Kamis, 22 Mei 2014

*Boleh Direnungkan*



Sering kali seorang manusia terbelenggu dengan apa yang mereka pikirkan. Merasakan bahwa apa yang mereka sudah dapatkan, milikki dan pikirkan adalah lebih baik dari pada orang lain. Dalam kondisi ini sesungguhnya mereka sedang lupa, bahwa mereka adalah sama dengan orang lain.
Sama ? Bukannya manusia diciptakan berberda – beda ? Dengan DNA yang berbeda ? Mengapa kemudian dikatakan sama ?
Sebagaimanapun berbedanya seorang manusia dengan manusia lainnya, maka senantiasa selalu berasal dari satu sumber yang sama. Berasal dari beliau Tuhannya dan berasal dari satu sel yang satu yang akhirnya berkembang menjadi satu organisme yang disebut manusia. Maka dari itu, janganlah berpikir bahwa Anda lebih baik dari orang lain. Karena ketika Anda berpikir lebih baik dari orang lain, diwaktu yang sama orang lain akan jauh lebih baik dari pada Anda.
Mengapa ?
Mata manusia memang hanya dua dan hanya berbentuk bola kecil, namun mampu melihat indahnya seluruh dunia. Telinga manusia memang hanya dua dan kecil, namun mampu mendengar seluruh suara yang ada di dunia ini. Bibir manusia memang hanya satu, namun mampu merasakan semua rasa yang ada di dunia ini.
Seorang manusia yang dibutakan akan apa yang dimiliki, dirasakan dan dipikirkannya sering kali lupa bahwa orang – orang diluar sana jauh lebih dari pada mereka. Mengapa kemudian bisa lebih ?. Jawaban yang sederhana, karena mereka yang diluar sana tidak menutup diri akan kekurangannya, sadar akan ketidakmampuannya untuk tahu dan bisa segalanya, dan mampu saling mengisi. Sementara Anda yang lupa, akan senatiasa terbelenggu dalam pikiran yang tidak mampu menerima hal baru, menerima perbedaan dan terkungkung akan kemampuan diri yang terbatas.
Pembukaan diri bukan berarti membuka segalanya. Dalam hal apapun selalu ada batasan – batasan yang membebas terbataskan manusia dengan yang lainnya. Mungkin bahasanya terlalu berat, namun secara sederhana dapat diartikan bahwa manusia itu adalah bebas, tapi tetap berada dalam satu garis pembatas. Seperti seekor kuda yang bebas bergerak didalam kandang, bebas berlari dan bebas berekspresi. Namun tetap berada dalam satu kandang yang tidak mampu ditembusnya. Pertanyaannya kemudian, mengapa harus ada pembatas ?. Sekali lagi jawabannya sangatlah sederhana, karena manusia bukanlah siapa – siapa di dunia ini, bukan sesuatu yang mampu bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Dan kerena manusia itu lemah jika dibandingkan dengan dunia yang luas ini.
Dalam usaha menunjukkan kemapuannya dan menggapai keinginannya, seorang manusia sering kali mengatasnamakan hak dan kewajiban.  Dan ketika manusia sedang  menggapai haknya, diwaktu yang sama akan senantiasa lupa dengan hak orang lain. Bahkan kewajiban yang semestinya dilakukan pun sering kali dilupakan. Sekali lagi hal ini menunnjukkan bahwa manusia itu memang bebas, namun terbatas. Bebas akan dirinya sendiri, namun terbatas akan keberadaan orang lain.
Jadilah seorang manusia yang lebih dewasa dalam berpikir dan mengambil keputusan, jadilah seorang manusia yang mampu menggunakan pikiran dan nalar, jadilah manusia yang mampu menempatkan diri pada posisi orang lain, dan jadilah seorang manusia yang lebih baik dari Anda sebelumnya. Bagaimana caranya ?. Pikirkan apa yang Anda lakukan, pikirkan, katakanan sekarang, dan kembalikan pada diri Anda bahwa Anda memiliki kekurangan.
Dan satu hal lagi, semakin dewasanya Anda menjadi manusia. Anda tetaplah seorang anak atau bayi bagi orang tua Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar