Sabtu, 17 Mei 2014

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI GIZI BAHAN PAKAN TERNAK



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Nutrisi (gizi) bahan pakan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ternak. Secara umum nutrisi yang didapatkan oleh ternak sudah terkandung didalam pakan alaminya, namun karena tuntutan manusia yang menginginkan hasil produksi yang lebih banyak maka ternak harus diberikan asupan nutrisi yang lebih banyak sehingga produksinya dapat maksimal.
Kandungan nutrisi yang sudah terkandung didalam pakan ternak, mungkin saja tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ternak. Hal ini bisa dikarenakan ternak dalam kondisi sakit sehingga tidak bisa mencerna pakannya atau bahan pakan yang diberikan memiliki zat antinutrisi yang menyebabkan zat nutrisinya tidka dapat termanfaatkan. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi nilai gizi ternak sangatlah penting untuk diketahui.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang penting untuk dibahas pada makalah ini adalah faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi nilai gizi dari bahan pakan ternak ?
I.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi nilai gizi pakan ternak, dan manfaatnya adalah mampu memahami dan mengimplementasikannya dalam usaha peternakan sesungguhnya sehingga dapat mengatasi permasalahan kekurangan gizi pada ternak.

BAB II
MATERI DAN METODE

II.1 Bahan Makanan Ternak
 Bahan pakan atau makanan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok, yaitu bahan pakan asal tanaman dan asal non tanaman (ternak atau ikan). Berdasarkan sifat fisik dan kimianya dibedakan menjadi : hijauan kering, jerami, tanaman padangan rumput, silage dan haylage; hijauan segar; sumber energi; sumber protein; suplemen vitamin, mineral; aditif dan non aditif. Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan zat nutrien atau komposisi kimianya, serta tinggi rendahnya zat anti-nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan.
Beberapa jenis bahan pakan ternak :
a.       Bungkil Kedelai
-        Sumber Bahan berasal : Soyabean Meal/Bungkil Kedelai hasil libah pembuatan tepung kedelai merupakan hasil ekstraksi dari kedelai, dimana minyak kedelai atau lecithin dikeluarkan dan merupakan by product dari kedelai itu sendiri. SBM Soyabean Meal dikenal pula dengan sebutan bungkil kedelai, dengan berbentuk serbuk dan mempunyai aroma yang harum.
-        Kandungan Nutrisi :  kandungan protein yang tinggi pada kedelai, Kadar protein kasar yang terdapat di Meat and bone meal (MBM)  mencapai 50,04%.
-        Organoleptik :Tekstur Bentuk butiran pecah,warna kekuningan,bau gurih khas kedelai
-        Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)

b.      Bekatul/Separator/Dedak Padi
-        Sumber Bahan Berasal : Hasil dari pengusahan penggilingan beras yang ada  dalam pengadaan katul separator. Dari proses penyosohan beras, dihasilkan 2 macam limbah,yaitu dedak (rice bran), dan bekatul (rice polish). membedakan pengertian dedak dan bekatul. Dedak merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang terdiri dari lapisan luar butiran beras (perikarp dan tegmen) serta sejumlah lembaga beras. Sedangkan bekatul, terdiri dari lapisan dalam butiran beras, yaitu lapisan aleuron/kulit ari.
-        Kandungan Nutrisi : bekatul termasuk dalam sumber energi karena bekatul mengandung zat anti nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti tripsin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa bekatul juga mengandung calcium-fosfor dan Zn-filtrat yang tinggi dan zat anti nutrisi yang dimiliki adalah oxalat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa bekatul adalah pakan sumber energi yang merupakan hasil samping pertanian.
-        Organoleptik : Tekstur halus lembut (bekatul),tekstur kasar pada dedak (PK2) ,Bekatul memiliki bentuk serbuk, berwarna cokelat keputihan, bau khas, rasa hambar.
-        Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)
c.       Tepung Ikan
-        Sumber Bahan Berasal: Tepung ikan adalah limbah dari hasil pengolahan ikan yang diambil dari kepala dan isi perut,ikan-ikan. tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan mengandung energi metabolis yang cukup tinggi dibanding dengan bahan-bahan makanan lainnya yang digunakan  dalam ransum unggas
-        Kandungan Nutrisi : sumber protein yang sangat baik untuk unggas, karena mengandung asam-asam amino essensial yang cukup untuk kebutuhan ayam dan sumber dari lisin dan metionin, (Wahyu, 1992). Penggunaan dalam komposisi pakan ternak unggas mencapai 15%-20% (Murtidjo, 1991). Susunan zat-zat makanan dapat diperhitungkan sebagai berikut: 12% air; 53,3% protein; 4,3% BETN; 1% serat kasar; 8,4% lemak; 20,9 % abu, kadar protein dapat dicerna 43,2% dan martabat patinya 61% (Soetisno, 1979).
-        Organoleptik : warna kecoklatan,tekstur, sedikit kasar,bau gurih khas ikan
-        Sebagai Bahan Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)

d.      Biji jagung
-        Sumber Bahan Berasal : Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya.
-        Kandungan Nutrisi :  jagung kuning adalah karbohidrat (terutama pati 80% dari bahan kering), protein 15% dari bahan kering dan lemak 15,5% dari bahan kering nutrisi jagung kuning adalah 1,7% abu, 2,2% SK, 68,6% BETN dan 8,9% PK dan air. Jagung kuning merupakan jenis dari sereals, berwarna kuning yang mempunyai kandungan lisin dan protein yang lebih tinggi daripada gandum. Jagung kuning disamping mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum. Jagung mengandung kadar triptofan yang rendah sedangkan yang paling rendah adalah kadar metioninnya dan lisin.
-        Organoleptik : warna kuning ,tekstur halus(bentuk tepung),bau harum manis.
-        Sebagai Pakan : ternak ruminansia dan non ruminansia(unggas)

e.       Jerami Padi
-        Sumber Bahan Berasal : Jerami padi adalah bagian batang tumbuh yang telah dipanen bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian batang yang tertinggal.
-        Kandungan Nutrisi :  jerami padi menghasilkan bahan kering sebanyak 86 %, abu 18,2%, ekstrak eter 1,5%, serat kasar 30,9%,BETN 32,2%, protein kasar 3,2%.
-        Organoleptik : bentuk masih tetap utuh ,warna kuning kering
-        Sebagai pakan :  ternak ruminansia

f.        Rumput Gajah
-        Sumber Bahan Berasal :  Rumput gajah sangat besar hasilnya, cara menanamnya serupa dengan rumput benggala dengan jarak 60x60 cm. Tingginya juga kira-kira sama dengan rumput benggala, yakni 1,5-3 meter. Tumbuh baik di daerah pegunungan.
-        Kandungan Nutrisi :  Bahan keringnya mengandung 9,72% protein, 1,04% lemak, 43,56% BETN, 27,54% serat kasar dan 18,13% abu (Hartadi, 1993).
-        Organoleptik : warna hijau segar ,bau khas tanaman hijauan
-        Sebagai Pakan : Ternak Ruminansia

II.2 Zat Nutrisi (Gizi) Bahan Makanan Ternak
Secara umum terdapat 7 zat nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak dan dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan dan perkembangnnya. Adapun zat – zat nutrisi tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, air dan vitamin.
Semua zat nutrisi tersbut sesungguhnya sudah tersedia didalam pakan alami ternak. Namun akan menjadi kurang bagi ternak, ketika manusia menuntut ternak untuk berproduksi terus menerus dengan hasil yang maksimal. Maka dari itu asupan nutrisi yang diberikan pada ternak sangat penting untuk diperhatikan.
Karbohidrat sebagai sumber energi sangat penting bagi keberlangsungan hidup dan aktivitas ternak. Beberapa bahan pakan seperti jagung, dedak, jerami, rumput dan yang leinnya mengandung karbohidrat yang cukup bagi ternak. Bahan pakan sumber protein, misalnya adalah bungkil kedele, tepung ikan, dan leguminosa. Protein bagi ternak sangatlah penting dalam pertumbuhan dan perkemabangan ternak.
Lemak selain sebagai zat yang diperlukan dalam jaringan tubuh, juga dapat dimanfaatkan sebagi sumber energi ketika ternka mengalami kekurangan asupan pakan. Lemak akan disimpan dalam tubuh ternak sebagai cadangan energi dan sebagai bantalan bagi beberapa organ dalam tubuh. Bahan pakan sumber lemak, misalnya lemak tello, minyak ikan dan minyak kelapa.
Mineral, air dan vitamin sangat diperlukan oleh ternak dalam beberapa proses metabolism. Beberapa mineral dan air bahkan saling terkai untuk membantu proses pertumbuhan dan produksi ternak. Air dalam tubuh ternak hampir sama dengan pada tubuh manusia, dibutuhkan dalam proses transportasi nutrisi dan sebagai pelarut bahan pakan dalam saluran pencernaan. Mineral, air dan vitamin secara lengkap sudah tersedia dalam pakan ternak. Namun dalam beberapa kejadian berbeda, bisa saja ditambahkan dalam ransum tambahan ternak.

















BAB III
PEMBAHASAN

Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai gizi pakan ternak :
A.     Daya cerna (digestibility)
Kecernaan adalah zat-zat makanan dari konsumsi pakan yang tidak diekskresikan ke dalam feses, selisih antara zat makanan yang dikonsumsi dengan yang dieksresikan dalam feses merupakan jumlah zat makanan yang dapat dicerna. Jadi kecernaan merupakan pencerminan dari kemampuan suatu bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak.  Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan memberikan arti seberapa besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang dapat dicernakan ke dalam saluran pencernaan.
Kecernaan dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk menentukan nilai pakan dan selanjutnya dikatakan tinggi nilainya kecernaan suatu bahan pakan penting karena :
-        Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan makin besar zat-zat makanan yang diserap.
-        Walaupun tinggi kandungan zat makanan, jika nilai kecernaannya rendah, maka tidak ada gunanya.
-        Untuk mengetahui seberapa besar zat-zat yang dikandung pakan yang dapat diserap untuk kehidupan pokok, pertumbuhan dan produksi.
Nilai kecernaan suatu bahan pakan menunjukkan bagian dari zat-zat makanan yang dicerna dan diserap, sehingga siap untuk mengalami metabolisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan suatu bahan pakan adalah: (1) penyiapan makanan, (2) jumlah makanan, (3) komposisi ransum, (4) jenis hewan, (5) komposisi zat makanan, (6) bentuk fisik bahan pakan, (7) lemak, (8) defisiensi zat makanan dan (9) antinutrisi.  Pengujian kecernaan dilakukan untuk mengetahui kualitas dari suatu bahan pakan, karena salah satu faktor penting yang harus dipenuhi oleh suatu bahan pakan adalah tinggi rendahnya daya cerna bahan tersebut.
Pengukuran daya cerna pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis. Dengan metode Invivo dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro.
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman et al. 2001). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses.
B.     Ketersediaan (availability)
Ketersediaan atau availability berhubungan dengan banyaknya zat yang sudah dicerna, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan produksi oleh ternak. Faktor ketersediaan bahan pakan dalam ransum menjadi sangat penting untu diperhatikan mengingat hal ini akan mempengaruhi kualitas dari ransum tersebut. Dalam ransum yang terpenting adalah ketersediaannya, bukan totalnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi ketersediaan ( avaibility ) adalah :
  • Pemanasan yang terlalu tinggi
  • Penyimpanan terlalu lama
  • Kekurangan pelarut, terjadi pada vitamin
  • Terikat dengan senyawa lain
  • Kompetisi kebutuhan ternak inang dan mikroflora

C.     Keseimbangan (balance)
Keseimbangan pakan adalah keseimbangan dengan kandungan nutrisi dalam jumlah dan proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi ternak. Keseimbangan dapat mensuplai zat-zat gizi yang berbeda secara proporsional bagi ternak yang mengkonsumsinya bila diberikan dalam jumlah yang tepat. Ransum untuk pakan ternak dikatakan seimbang apabila diberikan kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan hidup produksi tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Ransum yang seimbang dapat disusun dengan analisa seluruh bahan pakan yang akan digunakan sebagai penyusun ransum atau dapat mengacu pada buku pedoman yang mencantumkan kandungan-kandungan gizi setiap bahan. Penyusunan ransum yang tepta sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang dipergunakan. Perubahan nilai nutrisi bahan-bahan makanan dapat disebabkan terutama oleh pengolahn dan penyimpanan. Untuk memilih bahan-bahan makanan yang akan dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat-zat makanan dalam dalam bahan pakan tersebut. Dengan demikian kekurangan salah satu zat pakan dapat ditutupi dengan menggunakan pakan yang mengandung zat pakan tersebut.
D.    Kompetisi (competition)
Yang dimaksud dengan kompetisi disini adalah suatu kondisi dimana terjadi reakasi antara 2 atau lebih zat makanan yang berada dalam satu media, sehimgga dapat mengurangi kualitas dari bahan pakan tersebut. Adanya kompetisi ini bisa diakibatkan oleh kesalahan dalam menentukan bahan pakan yang tidak cocok untuk disatukan. Yang menyebabkan satu bahan pakan dapat merusak bahan pakan lainnya. Atau bisa saja zat yang terkadung dalam salah satu bahan pakan bersifat antinutrisi dan mengikat zat nutria dari bahan pakan lainnya, sehingga tidka dapat termanfaatkan oleh ternak.
E.     Ketengikan (rancidity)
Ketengikan bahan pakan adalah Suatu keadaan yang mencirikan kerusakan lemak akibat terjadinya reaksi oksidasi dari asam lemak yang dikandung lemak. Bahan baku dengan kandungan lemak yang tinggi seringkali menyebabkan ketengikan pada bahan baku maupun pakan. Nilai peroksida di atas 10 dianggap tidak aman dan mengindikasikan terjadinya ketengikan pakan. Dengan adanya sifat ketengikan pada bahan pakan akan mengakibatkan beberapa efek negatif, diantaranya menurunkan palatabilitas, menurunkan nilai gizi dan menyebabkan keracunan.
Kondisi iklim yang panas dan lembab meningkatkan gejala ketengikan oksidatif yang terdiri atas 2 jenis yaitu :
-        Ketengikan hidrolitik yang dihasilkan dari aktivitas mikro organisma terhadap lemak menyebabkan proses hidrolisis sederhana lemak menjadi asam lemak, di-gliserida, mono-gliserida dan gliserol. Ketengikan hidrolitik tidak mempengaruhi nilai nutrisi.
-        Peroksidasi lemak menyebabkan pembentukan radikal bebas pada ikatan tak jenuh akibat pemisahan hidrogen dari asam lemak tak jenuh, yang menurunkan nilai enerji lemak. Reaksi dipercepat dengan kehadiran mineral-mineral jarang yang terdapat dalam oksigen. 
Adapun beberapa teknik atau cara yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya ketengikan adalah :
-        Penyimpanan bahan makanan dalam ruang kedap udara (vacuum) untuk mencegah oksidasi sebagai penyebab ketengikan
-        Penambahan antioksidan
-        Pengeringan sempurna

F.      Toksisitas (toxicity)
Toksisitas adalah suatu kondisi yang terjadi akibat ternak mengalami keracunan. Keracunan ini bisa diakibatkan oleh zat yeng terkandung didalam bahan pakan dan termakan oleh ternak. Secara garis besar terdapat 2 macam keracunan yang sering dialami oleh ternak, yaitu keracunan kimia dan keracunan biologi. Keracunan kimia terjadi karena ternak mengonsumsi mineral berbahaya, vitamin, aditif, dan bahan-bahan tercemar lainnya. Sedangkan keracunan biologi terjadi karena ternak mengkonsumsi aflatoksin, zat-zat makanan tertentu, imbalance ransum.

















BAB IV
KESIMPULAN

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai gizi bahan makanan (pakan) ternak adalah :
1.      Daya cerna (digestibility)
2.      Ketersediaan (availability)
3.      Keseimbangan (imbalance)
4.      Kompetisi (competition)
5.      Ketengikan (rancidity)
6.      Toksisitas (Toxicity










DAFTAR PUSTAKA

http://c31121127.blogspot.com/2013/06/jenis-bahan-pakan.html (diakses pada Minggu, 03 November 2013 pukul 09.56 WITA)
pakan-untuk-ternak-sapi-potong-&catid=1:info-teknologi (diakses pada Minggu, 03 November 2013 pukul 11.00 WITA)
http://c31120286.blogspot.com/2013/06/daya-cerna-pada-unggas.html (diakses pada Minggu, 03 November 2013 pukul 11.46 WITA)
http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/06/daya-cerna.html (diakses pada Minggu, 03 November 2013 pukul 12.38 WITA)
http://siauwlielie.tripod.com/art_002_02.htm (diakses pada Minggu, 03 November 2013 pukul 17.08 WITA)
http://staff.unud.ac.id/~sampurna/wp-content/uploads/2013/09/pakan-dan-nutrisi.pdf (diakses pada Minggu, 03 November 2013 pukul 17.30 WITA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar