BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Manajemen
merupakan tatalaksana yang dilakukan peternak untuk menciptakan kondisi yang
nyaman bagi ternak, dengan kondisi yang nyaman diharapkan akan memberikan
produksi ternak yang lebih optimal. Salah satu manejemen yang perlu dilakukan
dalam usaha peternakan adalah manajemen
penetasan telur. Manajemen penetasan sangat mempengaruhi daya tetas dari telur
yang ditetaskan baik menggunaknan mesin tetas otomatis maupun manual.
Dalam
melakukan manajemen penetasan ada
beberapa hal – hal penting yang dapat mempengaruhi daya tetas telur. Mulai dari
pemilihan telur, penyiapan mesin tetas, pengoprasian mesin tetas yang berkaitan
dengan suhu serta kelembaban. Dalam praktikum ini digunakan mesin tetas semi
otomatis yang ada di Lab.Ternak Unggas Fakultas Peternakan.
Untuk
jenis telur yang ditetaskan, pada praktikum ini digunakan telur itik yang
didatangkan dari luar. Telur itik merupakan salah satu telur tetas yang sudah
umum untuk ditetaskan. Berbeda dengan telur ayam, telur itik memiliki umur
tetas tetas yang lebih lama, yaitu selama 28 hari (4 minggu).
I.2 Tujuan
Tujuan
dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui daya tetas
(hatchability) telur itik dan mengerti cara kerja mesin tetas (semi otomatis).
I.3 Manfaat
Manfaat
dari praktikum ini adalah lebih memahami mengenai cara kerja dan pengoperasian
mesin tetas (semi otomatis) serta bisa mengaplikasikannya pada usaha penetasan
yang mungkin akan dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mesin
tetas merupakan sebuah alat yang didesain sedemikian rupa dengan tujuan untuk
menetaskan telur tetas, baik telur ayam maupun telur itik. Mesin tetas di buat
dan di desain agar sesuai dengan kondisi yang nyaman untuk perkembangan embrio
yang ada dalam telur tetas. Secara umum
mesin tetas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu mesin tetas tradisional, mesin
tetas semi otomatis dan mesin tetas otomatis (modern). Untuk mesin tetas tradisional
pengoperasainya masih menggunakan tenaga manusia secara penuh, sedangkan pada
mesin tetas semi otomatis dan mesin tetas otomatis peranan manusia sudah mulai
dikurangi. Kegiatan yang berlangsung dalam mesin tetas semi otomastis dan
otomatis (modern) sudah dikerjakan oleh mesin.
Pada
praktikum ini menggunakan mesin tetas yang semi otomatis, artinya campur tangan
manusia dalam proses penetasan masih ada walaupun hanya sedikit. Pada
prinsipnya apa yang ada dalam mesin tetas semi otomatis sama dengan mesin tetas
menual. Yang terpenting adalah telur dapat berada pada kondisi nyaman untuk
menetas. Berikut hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengoprasian mesin tetas semi otomatis :
a)
Temperatur
Pengaturan temperatur sangat mempengaruhi tingkat
perkembangan embrio.
Temperatur yang terlalu rendah akan menyebabkan embrio tumbuh lambat selama
proses inkubasi. Pada temperatur yang terlalu tinggi embrio akan berkembang
sangat cepat, sehingga menetas lebih awal. Embrio relatif lebih toleran pada
tempeatur rendah, sedangkan temperatur tinggi akan menimbulkan
banyak masalah. Pengaturan Temperatur
pada ruang setter adalah 98 o F –100o F, atau 37o C
- 38o C.
Hal terpenting dari temperatur adalah keseragaman level
temperatur di seluruh
ruangan di dalam setter, sehingga
seluruh embrio tumbuh secara besamaan dan diharapkan waktu tetas yang relatif
sama.
b) Kelembaban
Kelembaban
berhubungan dengan konsisi air atau H2O dalam meisn tetas. Di Indonesia kelembaban yang digunakan umumnya 55
- 60%.
c) Turning
atau pemutaran
Pemutaran/ membalikkan telur tetas di setter mutlak
dilakukan, tujuannya:
o
Embrio
dapat memanfaatkan seluruh albumen protein
yang tersedia dan mencegah menempelnya embrio pada sel membran.
o
Di
dalam setter terjadi proses perkembangan embrio, sehingga mengakibatkan
Peningkatkan produksi panas, dengan adanya turning akan membantu
mendistribusikan udara dan membantu mendinginkan setter.
o
Idealnya
turning dilakukan setiap jam sekali dengan kemiringan 45 o C dengan
sistem Automatic electric.
o
Pada
mesin tetas sederhana (manual pemutaran/ turning dilakukan minimal 3 kali
sehari, yaitu pagi, siang dan malam ( setip 8 jam)
o
Turning
yang baik akan membantu mengoptimalkan pertumbuhan embrio.
d) Candling
(peneropongan)
Peneropongan
dilakukan untuk mengetahui telur yang fertile dan infertile. Peneropongan dapat
dilakukan dengan menggunakan lampu yang didesain sedemikian rupa agar bisa
digunakan untuk meneropong kondisi di dalam telur tetas. Umumnya peneropongan
pada telur itik yang akan di tetaskan dapat dilakuakan di hari transfer telur
akan dilakukan.
e) Transper
telur ke hatcher
Tranfer merupakan suatu kegiatan memindahkan telur tetas
dari mesin setter ke mesin hatcher yang sekaligus melakukan seleksi pemisahan
telur infertil dengan telur fertil. Akurasi pengambilan telur tetas yang akan ditranfer sangat vital, karena jika salah ambil
akan terjadi masalah, yaitu telur-telur
akan menetas di setter dan akan
terjadi pencemaran di setter, sedangkan telur yg sudah di transfer ke hatcher tidak menetas. Untuk itu periksalah buku setting dengan cermat dan pastikan bahwa kode setting dan no setting yang kita ambil telurnya pasti benar. Untuk lebih meyakinkan
pengecekan, maka sesaat menjelang tranfer sebelum telur diletakkan di meja candling
( meneropong telur) cek sekali lagi apakah kode setting dan
asal mesin telur tetas sudah betul. Jika sudah betul, tranfer dapat dilanjutkan. Waktu transper yang
digunakan adalah pada hari ke 18.
Gambar
1
Mesin
Tetas Semi Otomatis Yang Digunakan Dalam Praktikumm
BAB III
MATERI DAN METODE
III.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan selama 28 hari, dimulai dari tanggal 18 November 2013 sampai
tanggal 16 Desember 2013. Untuk praktikum sendiri dilaksanakan di Lab. Ternak
Unggas Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Sesetan, Denpasar.
III.2 Materi
Dalam
praktikum ini menggunakan beberapa alat dan bahan, diantaranya :
-
Alat penetasan semi otomatis (setter)
-
Thermometer
-
Telur itik sebanyak 25 butir
-
Lampu peneropongan telur
-
Bahan fumigasi (KMnO4 2 gram
dan formalin 4 ml)
-
Timbangan elektrik
-
Jangka sorong
III. 3 Metode
-
Telur itik yang sudah disiapkan
sebelumnya ditimbang beratnya, diukur panjang dan lebarnya terlebih dahulu.
Pengukuran panjang dan lebar telur ditujukan agar bisa menghitung nilai indeks
telur.
-
Telur itik yang sudah di timbang berat,
diukur panang dan lebarnya diletakkan dalam keranjang telur yang sudah
tersedia. Posisi telur dalam keranjang adalah tumpul telur berada diatas, agar
rongga udara telur tidak tertutup.
-
Sebelum telur dimasukkan kedalam setter,
terlebuh dahulu kondisi setter diperiksa kebersihan, kondisi lampu, kondisi bak
penampung air, kondisi thermometer, dan kondisi kipas dalam setter.
-
Setelah semua kondisi setter dirasa baik
dan siap untuk digunakan, setter kemudian dinyalakan dan suhu didalam setter
diatur agar mencapai 380 C. Dalam kondisi ini bak air sudah diisi
dengan air untuk menjaga kelembaban dalam setter.
-
Ketika suhu di dalam setter sudah stabil
(380 C), dilakukan fumigasi didalam setter selama 15 menit dengan
menggunakan zat KMnO4 ditambah formalin. Untuk jumlah zat KMnO4
ditambah formalin yang digunakan tergantung besar setternya, untuk praktikum
ini digunakan zat KMnO4 sebanyak 2 gram ditambah formalin 4 ml.
-
Setelah proses fumigasi selesai selama
15 menut telur yang sudah diatur dalam keranjang telur kemudian dimasukkan
kedalam setter.
-
Di hari ke-3 dilakukan peneropongan
telur untuk yang pertama kali. Peneropongan ini ditujukan untuk mengetahui
telur yang sudah fertile atau yang belum kelihatan fertile.
-
Mulai dari hari ke-3 sampai 3 hari
sebelum telur menetas dilakukan pemutaran (turning) telur, pemutaran dilakuakan
sebanyak 3 kali sehari atau setiap 8 jam sekali.
-
Peneropongan kedua dilakukan pada 7 hari
sebelum masa menetas telur itik (telur itik menetas setelah 28 hari masa penetasan).
Pada peneropongan kedua ini telur yang diperkirakan tidak fertile langsung
diculling dan dikeluarkan dari setter. Dihari ini juga dilakukan penimbangan
berat telur akhir.
-
Selama rentang hari ke-1 sampai hari
ke-28 dilakukan kontroling suhu setter agar tetap stabil antara 370
C – 380 C. Jika dalam masa ini ada telur yang busuk atau pecah,
langsung dilakukan pengcullingan agar tidak mengganggu hatchability telur
lainnya.
-
Dihari ke-25 atau 3 hari sebelum telur
menetas, telur dipindahkan dari setter ke hatcher.
-
Mulai dari hari ke-28 telur akan mulai
menetas, jika sudah ada telur yang menetas maka disiapkan kardus sebagai tempat
penampungan DOD sementara. Di dalam kardus disediakan pula tempat pakan dan
air, serta lampu sebagai pemanas bagi DOD. Untuk DOD yang sudah menetas
ditimbang berat badannya, sebagai bobot tetas.
-
Dihari ke-30 semua telur yang tidak
menetas dalam hatcher dikeluarkan dan kemudian hatcher dibersihkan dari sisa –
sisa cangkang telur yang menetas.
-
Semua data yang ada dari awal sampai
akhir penetasan dicatat dan digunakan sebagai data hasil praktikum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel
1 : Pengamatan Selama Masa Penetasan Berlangsung
Tanggal
|
Suhu
Harian
|
Keterangan
|
||
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
||
18 Novermber 2013
|
370C
|
380C
|
380C
|
Pemasukkan telur ke setter
|
19 Novermber 2013
|
380C
|
380C
|
380C
|
|
20 Novermber 2013
|
370C
|
380C
|
400C
|
|
21 Novermber 2013
|
370C
|
380C
|
37,50C
|
Telur 6 di culling karena retak
|
22 Novermber 2013
|
370C
|
350C
|
410C
|
|
23 Novermber 2013
|
370C
|
37,50C
|
380C
|
|
24 Novermber 2013
|
370C
|
380C
|
37,50C
|
Peneropongan ke-1
|
25 Novermber 2013
|
380C
|
380C
|
37,50C
|
|
26 Novermber 2013
|
370C
|
380C
|
370C
|
|
27 Novermber 2013
|
370C
|
370C
|
370C
|
|
28 Novermber 2013
|
380C
|
390C
|
390C
|
|
29 Novermber 2013
|
390C
|
380C
|
36,50C
|
Telur 2 di culling karena busuk
|
30 Novermber 2013
|
36,50C
|
380C
|
380C
|
|
1 Desember 2013
|
380C
|
380C
|
380C
|
|
2 Desember 2013
|
37,50C
|
37,50C
|
380C
|
|
3 Desember 2013
|
380C
|
380C
|
390C
|
|
4 Desember 2013
|
370C
|
380C
|
39,50C
|
|
5 Desember 2013
|
370C
|
370C
|
380C
|
|
6 Desember 2013
|
37,50C
|
370C
|
380C
|
|
7 Desember 2013
|
370C
|
370C
|
370C
|
|
8 Desember 2013
|
37,50C
|
370C
|
370C
|
|
9 Desember 2013
|
370C
|
370C
|
370C
|
|
10 Desember 2013
|
36,50C
|
38,50C
|
370C
|
|
11 Desember 2013
|
370C
|
380C
|
380C
|
Peneropongan ke-2
|
12 Desember 2013
|
370C
|
370C
|
380C
|
|
13 Desember 2013
|
370C
|
370C
|
370C
|
Telur ditaruh di hatcher
|
14 Desember 2013
|
370C
|
380C
|
380C
|
Telur menetas 4
|
15 Desember 2013
|
370C
|
380C
|
370C
|
DOD mati 1
|
16 Desember 2013
|
370C
|
370C
|
380C
|
Penimbangan berat DOD yang menetas
|
17 Desember 2013
|
370C
|
370C
|
370C
|
|
18 Desember 2013
|
Penetasan dibersihkan dan semua telur
infertile di keluarkan
|
*pemutaran
setiap 8 jam sekali atau 3 kali sehari
Tabel
2 : Pengukuran Berat Telur Awal, Panjang Telur Dan Lebar Telur
No
Telur
|
Berat
Telur Awal (gram)
|
Panjang
Telur (cm)
|
Lebar
Telur (cm)
|
Keterangan
|
1
|
72,50
|
6,2
|
4,3
|
Retak di ujung telur
|
2
|
75,40
|
6
|
4,5
|
|
3
|
68,15
|
5,7
|
4,4
|
|
4
|
63,55
|
5,6
|
4,2
|
|
5
|
63,70
|
5,5
|
4,3
|
|
6
|
69,80
|
5,7
|
4,4
|
|
7
|
73,80
|
5,9
|
4,5
|
|
8
|
76,50
|
5,9
|
4,5
|
|
9
|
76,45
|
5,7
|
4,7
|
|
10
|
66,20
|
5,5
|
4,3
|
|
11
|
74,05
|
5,9
|
4,5
|
|
12
|
72,20
|
5,9
|
4,4
|
|
13
|
70,15
|
5,7
|
4,4
|
|
14
|
66,15
|
5,6
|
4,3
|
|
15
|
74,75
|
5,9
|
4,5
|
|
16
|
74,05
|
6
|
4,4
|
|
17
|
68,40
|
5,8
|
4,5
|
Ada 2 rongga udara
|
18
|
66,60
|
5,3
|
4,5
|
|
19
|
71,40
|
5,8
|
4,4
|
|
20
|
67,05
|
5,3
|
4,5
|
|
21
|
66,95
|
5,8
|
4,3
|
|
22
|
71,20
|
5,5
|
4,6
|
|
23
|
74,25
|
5,8
|
4,6
|
|
24
|
67,65
|
5,8
|
4,3
|
|
25
|
67,60
|
5,7
|
4,3
|
|
*penghitungan pada hari ke-1
Tabel
3 : Pengukuran Berat Telur Minggu ke-3 dan Peneropongan Telur
No
Telur
|
Berat
Telur Minggu Ke-3
(gram)
|
Peneropongan
Ke-1
(24/11/2013)
|
Peneropongan
Ke-2
(11/12/2013)
|
1
|
64,20
|
Belum
|
Infertile
|
2
|
Culling
|
Culling
|
Culling
|
3
|
57,30
|
Belum
|
Infertile
|
4
|
57,65
|
Fertile
|
Fertile
|
5
|
58,55
|
Fertile
|
Fertile
|
6
|
Culling
|
Culling
|
Culling
|
7
|
68,15
|
Belum
|
Fertile
|
8
|
68,65
|
Fertile
|
Fertile
|
9
|
68,75
|
Belum
|
Fertile
|
10
|
61,80
|
Fertile
|
Infertile
|
11
|
64,55
|
Fertile
|
Fertile
|
12
|
65,6
|
Fertile
|
Infertile
|
13
|
62,50
|
Fertile
|
Fertile
|
14
|
59,30
|
Belum
|
Infertile
|
15
|
67,75
|
Fertile
|
Fertile
|
16
|
67,80
|
Belum
|
Fertile
|
17
|
60,35
|
Belum
|
Infertile
|
18
|
61,85
|
Fertile
|
Infertile
|
19
|
65,80
|
Fertile
|
Infertile
|
20
|
62,90
|
Belum
|
Infertile
|
21
|
58,40
|
Belum
|
Infertile
|
22
|
63,60
|
Fertile
|
Fertile
|
23
|
67,05
|
Fertile
|
Fertile
|
24
|
58,30
|
Belum
|
Fertile
|
25
|
62,60
|
Fertile
|
Infertile
|
*pengamatan
pada minggu ke-3 atau 7 hari sebelum menetas
Tabel
4 : Pengamatan Hari Terakhir
No
telur
|
Telur
menetas
|
Telur
tidak menetas (infertile)
|
Telur
Tidak menetas Tapi Fertile (ada embrio dalam telur)
|
Berat
DOD
(gram)
|
1
|
|
+
|
|
-
|
2
|
|
+
|
|
-
|
3
|
|
+
|
|
-
|
4
|
|
|
+
|
-
|
5
|
|
|
+
|
-
|
6
|
|
+
|
|
-
|
7
|
|
|
+
|
-
|
8
|
+
|
|
|
85
|
9
|
+
|
|
|
60 (mati)
|
10
|
|
+
|
|
-
|
11
|
+
|
|
|
73
|
12
|
|
+
|
|
-
|
13
|
|
+
|
|
-
|
14
|
|
+
|
|
-
|
15
|
|
|
+
|
-
|
16
|
|
+
|
|
-
|
17
|
|
+
|
|
-
|
18
|
|
+
|
|
-
|
19
|
|
+
|
|
-
|
20
|
|
+
|
|
-
|
21
|
|
+
|
|
-
|
22
|
|
-
|
+
|
-
|
23
|
+
|
|
|
82
|
25
|
|
+
|
|
-
|
24
|
|
+
|
|
-
|
Total
|
4
|
16
|
5
|
-
|
*penimbangan
DOD pada hari ke-30
Gambar 2 :
Telur Fertile
Yang Tidak Menetas
IV. 2 Pembahasan
Perhitungan Indeks Telur
Tabel
5 : Perhitungan Indeks Telur
No
Telur
|
Panjang
Telur (cm)
|
Lebar
Telur (cm)
|
Indeks
Telur (%)
[(L
x P) X 100%]
|
1
|
6,2
|
4,3
|
= (4,3/6,2) x 100%
= 69,35
|
2
|
6
|
4,5
|
= (4,5/6) x 100%
= 75
|
3
|
5,7
|
4,4
|
= (4,4/5,7) x 100%
= 77,19
|
4
|
5,6
|
4,2
|
= (4,2/5,6) x 100%
=
75
|
5
|
5,5
|
4,3
|
= (4,3/5,5) x 100%
= 78,18
|
6
|
5,7
|
4,4
|
= (4,4/5,7) x 100%
= 77,19
|
7
|
5,9
|
4,5
|
= (4,5/5,9) x 100%
= 76,27
|
8
|
5,9
|
4,5
|
= (4,5/5,9) x 100%
= 76,27
|
9
|
5,7
|
4,7
|
= (4,7/5,7) x 100%
= 82,45
|
10
|
5,5
|
4,3
|
= (4,3/5,5) x 100%
= 78,18
|
11
|
5,9
|
4,5
|
= (4,5/5,9) x 100%
= 76,27
|
12
|
5,9
|
4,4
|
= (4,4/5,9) x 100%
= 74,57
|
13
|
5,7
|
4,4
|
= (4,4/5,7) x 100%
= 77,19
|
14
|
5,6
|
4,3
|
= (4,3/5,6) x 100%
= 76,78
|
15
|
5,9
|
4,5
|
= (4,5/5,9) x 100%
= 76,27
|
16
|
6
|
4,4
|
= (4,4/6) x 100%
= 73,33
|
17
|
5,8
|
4,5
|
= (4,5/5,8) x 100%
= 77,59
|
18
|
5,3
|
4,5
|
= (4,5/5,3) x 100%
= 84,91
|
19
|
5,8
|
4,4
|
= (4,4/5,8) x 100%
= 75,87
|
20
|
5,3
|
4,5
|
= (4,5/5,3) x 100%
= 84,91
|
21
|
5,8
|
4,3
|
= (4,3/5,8) x 100%
= 74,14
|
22
|
5,5
|
4,6
|
= (4,6/5,8) x 100%
= 83,64
|
23
|
5,8
|
4,6
|
= (4,6/5,8) x 100%
=79,31
|
24
|
5,8
|
4,3
|
= (4,3/5,8) x 100%
=74,13
|
25
|
5,7
|
4,3
|
= (4,3/5,7) x 100%
=75,43
|
Perbandingan Berat Telur Awal, Berat
Telur Minggu Ke-3 Dan Berat DOD Menetas
Tabel
6 : Perbandingan Berat Telur Awal, Berat Telur 7 Hari Sebelum Menetas, Berat DOD
No
Telur
|
Berat
Telur Awal (gram)
|
Berat
Telur Minggu Ke-3
(gram)
|
Berat
DOD yang menetas (gram)
|
1
|
72,50
|
64,20
|
-
|
2
|
75,40
|
Culling
|
-
|
3
|
68,15
|
57,30
|
-
|
4
|
63,55
|
57,65
|
-
|
5
|
63,70
|
58,55
|
-
|
6
|
69,80
|
Culling
|
-
|
7
|
73,80
|
68,15
|
-
|
8
|
76,50
|
68,65
|
85
|
9
|
76,45
|
68,75
|
60
|
10
|
66,20
|
61,80
|
-
|
11
|
74,05
|
64,55
|
73
|
12
|
72,20
|
65,6
|
-
|
13
|
70,15
|
62,50
|
-
|
14
|
66,15
|
59,30
|
-
|
15
|
74,75
|
67,75
|
-
|
16
|
74,05
|
67,80
|
-
|
17
|
68,40
|
60,35
|
-
|
18
|
66,60
|
61,85
|
-
|
19
|
71,40
|
65,80
|
-
|
20
|
67,05
|
62,90
|
-
|
21
|
66,95
|
58,40
|
-
|
22
|
71,20
|
63,60
|
-
|
23
|
74,25
|
67,05
|
82
|
24
|
67,65
|
58,30
|
-
|
25
|
67,60
|
62,60
|
-
|
*penimbangan DOD pada hari ke-30
Perhitungan
Persentase Telur Menetas, Persentase Telur Fertile Dan Persentase Telur
Infertile
-
Persentase telur menetas (telur metetas sebanyak 4)
=
=
= 16%
-
Persentase
telur fertile (telur fertile = telur menetas + telur fertile tidak menetas)
=
=
=
= 36%
-
Persentase telur infertile (telur infertile sebanyak 16 butir)
=
=
= 64%
Pembahasan
Berdasarkan pada hasil pengamatan selama praktikum
dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa jumlah telur
menetas adalah sebanyak 4, telur fertile sebanyak 9 butir dan telur infertile
sebanyak 16 butir dari total 25 telur itik awal yang akan ditetaskan. Hal ini
berarti bahwa persentase telur menetas hanya 16%, persentase telur fertile
hanya 36% dan persentase telur infertile sebanyak 64%. Telur infertile
mempunyai persentase yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan telur fertile, bahkan
telur yang sudah dipastikan fertile pun ada yang tidak menetas dan setelah di
bukak cangkang telurnya terlihat ada DOD di dalamnya.
Rendahnya fertilitas telur itik yang ditetaskan pada
praktikum kali ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor
telurnya sendiri yang mungkin memiliki daya tetas yang rendah karena berasal
dari induk yang tidak bagus atau pun karena manajemen pemeliharaan yang salah.
Atau mungkin dari faktor manajemen selama praktikum penetasan yang kurang baik.
Terlebih lagi terlihat bahwa selama 28 hari masa penetasan terjadi fluktuasi
suhu dalam setter yang cukup sering, dan suhu dalam setter cenderung naik
melelebihi 380 C serta pernah mencapai 410 C. Sedangkan
semestinya suhu dalam setter harus stabil atau konstan antara 370 C
- 380 C, atau bisa lebih rendah dari suhu tersebut karena biasanya
embrio akan lebih toleran terhadap suhu yang lebih rendah.
Untuk kasus terlur fertile yang tidak bisa menetas
dan setelah telur dibukak cankangnya ternyata terdapat embrio bisa dikarenakan
telur mengalami stress panas dan gangguan pada saat masa – masa kritis
penetasan. Masa – masa kritis penetasan ini umumnya dimulai sekita 3 – 4 hari
sebelum menetas. Di hari ke-7 sebelum menetas, telur diteropong kembali dan
ditimbang berat akhirnya. Ketika peneropongan mungkin saja telur mendapatkan
paparan panas berlebih yang dapat menggangu proses metabolisme dan perkembangan
embrio dalam telur sehingga telur tidak bisa berkembang dengan baik. Dan ketika
dilakukan penimbangan, mungkin saja telur mengalami tekanan dan digoyang –
goyang terlalu kencang, sehingga akibatnya proses metabolisme dan perkembangan
embrio di dalam telur terganggu, sama seperti ketika dilakukan peneropongan.
Tiga hari sebelum menetas tepatnya di hari ke-25
dilakukan pemindahan dari setter ke hather. Pada saat ini sesungguhnya telur
sudah memasuki masa – masa kritis untuk menetas. Manajemen yang mungkin salah
dilakukan ketika pemidahan dari setter ke hatcher, mungkin terlau tergesa –
gesa akan memberikan tekanan berupa goncangan terhadap emberio dalam telur,
sehingga mempengaruhi daya tetas telur. Suhu dalam hatcher yang terlalu tinggi
dan kelembaban yang rendah, bisa menyebabkan embrio mengalami cekaman panas dan
cangkang telur menjadi lebih mengeras. Hal ini bisa saja menyebabkan embrio
sulit untuk menetas, karena energinya sudah habis untuk mengatasi cekaman panas
sehingga tidak memiliki energi lagi untuk melakukan pipping (memecahkan
cangkang telur).
Adanya DOD yang mati dihari kedua setelah menetas
mungkin disebabkan DOD tersebut masih terlalu lemah dan sudah dipindahkan ke
dalam box atau kardus. Sehingga menyebabkan DOD terinjak dan terjepit oleh DOD
lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Telur
itik yang ditetaskan pada praktikum ini memiliki daya tetas yang cukup rendah,
yaitu hanya menetas sebanyak 4.
2. Persentase
telur menetas adalah sebanyak 16%, telur fertile 36% dan telur infertile 64%
dari total jumlah telur itik awal yang akan ditetaskan sebanyak 25 butir.
3. Rendahnya
fertilitas telur itik yang ditetaskan pada praktikum ini, bisa disebabkan
karena daya tetas telur yang mungkin sudah tidak bagus ataupun karena manajemen
yang kurang baik selama praktikum penetasan dilakukan.
4. Adanya
telur fertile yang tidak menetas bisa disebabkan telur mengalami cekaman panas
atau tekanan selama berada di mesin penetasan, sehingga embrio tidak memiliki
energy untuk melakukan pipping.
V.2 Saran
Rendanya
fertilitas telur itik yang ditetaskan dan terjadinya fluktuasi suhu dalam mesin
tetas yang terlalu sering, bahkan suhu dalam sette sempat mencapai 410
C menjadi bukti bahwa terjadi kesalahan dalam manajemen selama praktikum
dilaksanakan. Untuk kedepannya penulis menyarankan agar lebih memerhatikan lagi
manajemen dalam mesin tetas dan kondisi suhu dalam mesin tetas, sehingga
menghasilkan daya tetas yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/ (diakses pada tanggal
tanggal 30 Desember 2013)
http://www.glory-farm.com/ptetas_mesin/mgt_tetas.htm (diakses pada hari Jumat, 3 Januari 2013, pukul 08.30 WITA)
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar