbangkan suhu
tubuhnya.
Dasar teori :
Beberapa peneliti melaporkan bahwa suhu
lingkungan mempengaruhi konsumsi pakan. KROGH (2000) menyatakan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah suhu lingkungan. Suhu
ruangan di bawah thermoneutral menyebabkan kosumsi pakan ayam meningkat,
sedangkan suhu ruangan di atas kisaran tersebut menyebabkan penurunan konsumsi
pakan.
Pada suhu lingkungan tinggi, jumlah
penurunan konsumsi pakan bervariasi, tergantung dari spesiaes ternak. Sebagai
contoh strain ayam, lamanya cekaman panas, tingkat produksi, berat telur, dan
kandungan energi metabolis dari pakan yang diberikan sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan. Akan tetapi, secara umum NRC (1981) telah membuat suatu
persamaan untuk menghitung penurunan konsumsi pakan, yaitu: Y = 24,5-1,58 T;
dimana Y adalah perubahan konsumsi pakan diluar thermoneutral zona (%) dan T
adalah suhu ruangan (°C). Persamaan di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan
konsumsi pakan sebanyak 1,58% untuk peningkatan 1 °C suhu lingkungan di atas
24,5°C. EMMANS dan CHARLES (1977) memperkirakan penurunan konsumsi pakan adalah
1,5% setiap 1°C kenaikan suhu lingkungan di atas 18°C pada ayam di daerah
tropik. SOEHARSONO (1976) menyatakan bahwa konsumsi pakan, konsumsi protein dan
energi ayam pedaging dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada ayam petelur,
konsumsi pakan ayam umur 19 sampai 40 minggu yang dipelihara pada suhu
lingkungan rendah (10-20°C) adalah 95-108 g/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan
pada suhu lingkungan panas (25-35°C), yaitu 75-94 g/ekor/hari (BALNAVE dan
ABDOELLAH, 1990). Selanjutnya dinyatakan bahwa rata-rata konsumsi pakan ayam
petelur yang dipelihara pada suhu lingkungan tinggi sebesar 82-105 g/ekor/hari
lebih rendah dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu lingkungan rendah
yaitu sebesar 90-117g/ekor/hari. Penurunan konsumsi pakan, antara lain
disebabkan oleh meningkatnya konsumsi air minum yang digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu lingkungan yang bertambah panas.
Daftar pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar