Sering
kali seorang manusia terbelenggu dengan apa yang mereka pikirkan. Merasakan
bahwa apa yang mereka sudah dapatkan, milikki dan pikirkan adalah lebih baik
dari pada orang lain. Dalam kondisi ini sesungguhnya mereka sedang lupa, bahwa
mereka adalah sama dengan orang lain.
Sama
? Bukannya manusia diciptakan berberda – beda ? Dengan DNA yang berbeda ? Mengapa
kemudian dikatakan sama ?
Sebagaimanapun
berbedanya seorang manusia dengan manusia lainnya, maka senantiasa selalu
berasal dari satu sumber yang sama. Berasal dari beliau Tuhannya dan berasal
dari satu sel yang satu yang akhirnya berkembang menjadi satu organisme yang
disebut manusia. Maka dari itu, janganlah berpikir bahwa Anda lebih baik dari
orang lain. Karena ketika Anda berpikir lebih baik dari orang lain, diwaktu
yang sama orang lain akan jauh lebih baik dari pada Anda.
Mengapa
?
Mata
manusia memang hanya dua dan hanya berbentuk bola kecil, namun mampu melihat
indahnya seluruh dunia. Telinga manusia memang hanya dua dan kecil, namun mampu
mendengar seluruh suara yang ada di dunia ini. Bibir manusia memang hanya satu,
namun mampu merasakan semua rasa yang ada di dunia ini.
Seorang
manusia yang dibutakan akan apa yang dimiliki, dirasakan dan dipikirkannya
sering kali lupa bahwa orang – orang diluar sana jauh lebih dari pada mereka.
Mengapa kemudian bisa lebih ?. Jawaban yang sederhana, karena mereka yang
diluar sana tidak menutup diri akan kekurangannya, sadar akan ketidakmampuannya
untuk tahu dan bisa segalanya, dan mampu saling mengisi. Sementara Anda yang
lupa, akan senatiasa terbelenggu dalam pikiran yang tidak mampu menerima hal
baru, menerima perbedaan dan terkungkung akan kemampuan diri yang terbatas.
Pembukaan
diri bukan berarti membuka segalanya. Dalam hal apapun selalu ada batasan –
batasan yang membebas terbataskan manusia dengan yang lainnya. Mungkin
bahasanya terlalu berat, namun secara sederhana dapat diartikan bahwa manusia
itu adalah bebas, tapi tetap berada dalam satu garis pembatas. Seperti seekor
kuda yang bebas bergerak didalam kandang, bebas berlari dan bebas berekspresi.
Namun tetap berada dalam satu kandang yang tidak mampu ditembusnya.
Pertanyaannya kemudian, mengapa harus ada pembatas ?. Sekali lagi jawabannya
sangatlah sederhana, karena manusia bukanlah siapa – siapa di dunia ini, bukan
sesuatu yang mampu bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Dan kerena
manusia itu lemah jika dibandingkan dengan dunia yang luas ini.
Dalam
usaha menunjukkan kemapuannya dan menggapai keinginannya, seorang manusia sering
kali mengatasnamakan hak dan kewajiban.
Dan ketika manusia sedang
menggapai haknya, diwaktu yang sama akan senantiasa lupa dengan hak
orang lain. Bahkan kewajiban yang semestinya dilakukan pun sering kali
dilupakan. Sekali lagi hal ini menunnjukkan bahwa manusia itu memang bebas,
namun terbatas. Bebas akan dirinya sendiri, namun terbatas akan keberadaan
orang lain.
Jadilah
seorang manusia yang lebih dewasa dalam berpikir dan mengambil keputusan,
jadilah seorang manusia yang mampu menggunakan pikiran dan nalar, jadilah
manusia yang mampu menempatkan diri pada posisi orang lain, dan jadilah seorang
manusia yang lebih baik dari Anda sebelumnya. Bagaimana caranya ?. Pikirkan apa
yang Anda lakukan, pikirkan, katakanan sekarang, dan kembalikan pada diri Anda
bahwa Anda memiliki kekurangan.
Dan
satu hal lagi, semakin dewasanya Anda menjadi manusia. Anda tetaplah seorang
anak atau bayi bagi orang tua Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar