Penampilan
individu (P) secara umum biasanya ditentukan oleh dua factor yaitu factor
genetik (G) yang ditentukan oleh susunan genetik gen dan kromosom yang dimilki
oleh individu dan lingkungan (E) seperti pakan, penyalit, suhu, kelembaban dan
lainnya sperti terlihat pada rumus 1, namun terkadang penampilan individu juga
dipengaruhi oleh interaksi diantara kedua factor tersebut seperti terlihat pada
rumus dua. Factor genetik (kemampuan) yang bersifat baka kecuali terjadi mutasi
gen yang menyusunnya biasanya berpengaruh 30 – 40 % sedangkan factor lingkungan
(kesempatan) berpengaruh 60 – 70 %. Meskipun factor genetik pengaruhnya lebih
kecil, penampilan ternak tidak akan optimal bila ragam genetiknya cukup tinggi.
Rumus
1
P
= G + E
Rumus
2
P
= G + E + GE
Penampilan
individu pada ternak unggas juga dipengaruhi oleh factor-faktor yang disebutkan
diatas sperti factor genetis dan factor lingkungan. Salah satu factor khususnya
factor lingkungan adalah suhu. Dimana suhu pada ternak pada umunya memiliki pengaruh
yang cukup penting bagi performancenya. Begitu pula halnya pada penampilan
ternak unggas
Produksi ternak
disemua negara secara umum dipengaruhi oleh suhu dengan dua jalan :
- Pangaruh langsung terhadap ternak
- Pengaruh tak langsung terhadap ternak, yaitu terhadap lingkungannya
A.
Pengaruh
langsung terhadap ternak
Ternak-ternak
yang ada sekarang termasuk jenis unggas merupakan hewan yang homeotermi. Dimana
unggas dapat berusaha mempertahankan atau menjaga suhu tubuhnya dalam kisaran
normal, yang merupakan kisaran suhu yang sangat baik untuk aktivitas biologic
yang optimal bagi tubuhnya. Kisaran suhu tubuh ternak unggas adalah antara 400C
sampai 440C meskipun dengan beberapa pengecualiaan.
Untuk menjaga
suhu atau temperature tubuhnya dalam keadaan normal karena pengaruh yang
kondisinya berubah secara luar biasa, ternak unggas harus memiliki balance thermal antara produksi panasnya atau panasnya yang diperoleh dari
lingkungan dengan panas yang dilepaskan ke lingkungannya. Balance thermal dapat
dijelaskan dengan persamaan :
M – E ± F ± Cd ± Cv ± R
= 0
Keterangan :
M = produksi panas metabolis
E = panas yang hilang melalui kulit dan
penguapan melalui pernafasan
F = panas yang hilang atau yang didapat dari
makanan/minuman terhadap suhu.
Cd = panas yang hilang atau yang didapat dari
lingkungan
Cv = panas yang hilang atau yang didapat karena
konveksi yaitu karena kontak dengan udara
R = panas yang hilang atau yangt didapat
melalui radiasi
Produksi panas metabolis tergantung dari :
1. Produksi
panas basal untuk mempertahannkan proses-proses tubuh seperti suhu tubuh bagian
dalam, kegiatan jantung, paru-paru dan otot.
2. Produksi
panas dari pencernaan yang variasinya tergantung pada proses pencernaan ternak,
jumlah dan kualitas pakan yang dimakan.
3. Produksi
panas dari otot tergantung pada aktivitas ternak.
4. Naiknya metabolism untuk proses produksi,
pertumbuhan dan reproduksi.
Secara umum, produksi panas yang
bervariasi tersebut tergantug pada cara unggas mengeluarkan panasnya. Unggas
dapat mengurangi produksi panas karena pencernaan, tetapi tiadak bisa mengurangi
produksi panas karena prose-proses yang didalam tubuh minimal harus tetap
dipertahankan.
Ternak unggas tidak memiliki
kelenjar keringant, sehingga tidak dapat mendingingkan dengan berkeringat.jika
unggas harus menguapkan air dari kulitnya maka udara diantara bulu-bulu harus
selalu berganti dan ini kan mengakibatkan arus turbulens dan hambatan waktu
terbang. Unggas melakukan penguapan air dengan jalan terengah-engah dan kantong
udara yang berhubungan dengan paru-paru bisa juga membantu pengeluran panas.
Berikut ini
meruapakan pengaruh-pengaruh langsuh suhu terhadap ternak unggas :
Pengambilan
dan penggunaan pakan
a. Makanan
yang dimakan (feed intake)
Suhu lingkungan akan mempengaruhi jumlah
makanan yang dimakan oleh ternak. Kenaikan dan penurunan suhu akan berdamapak
pada sedikit banyaknya pakan yang dimakan oleh ternak, suhu yang meningkat pada
lingkungan akan menurunkan feed intake pada ternak.
b. Air
yang diminum (water intake)
Pengaruh suhu terhadap air yang diminum
adalah sangat kompleks oleh karena air yang diperlukan untuk dua tujuan penting
: pertama sebagai makanan yang
penting dan merupakan bagian dari tubuh ternak dan yang kedua untuk membantu ternak unggas melepaskan panas tubuhnya dengan
cara konduksi dan penguapan.
c. Efisiensi
penggunaan pakan
Hasil-hasil penelitiaan yang terkontrol
kenaikan suhu lingkungan menurunkan penggunaan pakan, meskipun pada kondisi
yang sebenarnya di lapangan ada perbedaan-perbedaan yang tidak nyata.
d. Hilangnya
zat-zat makanan karena penguapan air dari tubuh dan air liur
Pada umumnya saat ternak mengeluarkan
panas melalui penguapan air dari tubuhnya serta air liur untuk menormalkan suhu
tubuh akan terjadi kehilangan zat-zat makanan dan mineral namun hal ini tidak
begitu banyak.
Pertumbuhan
Kenaikan
atau penurunan suhu yang sangat signifikan dapat mengakibatkan stress yang
dapat menekan nafsu makan, sehingga mempengaruhi jumlah pakan yang dimakan dan
hal ini dapat mempengaruhi produktivitas yang bisa diukur dari pertumbuhan dan
produksinya.
Anak
ayam lebih toleran terhadap suhu lingkungan yang tinggi dibandingkan dengan
ayam dewasatetapi bila suhu udara diatas 350 C ada bahaya kepanasan
bagi anak yam umur sehari pada waktu diangkut dari temapt penetasan. Pada anak
ayam system termoregulasinya belum cukup baik akibat dari fungsi fisiologis dan
anatomis tubuh belum ternbentuk sempurna
seperti misalnya bulu yang mampu membantu mengatur suhu tubuh unggas yang memiliki
suhu diatas suhu tubuh mamalia (ternak lain).
Suhu
lingkungan yang tinggi mungkin akan menekan laju pertumbuhan unggas meskipun
ada perbedaab-perbedaan reaksi dari jenis unggas yang berbeda (Hutchinson,
1954). Jenis unggas ringan lebih tahan terhadap panas dibandingkan dengan
unggas yang lebih berat
Reproduksi
Suhu
lingkungan yang tinggi atau fluktuasi suhu yang besar seperti terjadi pada
derah subtropics dapat langsung mempengaruhi performance reproduksi. Produksi
telur unggas tertinggi terjadi pada saat suhu netral (Osbaldiston dan Sainsbury,
1965). Suhu lingkungan yang tinggi dan konstan mempengaruhi kecepatan bertelur dan
jumlah telur, dan juga menyebabkan pada berat telur dan ketebalan kulit telur
(Wilson, 1949). Kekurangan air akan menambah besar pengaruh-pengaruh diatas.
Fertilitas dan daya tetas telur juga menurun pada suhu yang tinggi (Huston dan
Carmon, 1958).
Daerah termoneutralitas untuk
ayam-ayam dewasa yang beterlur adalah kira-kira dalam kisaran 50 C
sampai 250C. dengan peningkatan suhu lingkungan rupanya ada suatu
penurunan dalam jumlah pakan yang diamkan dan perubahan-perubahan tingkah laku,
dicerminkan pada penurunan yang terus menerus dalam produksi panas sebagai
contoh war, Waring dan Brown (1967) menyatakan bahwa bila temperatu sekitar
(ambien) meningkat dari 210 C sampai 29,50 C laju
metabolic puasa ( Fasting metabolic rate, FMR) akan turun dari 106 sampai 96 kcal/kg0,75 per hari.
Payne (1967) memperlihatkan bahwa temperature yang berkisar -50 C
samapi 30 0 C ada suatu penguranagan kira-kira 1,6 % dalam jumlah makanan
yang diamakan untuk setiap 100 C kenaikan suhu ambient. Bila
temperature ambient diatas 300 C maka produksi dan besar telur akan
menurun.
Pada ayam pedaging, data percobaan
menunjukkan bahwa ayam-ayam yang dipelihara pada suhu ambient kisaran 17 sampai
18,3 0 C agak lebih berat daripada ayam yang dipelihara dalam
temperature ambient yang berkisar 18,3 sampai 350 C tetapi efisiensi
pengubahan pakan akan lebih kecil. Kehilangan air pada tubuh ternak unggas
sangat tinggi bila pada suhu sekitar 37,80 C atau lebih. Ini
hubungannya bahwa unggas tidak memiliki kelnjar keringat dan satu-satunya cara
pendinginan adalah dengan penguapan air.
Kelembababn yang tinggi berkombinasi
dengan suhu tinggi mempengaruhi Austrolop daripada bangsa-bangsa lainnya.
Pergerakan udara memperbaiki penampilannya sedikit, terutama jika kelembabannya
juga tinggi.
Efek pertama temperature ambien tinggi
adalah mulai terjadinya gugur bulu sebagian dan secara radikal mengurangi
produksi telur.telur yang dihasilkan pada unggas yang mendapat suhu tinggi
sering berkulit lembek dan bentuknya tidak serasi. Peran nyata peneluran
meningkatkan suhu tubuh biasanya 41,10 C dengan 1,1 0 C.
Bangsa ayam yang berbeda memiliki reaksi
yang berbeda pula. Pada kelembababan yang relative rendah, Lehorn putih paling
sedikit dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang tinggi, sedangkan pada kelembaban
relatif yang tinggi Leghorn coklat paling sedikit dipengaruhi dan ayam-ayam
Austrolop yang banyak dipengaruhi.
Pengaruh
tak langsung, yaitu pada lingkungan ternak
Pengaruh suhu
yang tidak langsung pada ternak unggas lebih banyak kaitannya dengan factor yang
akan mempengaruhi lingkungan tempat hidup dari pada ternak unggas itu sendiri.
Pengaruh tak langsung dari suhu terhadap performance ternak unggas adalah dimana
suhu dapat mempengaruhi ketersediaan pakan, ketersediaan air, timbulnya
penyakit dan parasit tertentu, disini suhu juga akan sangat mempengaruhi cara
penyimpanan pakan bagi ternak unggas.
Faktor-faktor
diatas memang sangat mempengaruhi lingkungan dari ternak unggas, dimana
nantinya akan mempengaruhi secara tidak langsung pada unggas itu sendiri.
Namun, pada perkembangan ilmu pengetahuaan dan teknologi yang begitu pesat
dewasa ini. Pengaruh lingkungan khusunya suhu yang baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap performance ternak unggas sudah dapat diatasi. Cara pemeliharaan modern (manajemen modern)
dimana sekarang ini usaha ternak unggas yang komersil yang ada dimasyarakat
sudah lebih banyak menggunakan system pemeliharaan secara intesif dibandingkan
system pemeliharaan secara ekstensif.
System
pemeliharaan secara ekstesif inilah yang akan lebih dipengaruhi oleh suhu
sebagai factor lingkaungan karena pada sisitem ini seluruh aktivitas peternakan
masih menggunakan cara-cara tradisional yang sangat bergantung pada alam.
Sedangkan pada pemeliharaan ternak yang sudah menggunakan system intesif
pengaruh–pengaruh lingkungan, khususnya pengaruh-pengaruh buruk yang akan
memberiakan efek buruk pada performance unggas itu sendiri dapat dikendalikan.
Dengan menggunakan sitem pemeliharaan intesif sentuhan teknologi sudah sangat
terasa dimana lingkungan tempat hidup ternak unggas dapat dikendalikan.
Sehingga pada system ini lingkungan tempat hidup ternak khususnya suhu
disesuaikan atau diatur sedemikiaan rupa menjadi suhu yang sesuai dengan suhu
yang yang nyaman bagi ternak untuk dapat beraktivitas dengan baik (pertumbuhan,
reproduksi, dan produksi-prosuksi lainnya).
Aklimatisasi
juga merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi keadaan ternak unggas
yang tidak hanya berpengaruh pada performance tapi juga dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup dari ternak unggas itu sediri. Aklimatisasi adalah istialh
yang diberikan kepada suatu proses kompleks yang terjadi pada ternak yang
sedang menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang harus ditempatinya untuk
hidup. Bila ternak diperkenalkan pada lingkungan baru dan tekanan-tekanan yang
ada begitu berat, maka ternak tersebut akan mengalami kemundurun dari segi
produksi, pertumbuhan, dan bahkan ternak tersebut akan gagal hidup ditempat
tersebut.
Salah satu yang
sangat terlihat adalah aklimatisasi terhadap suhu yang dapat berakibat stress
panas. Ada ternak khusunya unggas yang dapat beradaptasi dengan baik ada yang
tidak. Aklimatisasi permanen terhadap stess panas dapt terjadi karena
perubahan-perubahan kebiasaaan ternak ungggas tersebut. Sehingga ternak unggas
tersebut dapat beradaptasi dengan baik. Namun dewasa ini hal tersebut dapat
diatasi dengan pengkondisian lingkungan yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang nyaman bagi kehidupan ternak unggas itu sendiri.
Secara garis
besar pengaruh suhu terhadap performance ternak unggas baik dari pengaruh
langsung maupun tak langsungnya adalah suhu akan mempengaruhi seluruh
proses-proses fisiologis dari tubuh ternak unggas yang secara langsung akan
mempengaruhi metabolismenya. Dimana metabolisme sangat berkaitan erat dengan
aktivitas-aktivitas dari kehidupan ternak unggas yang akan mempengaruhi
performancenya, baik dari segi fisik (pertumbuhan), reproduksi dan tingkat produksi-produksi
lainnya.
Pengaruh dari
suhu khususnya pengaruh negative yang dapat menekan performance optimum dari
ternak unggas dapat diatasi dengan pemberiaan lingkungan (suhu) yang nyaman dan
sesuai dengan kebutuhan ternak unggas dimana sekarang ini dapat dilakukan
dengan sentuhan-sentuhan teknologi.
Daftar
Pustaka
Reksohadiprodjo, Soedomo. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE ;
Yogyakarta
Staf Lab. Ternak Unggas. 2008. Diktat Ilmu Ternak Unggas. Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana ; Denpasar
Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Gadjah Mada University Press; Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar