Selasa, 12 November 2013

Crossbreeding Ternak



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perkawinan merupakan salah satu point penting dalam ilmu pemuliaan ternak. Karena salah satu metode untuk mendapatkan bibit unggul dalam pemuliaan ternak adalah dengan proses perkawinan. Selain dengan beberapa metode yang lainnya, seperti seleksi, culling, dan replacement.
Perkawinan dalam pemuliaan ternak merupakan salah satu point yang memegang peranan sangat, karena berhubungan dengan usaha memperbanyak ternak yang sudah dirasa lulus seleksi atau dalam kata lain sudah dikatakan sebagi bibit unggul. Dengan mengawinkan ternak unggul tersebut maka, keberadaan bibit unggul akan dapat terus dipelihaara.
Secara teori terdapat beberapa teknik dalam perkawinan ternak, seperti inbreeding, out breeding, cross breeding, pure breeding dan lain – lainnya. Dalam hal ini masing – masing sistem perkawinan mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Croos breeding sendiri merupakan salah satu sistem perkawinan ternak dengan mengawinkan ternak dari bangsa yang berbeda.
1.2  Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimasksud dengan Crossbreeding ?
2.      Apa sajakah contoh ternak yang mengalami ceossbreeding ?

1.3  Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dari pembahasan metri dalam makalah ini aalah untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai sistem perkawinan ternak khususnya sistem crossbreeding. Selain itu pengetahuan tentang contoh ternak yang termasuk dalam jenis ternak hasil crossbreeding  juga juga merupakan slah satu manfaat yang bisa didapatkan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perkawinan merupakan salah satu point penting dalam ilmu pemuliaan ternak. Karena salah satu metode untuk mendapatkan bibit unggul dalam pemuliaan ternak adalah dengan proses perkawinan. Selain dengan beberapa metode yang lainnya, seperti seleksi, culling, dan replacement.
Perkawinan dalam pemuliaan ternak merupakan salah satu point yang memegang peranan sangat, karena berhubungan dengan usaha memperbanyak ternak yang sudah dirasa lulus seleksi atau dalam kata lain sudah dikatakan sebagi bibit unggul. Dengan mengawinkan ternak unggul tersebut maka, keberadaan bibit unggul akan dapat terus dipelihaara.
Sistem Perkawinan :

*      Silang dalam (Inbreeding)
Silang dalam adalah perkawinan antara dua individu yang masih mempunyai hubungan keluarga. Dua individu dikatakan masih mempunyai kaitan kekeluargaan, bila kedua individu tadi mempunyai satu atau lebih moyang bersama (common ancertor), 6 sampai 8 generasi ke atas. Anak dari hasil perkawinansilang dalam disebut individu yang tersilang dalam (inbreed animl) (Hardjosubroto, 1994).

*      Silang luar (Outbreeding)
Silang luar adalah sisitem yang paling banyak digunakan dalam kelompok ternak bibit dari ternak besar di banyak negara di dunia. Juga digunakan pada hampir semua kelompok ternak niaga bila telah diputuskan untuk menggunakan satu bangsa tunggal dari pada suatu program perkawinan silang (Warwick et al. 1990).

*      Persilangan galur (Linecrosing)
Persilangan galur adalah perkawinan ternak-ternak dari dua galurinbreed dari bangsa yang sama. Persilangan galur inbreed dari dua jenis yang berbeda kadang-kadang disebut perkawinan silang galur (Line Cross Breeding) (Warwick et al., 1990).

*      Penggaluran (Line Breeding)
Hardjosubroto (1994) menerangkan, penggaluran adalah salah satu metode perkawinan silang dalam antara individu-individu dengan salah satu moyang bersama dengan maksud agar hubungan antara individu dengan moyang bersama terpelihara sedekat mungkin.

*      Perkawinan Silang (Crossbreeding)
Perkawinan silang adalah perkawinan ternak-ternak dari bangsa yang berbeda (Warwick et al., 1990). Tekhnisnya Crossbreeding ini hanya berlaku untuk persilangan pertama pada bred asli, tetapi secara umum berlaku juga untuk sistem crisscrossingdari dua jenis atau rotasi persilangan dari tiga atau lebih bibit dan untuk menyilangkan pejantan murni dari satu ras untuk menaikan tingkatan betina dari ras yang yang lain (Warwick dan Legates,1979).

*      Grading Up
Grading Up adalah perkawinan pejantan murni dari satu bangsa dengan betina yang belum didiskripsikan atau belum diperbaiki dan dengan keturunannya betina dari generasi ke generasi (Warwick et al., 1990). Kemudian Hardjosubroto (1994) menerangkan bahwa, Grading upadalah sistem perkawinan silang yang keturunanya selalu disilangkanbalikan (back crossing) dengan bangsa pejantannyadengan maksud mengubah bangsa induk menjadi bangsa pejantan nya.

*      Persilangan Spesies
Sejak dahulu ternak-ternak diklasifikasikan ke dalam spesies yang berbeda sifat-sifatnya satu sama lain. Kebanyakan ternak yang diklasifikasikan dalam spesies yang berbeda tidak dapat disilangkan. Tetapi kadang-kadang persilangan mungkin terjadi antara spesies yang berkerabat dekat. Hasil persilangan tersebut sebagian besar tidak dapat diramalkan (Warwick et al.,1990).


















BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian  Crossbreeding
Perkawinan silang adalah perkawinan ternak-ternak dari bangsa yang berbeda (Warwick et al., 1990). Tekhnisnya Crossbreeding ini hanya berlaku untuk persilangan pertama pada bred asli, tetapi secara umum berlaku juga untuk sistem crisscrossing dari dua jenis atau rotasi persilangan dari tiga atau lebih bibit dan untuk menyilangkan pejantan murni dari satu ras untuk menaikan tingkatan betina dari ras yang yang lain (Warwick dan Legates,1979).
Crossbreeding merupakan persilangan antar ternak dari bangsa (breed) yang berbeda. Crossbreeding sapi potong mempunyai tujuan antara lain: a) membentuk bangsa teranak baru (composite breed), b) meningkatkan produksi ternak lokal, c) mendapatkan efek heterosis (sifat yang muncul dari persilangan yang berbeda dari induknya), d) mendapatkan komplementari bangsa (breed complementary). Di dunia sapi potong praktek persilangan ini banyak dilakukan untuk membentuk terminal cross atau composite breed antara Bos taurus dan Bos indicus. Australia merupakan negara peternakan yang banyak melakukan praktek ini untuk membentuk bangsa sapi baru yang tahan panas, tahan kering dan tahan caplak, namun mempunyai produktivitas yang tetap tinggi. Tercatat antara lain muncullah bangsa sapi baru silangan Bos taurus-Bos indicus, antara lain Simbrah (Simmental-Brahman), Brangus (Brahman-Angus), Australian Milking Zebu, Draught Master, Brahman Cross, Sahiwal Cross. Sejauh ini tidak dilaporkan adanya penurunan tingkat fertilitas secara signifikan bangsa sapi silangan tersebut di Australia dengan manajemen peternakan pastura ekstensif.
Dalam Crossbreeding terdapat 4 macam sistem, yakni :
1.      Sistem Terminal (Terminal System)
2.      Sistem Rotasi (Rotational System)
3.      Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
4.      Sistem Komposit (Composite System)

Berikut adalah penjelasan mengenai keempat sistem dari crossbreeding :
1.      Sistem Terminal (Terminal System)
Sistem ini merupakan salah satu sistem dari crossbreeding, yang dimana dalam sistem ini menggunakan 2 breed/ bangsa yang berbeda. Dalam sistem terminal ini, semua anak sapi hasil persilangan dijual dan betina pengganti (female replacements) diambil dari betina di luar kelompok. Betina yang dipilih sebagai induk yakni betina yang telah melewati seleksi sehingga didapatkan betina yang baik, tingkat produksi susu serta mothering ability yang baik. Sedangkan untuk jantan, tingkat pertumbuhan serta karakteristik karkas yang baik adalah merupakan hal yang sangat penting.
Adapun keuntungan yang diperoleh dengan adanya sistem ini adalah memungkinkan untuk meningkatkan heterosis progeny sebesar 100% selain itu juga dapat meningkatkan breed complementary. Sedangkan, kekurangan yang didapat dari sistem ini yakni diperlukan ladang pengembalaan (pasture) yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun kualitas, karena mengingat dalam sistem ini yang terlibat adalah 2 kelompok ternak sapi yang saling berbeda bangsa sehingga dimungkinkan juga berbeda dalam mengkonsumsi pakan/ hijauan (Frahm, R).

2.      Sistem Rotasi (Rotational System)
Dalam sistem ini diperlukan 2 atau 3 bangsa ternak yang berbeda. Secara umum terdapat dua macam sistem rotasi, yakni sistem rotasi 2 bangsa (Two-Breed Rotational Breed) dan sistem rotasi 3 bangsa (Three-Breed Rotational Breed). Namun, sistem yang banyak digunakan adalah sistem rotasi dengan menggunakan 3 bangsa ternak yang berbeda. Sedikit pemaparan mengenai sistem rotasi 2 bangsa, yakni ♀ dari breed A disilangkan dengan ♂ breed B, dan ♀ breed B disilangkan dengan ♂ breed A. Dalam sistem ini, akan didapatkan peningkatan heterosis sebesar 66%. Pada keturunannya akan memiliki 2/3 gen dari bangsa induknya, sedangkan 1/3 gen berasal dari bangsa lain.
Sedangkan untuk sistem rotasi dengan 3 bangsa, dalam 1 peternakan terdiri dari 3 bangsa ternak, yang dimana ♀ breed A digunakan sebagai female replacements untuk kemudian disilangkan dengan ♂ breed B. Ternak ♀  hasil  persilangan  tadi  digunakan  sebagai  female  replacements  yang kemudian disilangkan dengan ♂ breed C. Ternak ♀ hasil persilangan ini kemudian  digunakan  sebagai  female  replacements  yang kemudian  akan disilangkan dengan ♂ breed A.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari sistem rotasi 3 bangsa ini adalah dapat meningkatkan heterosis atau hybrid vigor lebih tinggi 20% - 21% dibandingkan dengan sistem rotasi 2 bangsa, yakni sebesar 86% - 87%. Disamping itu kerugian yang diperoleh dalam sistem ini adalah kesulitan dalam pemeliharaan bila dibandingkan dengan sistem rotasi dengan 2 bangsa,
Mengingat bahwa dalam sistem ini menggunakan 3 bangsa ternak yang berbeda,  sehingga  juga  dibutuhkan  pasture  yang  dapat  mencukupi maintenance (kebutuhan sehari-hari) dari ternak tersebut, serta pakan yang tersedia harus sesuai dengan A.I (animal unit) agar tidak terjadi overgrazing (  ∑  ternak  >  hijauan  )  dan  undergrazing  (∑  ternak  <  hijauan).

3.      Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
Sistem kombinasi ini merupakan sistem crossbreeding yangmengkombinasikan antara sistem rotasi (rotational system) dengan sistem terminal  (terminal  system).  Dimana  sistem  rotasi  berfungsi  untuk menyediakan female replacements (♀) dengan jalan persilangan antara breed A dengan breed B (A*B Rot) sedangkan sistem terminal berfungsi untuk menghasilkan keturunan yang kemudian akan dijual.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari sistem kombinasi ini adalah dimungkinkan dapat meningkatkan berat sapih sekitar 21%. Disamping itu, juga  dapat  meningkatkan  heterosis  yang  berasal  terminal  cross.  Dapat diasumsikan bahwa, kita akan mendapatkan 66% heterosis dari sistem rotasi (2 breed) dan 100% heterosis dari sistem terminal dan 50% dari total sapi di dalam Herd C ( kelompok C [T * (A*B)] ), ini dapat memungkinkan yakni kira-kira heterosis yang akan diperoleh adalah sebesar 83% (Frahm, R).
Sedangkan kerugian yang diperoleh dari sistem ini adalah setidaknya, minimal peternak memiliki 3 ladang pengembalaan (pasture), minimal terdiri dari  100  sapi/kelompok, diperlukan  kedisiplinan  serta  ketelitian  dala mengidentifikasi  sapi  menurut  tahun  kelahirannya  sebagaimana  bangsa induknya (Nick, 2005).

4.      Sistem Komposit (Composite System)
Composite  berarti  keturunan baru, yakni  dimana crossbreeding digunakan untuk membentuk keturunan baru/ komposit. Setelah keturunan tersebut terbentuk maka akan dibentuk sebuah kawasan atau kelompok untuk breed baru tersebut.
Keuntungan dari keturunan komposit mencangkup kemudahan manajemen, konsistensi heterosis yang tinggi dan seringkali bahwa keturunan baru ini dapat berkembang biak dalam suatu lingkungan yang ideal untuk dikembangkan secara khusus.

3.2 Contoh Perkawinan Crossbreeding
*      Sapi Santa Gertrudis
Merupaka hasil perkawinan antara sapi Brahman dengan sapi Shorthorn.


*      Sapi Brangus
Hasil perkawinan antara sapi Brahman dengan sapi Aberdeen Angus. Komposisi darahnya adalah 3/8 Brahman, 5/8 Angus.

*      Sapi Beef Master
Hasil persilangan antara sapi Brahman, Shorthorn dan sapi Hereford, dengan komposisi darah : 25% Hereford, 25% Shorthorn, 50% Brahman.


*      Sapi Charbray
Hasil kawin silang sapi Brahman dengan sapi Charolais. Komposisi darahnya adalah 3/16 Brahman, dan 13/16 Charolais.


*      Ayam Magon
Jenis ayam ini hasil dari crossbreeding antara ayam Pama dengan Saigon (pama-saigon = magon). Ayam saigon yang dimaksudkan disini dari jenis modern yang merupakan hasil cross antara ayam asli vietnam dengan ayam Madagaskar, biasanya ayam ini sudah tidak memiliki bulu botak lagi atau berbulu lebih lebat. Karakter yang diharapkan dari jenis ayam Magon ini adalah jenis ayam aduan dengan gaya bertarung seperti ayam Burma akan tetapi memiliki zise besar & ketahanan pukulan yang lebih tangguh seperti ayam saigon diharapkan akan lebih mudah untuk mendapatkan lawan tandingan.


*      Ayam Makhoe
Trend generasi terbaru dari ayam pakhoe adalah hasil crossbreeding antara ayam pakhoe dengan ayam burma yang disebutnya makhoe = pama pakhoe. Tentunya ayam jenis ini memiliki karakter bermain ketip bulu (nyangkul) atau mematuk segalanya & memukulnya ke badan keras-keras, bahkan juga ke kepala dengan akurasi yang lebih baik.


*      Ayam Pakhoe
Ayam Pakhoe sebenarnya ayam new release dari bangkok, awalnya ayam tersebut khusus untuk melawan Burma. karena untuk ukuran kelas di bawah 3 kg Burma di kalangan di bangkok hampir tidak terkalahkan, maka ayam burma di juluki hoe=setan oleh peternak di bangkok membuat trah baru yang terdiri dari 4 darah (bangkok, burma, Saigon, Brazil) yang setelah direlease ternyata hampir selalu mampu mengalahkan ayam Burma, maka di sebut pakhoe=pemukul setan.



*      Ayam Pama
Meupakan ayam dari genetik Burma mix Bangkok atau yang lebih dikenal dengan Pama, sekarang di negeri Siam telah terbukti menjadi yang terbaik. Dari gen inilah telah banyak di lakukan perkawinan silang (crossbreeding) dengan gen ayam Thai, Saigon / ganoi, Pakhoe, Brazilian, yang menghasilkan berbagai jenis seperti ayam Magon (pama-saigon), MaThai (pama-thai) dan nama-nama lain. Ayam Pama mempunyai jenis permainan yang bisa dibilang unik dimana tingkat akurasi/ ketepatan pukulannya sangat tinggi. Pukulannya yang keras & cepat selalu mengenai bagian kepala, mata & paruh. Tehnik permainannya yang unik, dimana banyak sepak (Tembak / mranggal) dan devensif susah masuk belit selain Anti Lock) telah banyak menyebabkan ayam dari jenis Bangkok yang terkenal dengan super lock harus sering tersungkur di dalam gelanggang.
BAB IV
KESIMPULAN

1.      Crossbreeding merupakan persilangan antar ternak dari bangsa (breed) yang berbeda.
2.      Crossbreeding sapi potong mempunyai tujuan antara lain: a) membentuk bangsa teranak baru (composite breed), b) meningkatkan produksi ternak lokal, c) mendapatkan efek heterosis (sifat yang muncul dari persilangan yang berbeda dari induknya), d) mendapatkan komplementari bangsa (breed complementary).
3.      Dalam Crossbreeding terdapat 4 macam sistem, yakni :
*      Sistem Terminal (Terminal System)
*      Sistem Rotasi (Rotational System)
*      Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
*      Sistem Komposit (Composite System)
4.      Contoh Perkawinan Crossbreeding : Sapi Santa Gertrudis, Sapi Charbray, Sapi Beef Master, Sapi Brangus, Ayam Magon, Ayam Makhoe, Ayam Pama dan Ayam Pakhoe.










DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/54678531/Bahan-Kuliah-Ilmu-Pemuliaan-Ternak ( diakses pada Sabtu, 5 januari 2013, pukul 08.13 WITA )
http://bengkoloeasrifarm.blogspot.com/2012/04/cross-breeding.html ( diakses pada Minggu, 6 januari 2013, pukul 15.24 WITA )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar