Sabtu, 17 Mei 2014

PENGARUH SUHU TERHADAP PERFORMANCE UNGGAS



            Penampilan individu (P) secara umum biasanya ditentukan oleh dua factor yaitu factor genetik (G) yang ditentukan oleh susunan genetik gen dan kromosom yang dimilki oleh individu dan lingkungan (E) seperti pakan, penyalit, suhu, kelembaban dan lainnya sperti terlihat pada rumus 1, namun terkadang penampilan individu juga dipengaruhi oleh interaksi diantara kedua factor tersebut seperti terlihat pada rumus dua. Factor genetik (kemampuan) yang bersifat baka kecuali terjadi mutasi gen yang menyusunnya biasanya berpengaruh 30 – 40 % sedangkan factor lingkungan (kesempatan) berpengaruh 60 – 70 %. Meskipun factor genetik pengaruhnya lebih kecil, penampilan ternak tidak akan optimal bila ragam genetiknya cukup tinggi.

Rumus 1
P = G + E

Rumus 2
P = G + E + GE

            Penampilan individu pada ternak unggas juga dipengaruhi oleh factor-faktor yang disebutkan diatas sperti factor genetis dan factor lingkungan. Salah satu factor khususnya factor lingkungan adalah suhu. Dimana suhu pada ternak pada umunya memiliki pengaruh yang cukup penting bagi performancenya. Begitu pula halnya pada penampilan ternak unggas
Produksi ternak disemua negara secara umum dipengaruhi oleh suhu dengan dua jalan :
  1. Pangaruh langsung terhadap ternak
  2. Pengaruh tak langsung terhadap ternak, yaitu terhadap lingkungannya


A.     Pengaruh langsung terhadap ternak
Ternak-ternak yang ada sekarang termasuk jenis unggas merupakan hewan yang homeotermi. Dimana unggas dapat berusaha mempertahankan atau menjaga suhu tubuhnya dalam kisaran normal, yang merupakan kisaran suhu yang sangat baik untuk aktivitas biologic yang optimal bagi tubuhnya. Kisaran suhu tubuh ternak unggas adalah antara 400C sampai 440C meskipun dengan beberapa pengecualiaan.
Untuk menjaga suhu atau temperature tubuhnya dalam keadaan normal karena pengaruh yang kondisinya berubah secara luar biasa, ternak unggas harus memiliki balance thermal antara produksi panasnya atau panasnya yang diperoleh dari lingkungan dengan panas yang dilepaskan ke lingkungannya. Balance thermal dapat dijelaskan dengan persamaan :


M – E ± F ± Cd ± Cv ± R = 0

Keterangan :
M   = produksi panas metabolis
E    = panas yang hilang melalui kulit dan penguapan melalui pernafasan
F    = panas yang hilang atau yang didapat dari makanan/minuman terhadap suhu.
Cd = panas yang hilang atau yang didapat dari lingkungan
Cv  = panas yang hilang atau yang didapat karena konveksi yaitu karena kontak dengan udara
R    = panas yang hilang atau yangt didapat melalui radiasi

      Produksi panas metabolis tergantung dari :
1.      Produksi panas basal untuk mempertahannkan proses-proses tubuh seperti suhu tubuh bagian dalam, kegiatan jantung, paru-paru dan otot.
2.      Produksi panas dari pencernaan yang variasinya tergantung pada proses pencernaan ternak, jumlah dan kualitas pakan yang dimakan.
3.      Produksi panas dari otot tergantung pada aktivitas ternak.
4.       Naiknya metabolism untuk proses produksi, pertumbuhan dan reproduksi.
            Secara umum, produksi panas yang bervariasi tersebut tergantug pada cara unggas mengeluarkan panasnya. Unggas dapat mengurangi produksi panas karena pencernaan, tetapi tiadak bisa mengurangi produksi panas karena prose-proses yang didalam tubuh minimal harus tetap dipertahankan.
            Ternak unggas tidak memiliki kelenjar keringant, sehingga tidak dapat mendingingkan dengan berkeringat.jika unggas harus menguapkan air dari kulitnya maka udara diantara bulu-bulu harus selalu berganti dan ini kan mengakibatkan arus turbulens dan hambatan waktu terbang. Unggas melakukan penguapan air dengan jalan terengah-engah dan kantong udara yang berhubungan dengan paru-paru bisa juga membantu pengeluran panas.


Berikut ini meruapakan pengaruh-pengaruh langsuh suhu terhadap ternak unggas :

*      Pengambilan dan penggunaan pakan
a.       Makanan yang dimakan (feed intake)
Suhu lingkungan akan mempengaruhi jumlah makanan yang dimakan oleh ternak. Kenaikan dan penurunan suhu akan berdamapak pada sedikit banyaknya pakan yang dimakan oleh ternak, suhu yang meningkat pada lingkungan akan menurunkan feed intake pada ternak.
b.      Air yang diminum (water intake)
Pengaruh suhu terhadap air yang diminum adalah sangat kompleks oleh karena air yang diperlukan untuk dua tujuan penting : pertama sebagai makanan yang penting dan merupakan bagian dari tubuh ternak dan yang kedua untuk membantu ternak unggas melepaskan panas tubuhnya dengan cara konduksi dan penguapan.
c.       Efisiensi penggunaan pakan
Hasil-hasil penelitiaan yang terkontrol kenaikan suhu lingkungan menurunkan penggunaan pakan, meskipun pada kondisi yang sebenarnya di lapangan ada perbedaan-perbedaan yang tidak nyata.

d.      Hilangnya zat-zat makanan karena penguapan air dari tubuh dan air liur
Pada umumnya saat ternak mengeluarkan panas melalui penguapan air dari tubuhnya serta air liur untuk menormalkan suhu tubuh akan terjadi kehilangan zat-zat makanan dan mineral namun hal ini tidak begitu banyak.

*      Pertumbuhan
      Kenaikan atau penurunan suhu yang sangat signifikan dapat mengakibatkan stress yang dapat menekan nafsu makan, sehingga mempengaruhi jumlah pakan yang dimakan dan hal ini dapat mempengaruhi produktivitas yang bisa diukur dari pertumbuhan dan produksinya.
      Anak ayam lebih toleran terhadap suhu lingkungan yang tinggi dibandingkan dengan ayam dewasatetapi bila suhu udara diatas 350 C ada bahaya kepanasan bagi anak yam umur sehari pada waktu diangkut dari temapt penetasan. Pada anak ayam system termoregulasinya belum cukup baik akibat dari fungsi fisiologis dan anatomis tubuh  belum ternbentuk sempurna seperti misalnya bulu yang mampu membantu mengatur suhu tubuh unggas yang memiliki suhu diatas suhu tubuh mamalia (ternak lain).
      Suhu lingkungan yang tinggi mungkin akan menekan laju pertumbuhan unggas meskipun ada perbedaab-perbedaan reaksi dari jenis unggas yang berbeda (Hutchinson, 1954). Jenis unggas ringan lebih tahan terhadap panas dibandingkan dengan unggas yang lebih berat

*      Reproduksi
      Suhu lingkungan yang tinggi atau fluktuasi suhu yang besar seperti terjadi pada derah subtropics dapat langsung mempengaruhi performance reproduksi. Produksi telur unggas tertinggi terjadi pada saat suhu netral (Osbaldiston dan Sainsbury, 1965). Suhu lingkungan yang tinggi dan konstan mempengaruhi kecepatan bertelur dan jumlah telur, dan juga menyebabkan pada berat telur dan ketebalan kulit telur (Wilson, 1949). Kekurangan air akan menambah besar pengaruh-pengaruh diatas. Fertilitas dan daya tetas telur juga menurun pada suhu yang tinggi (Huston dan Carmon, 1958).
            Daerah termoneutralitas untuk ayam-ayam dewasa yang beterlur adalah kira-kira dalam kisaran 50 C sampai 250C. dengan peningkatan suhu lingkungan rupanya ada suatu penurunan dalam jumlah pakan yang diamkan dan perubahan-perubahan tingkah laku, dicerminkan pada penurunan yang terus menerus dalam produksi panas sebagai contoh war, Waring dan Brown (1967) menyatakan bahwa bila temperatu sekitar (ambien) meningkat dari 210 C sampai 29,50 C laju metabolic puasa ( Fasting metabolic rate, FMR) akan turun dari 106  sampai 96 kcal/kg0,75 per hari. Payne (1967) memperlihatkan bahwa temperature yang berkisar -50 C samapi 30 0 C ada suatu penguranagan kira-kira 1,6 % dalam jumlah makanan yang diamakan untuk setiap 100 C kenaikan suhu ambient. Bila temperature ambient diatas 300 C maka produksi dan besar telur akan menurun.
            Pada ayam pedaging, data percobaan menunjukkan bahwa ayam-ayam yang dipelihara pada suhu ambient kisaran 17 sampai 18,3 0 C agak lebih berat daripada ayam yang dipelihara dalam temperature ambient yang berkisar 18,3 sampai 350 C tetapi efisiensi pengubahan pakan akan lebih kecil. Kehilangan air pada tubuh ternak unggas sangat tinggi bila pada suhu sekitar 37,80 C atau lebih. Ini hubungannya bahwa unggas tidak memiliki kelnjar keringat dan satu-satunya cara pendinginan adalah dengan penguapan air.
            Kelembababn yang tinggi berkombinasi dengan suhu tinggi mempengaruhi Austrolop daripada bangsa-bangsa lainnya. Pergerakan udara memperbaiki penampilannya sedikit, terutama jika kelembabannya juga tinggi.
      Efek pertama temperature ambien tinggi adalah mulai terjadinya gugur bulu sebagian dan secara radikal mengurangi produksi telur.telur yang dihasilkan pada unggas yang mendapat suhu tinggi sering berkulit lembek dan bentuknya tidak serasi. Peran nyata peneluran meningkatkan suhu tubuh biasanya 41,10 C dengan 1,1 0 C.
      Bangsa ayam yang berbeda memiliki reaksi yang berbeda pula. Pada kelembababan yang relative rendah, Lehorn putih paling sedikit dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang tinggi, sedangkan pada kelembaban relatif yang tinggi Leghorn coklat paling sedikit dipengaruhi dan ayam-ayam Austrolop yang banyak dipengaruhi. 
 

Pengaruh tak langsung, yaitu pada lingkungan ternak
Pengaruh suhu yang tidak langsung pada ternak unggas lebih banyak kaitannya dengan factor yang akan mempengaruhi lingkungan tempat hidup dari pada ternak unggas itu sendiri. Pengaruh tak langsung dari suhu terhadap performance ternak unggas adalah dimana suhu dapat mempengaruhi ketersediaan pakan, ketersediaan air, timbulnya penyakit dan parasit tertentu, disini suhu juga akan sangat mempengaruhi cara penyimpanan pakan bagi ternak unggas.
Faktor-faktor diatas memang sangat mempengaruhi lingkungan dari ternak unggas, dimana nantinya akan mempengaruhi secara tidak langsung pada unggas itu sendiri. Namun, pada perkembangan ilmu pengetahuaan dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini. Pengaruh lingkungan khusunya suhu yang baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap performance ternak unggas sudah dapat diatasi.  Cara pemeliharaan modern (manajemen modern) dimana sekarang ini usaha ternak unggas yang komersil yang ada dimasyarakat sudah lebih banyak menggunakan system pemeliharaan secara intesif dibandingkan system pemeliharaan secara ekstensif.
System pemeliharaan secara ekstesif inilah yang akan lebih dipengaruhi oleh suhu sebagai factor lingkaungan karena pada sisitem ini seluruh aktivitas peternakan masih menggunakan cara-cara tradisional yang sangat bergantung pada alam. Sedangkan pada pemeliharaan ternak yang sudah menggunakan system intesif pengaruh–pengaruh lingkungan, khususnya pengaruh-pengaruh buruk yang akan memberiakan efek buruk pada performance unggas itu sendiri dapat dikendalikan. Dengan menggunakan sitem pemeliharaan intesif sentuhan teknologi sudah sangat terasa dimana lingkungan tempat hidup ternak unggas dapat dikendalikan. Sehingga pada system ini lingkungan tempat hidup ternak khususnya suhu disesuaikan atau diatur sedemikiaan rupa menjadi suhu yang sesuai dengan suhu yang yang nyaman bagi ternak untuk dapat beraktivitas dengan baik (pertumbuhan, reproduksi, dan produksi-prosuksi lainnya).
Aklimatisasi juga merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi keadaan ternak unggas yang tidak hanya berpengaruh pada performance tapi juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dari ternak unggas itu sediri. Aklimatisasi adalah istialh yang diberikan kepada suatu proses kompleks yang terjadi pada ternak yang sedang menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang harus ditempatinya untuk hidup. Bila ternak diperkenalkan pada lingkungan baru dan tekanan-tekanan yang ada begitu berat, maka ternak tersebut akan mengalami kemundurun dari segi produksi, pertumbuhan, dan bahkan ternak tersebut akan gagal hidup ditempat tersebut.
Salah satu yang sangat terlihat adalah aklimatisasi terhadap suhu yang dapat berakibat stress panas. Ada ternak khusunya unggas yang dapat beradaptasi dengan baik ada yang tidak. Aklimatisasi permanen terhadap stess panas dapt terjadi karena perubahan-perubahan kebiasaaan ternak ungggas tersebut. Sehingga ternak unggas tersebut dapat beradaptasi dengan baik. Namun dewasa ini hal tersebut dapat diatasi dengan pengkondisian lingkungan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang nyaman bagi kehidupan ternak unggas itu sendiri.
Secara garis besar pengaruh suhu terhadap performance ternak unggas baik dari pengaruh langsung maupun tak langsungnya adalah suhu akan mempengaruhi seluruh proses-proses fisiologis dari tubuh ternak unggas yang secara langsung akan mempengaruhi metabolismenya. Dimana metabolisme sangat berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas dari kehidupan ternak unggas yang akan mempengaruhi performancenya, baik dari segi fisik (pertumbuhan), reproduksi dan tingkat produksi-produksi lainnya.
Pengaruh dari suhu khususnya pengaruh negative yang dapat menekan performance optimum dari ternak unggas dapat diatasi dengan pemberiaan lingkungan (suhu) yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan ternak unggas dimana sekarang ini dapat dilakukan dengan sentuhan-sentuhan teknologi.








Daftar Pustaka



Reksohadiprodjo, Soedomo. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE ; Yogyakarta
Staf Lab. Ternak Unggas. 2008. Diktat Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana ; Denpasar
Williamson, G. dan W. J. A Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar