Sabtu, 17 Mei 2014

LAPORAM PRAKTIKUM TERNAK UNGGAS "Daya Tetas Telur Itik"



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Manajemen merupakan tatalaksana yang dilakukan peternak untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi ternak, dengan kondisi yang nyaman diharapkan akan memberikan produksi ternak yang lebih optimal. Salah satu manejemen yang perlu dilakukan dalam usaha peternakan adalah  manajemen penetasan telur. Manajemen penetasan sangat mempengaruhi daya tetas dari telur yang ditetaskan baik menggunaknan mesin tetas otomatis maupun manual.
Dalam melakukan  manajemen penetasan ada beberapa hal – hal penting yang dapat mempengaruhi daya tetas telur. Mulai dari pemilihan telur, penyiapan mesin tetas, pengoprasian mesin tetas yang berkaitan dengan suhu serta kelembaban. Dalam praktikum ini digunakan mesin tetas semi otomatis yang ada di Lab.Ternak Unggas Fakultas Peternakan. 
Untuk jenis telur yang ditetaskan, pada praktikum ini digunakan telur itik yang didatangkan dari luar. Telur itik merupakan salah satu telur tetas yang sudah umum untuk ditetaskan. Berbeda dengan telur ayam, telur itik memiliki umur tetas tetas yang lebih lama, yaitu selama 28 hari (4 minggu).

I.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui daya tetas (hatchability) telur itik dan mengerti cara kerja mesin tetas (semi otomatis).

I.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah lebih memahami mengenai cara kerja dan pengoperasian mesin tetas (semi otomatis) serta bisa mengaplikasikannya pada usaha penetasan yang mungkin akan dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mesin tetas merupakan sebuah alat yang didesain sedemikian rupa dengan tujuan untuk menetaskan telur tetas, baik telur ayam maupun telur itik. Mesin tetas di buat dan di desain agar sesuai dengan kondisi yang nyaman untuk perkembangan embrio yang ada dalam telur tetas.  Secara umum mesin tetas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu mesin tetas tradisional, mesin tetas semi otomatis dan mesin tetas otomatis (modern). Untuk mesin tetas tradisional pengoperasainya masih menggunakan tenaga manusia secara penuh, sedangkan pada mesin tetas semi otomatis dan mesin tetas otomatis peranan manusia sudah mulai dikurangi. Kegiatan yang berlangsung dalam mesin tetas semi otomastis dan otomatis (modern) sudah dikerjakan oleh mesin.
Pada praktikum ini menggunakan mesin tetas yang semi otomatis, artinya campur tangan manusia dalam proses penetasan masih ada walaupun hanya sedikit. Pada prinsipnya apa yang ada dalam mesin tetas semi otomatis sama dengan mesin tetas menual. Yang terpenting adalah telur dapat berada pada kondisi nyaman untuk menetas. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoprasian mesin tetas semi otomatis :
a)      Temperatur
Pengaturan temperatur sangat mempengaruhi tingkat perkembangan embrio. Temperatur yang terlalu rendah akan menyebabkan embrio tumbuh lambat selama proses inkubasi. Pada temperatur yang terlalu tinggi embrio akan berkembang sangat cepat, sehingga menetas lebih awal. Embrio relatif lebih toleran pada tempeatur rendah, sedangkan temperatur tinggi akan menimbulkan banyak masalah. Pengaturan Temperatur  pada ruang setter adalah 98 o F –100o  F, atau 37o C - 38o C. Hal terpenting dari temperatur adalah keseragaman level temperatur di seluruh ruangan  di dalam setter, sehingga seluruh embrio tumbuh secara besamaan dan diharapkan waktu tetas yang relatif sama.

b)      Kelembaban
Kelembaban berhubungan dengan konsisi air atau H2O dalam meisn tetas. Di Indonesia kelembaban yang digunakan umumnya 55 - 60%.

c)      Turning atau pemutaran
Pemutaran/ membalikkan telur tetas di setter mutlak dilakukan, tujuannya:
o   Embrio dapat memanfaatkan seluruh albumen  protein yang tersedia dan mencegah menempelnya embrio pada sel membran.
o   Di dalam setter terjadi proses perkembangan embrio, sehingga  mengakibatkan Peningkatkan produksi panas, dengan adanya turning akan membantu mendistribusikan udara dan membantu mendinginkan setter.
o   Idealnya turning dilakukan setiap jam sekali dengan kemiringan 45 o C dengan sistem Automatic electric.
o   Pada mesin tetas sederhana (manual pemutaran/ turning dilakukan minimal 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan malam ( setip 8 jam)
o   Turning yang baik akan membantu mengoptimalkan pertumbuhan embrio.

d)     Candling (peneropongan)
Peneropongan dilakukan untuk mengetahui telur yang fertile dan infertile. Peneropongan dapat dilakukan dengan menggunakan lampu yang didesain sedemikian rupa agar bisa digunakan untuk meneropong kondisi di dalam telur tetas. Umumnya peneropongan pada telur itik yang akan di tetaskan dapat dilakuakan di hari transfer telur akan dilakukan.

e)      Transper telur ke hatcher
Tranfer merupakan suatu kegiatan memindahkan telur tetas dari mesin setter ke mesin hatcher yang sekaligus melakukan seleksi pemisahan telur infertil dengan telur fertil. Akurasi pengambilan telur tetas  yang akan ditranfer sangat vital, karena jika salah ambil akan terjadi masalah, yaitu telur-telur  akan menetas di setter  dan akan terjadi pencemaran di setter, sedangkan telur yg sudah di transfer ke hatcher tidak menetas. Untuk itu periksalah buku setting dengan cermat dan pastikan bahwa kode setting dan no setting yang kita ambil telurnya pasti benar. Untuk lebih meyakinkan pengecekan, maka sesaat menjelang tranfer sebelum telur diletakkan di meja candling ( meneropong telur) cek sekali lagi apakah kode setting dan asal mesin telur tetas sudah betul. Jika sudah betul, tranfer dapat dilanjutkan. Waktu transper yang digunakan adalah pada hari ke 18.
Gambar 1
Mesin Tetas Semi Otomatis Yang Digunakan Dalam Praktikumm











BAB III
MATERI DAN METODE

III.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum dilaksanakan selama 28 hari, dimulai dari tanggal 18 November 2013 sampai tanggal 16 Desember 2013. Untuk praktikum sendiri dilaksanakan di Lab. Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Sesetan, Denpasar.
III.2 Materi
Dalam praktikum ini menggunakan beberapa alat dan bahan, diantaranya :
-          Alat penetasan semi otomatis (setter)
-          Thermometer
-          Telur itik sebanyak 25 butir
-          Lampu peneropongan telur
-          Bahan fumigasi (KMnO4 2 gram dan formalin 4 ml)
-          Timbangan elektrik
-          Jangka sorong
III. 3 Metode
-          Telur itik yang sudah disiapkan sebelumnya ditimbang beratnya, diukur panjang dan lebarnya terlebih dahulu. Pengukuran panjang dan lebar telur ditujukan agar bisa menghitung nilai indeks telur.
-          Telur itik yang sudah di timbang berat, diukur panang dan lebarnya diletakkan dalam keranjang telur yang sudah tersedia. Posisi telur dalam keranjang adalah tumpul telur berada diatas, agar rongga udara telur tidak tertutup.
-          Sebelum telur dimasukkan kedalam setter, terlebuh dahulu kondisi setter diperiksa kebersihan, kondisi lampu, kondisi bak penampung air, kondisi thermometer, dan kondisi kipas dalam setter.
-          Setelah semua kondisi setter dirasa baik dan siap untuk digunakan, setter kemudian dinyalakan dan suhu didalam setter diatur agar mencapai 380 C. Dalam kondisi ini bak air sudah diisi dengan air untuk menjaga kelembaban dalam setter.
-          Ketika suhu di dalam setter sudah stabil (380 C), dilakukan fumigasi didalam setter selama 15 menit dengan menggunakan zat KMnO4 ditambah formalin. Untuk jumlah zat KMnO4 ditambah formalin yang digunakan tergantung besar setternya, untuk praktikum ini digunakan zat KMnO4 sebanyak 2 gram ditambah formalin 4 ml.
-          Setelah proses fumigasi selesai selama 15 menut telur yang sudah diatur dalam keranjang telur kemudian dimasukkan kedalam setter.
-          Di hari ke-3 dilakukan peneropongan telur untuk yang pertama kali. Peneropongan ini ditujukan untuk mengetahui telur yang sudah fertile atau yang belum kelihatan fertile.
-          Mulai dari hari ke-3 sampai 3 hari sebelum telur menetas dilakukan pemutaran (turning) telur, pemutaran dilakuakan sebanyak 3 kali sehari atau setiap 8 jam sekali.
-          Peneropongan kedua dilakukan pada 7 hari sebelum masa menetas telur itik (telur itik menetas setelah 28 hari masa penetasan). Pada peneropongan kedua ini telur yang diperkirakan tidak fertile langsung diculling dan dikeluarkan dari setter. Dihari ini juga dilakukan penimbangan berat telur akhir.
-          Selama rentang hari ke-1 sampai hari ke-28 dilakukan kontroling suhu setter agar tetap stabil antara 370 C – 380 C. Jika dalam masa ini ada telur yang busuk atau pecah, langsung dilakukan pengcullingan agar tidak mengganggu hatchability telur lainnya.
-          Dihari ke-25 atau 3 hari sebelum telur menetas, telur dipindahkan dari setter ke hatcher.
-          Mulai dari hari ke-28 telur akan mulai menetas, jika sudah ada telur yang menetas maka disiapkan kardus sebagai tempat penampungan DOD sementara. Di dalam kardus disediakan pula tempat pakan dan air, serta lampu sebagai pemanas bagi DOD. Untuk DOD yang sudah menetas ditimbang berat badannya, sebagai bobot tetas.
-          Dihari ke-30 semua telur yang tidak menetas dalam hatcher dikeluarkan dan kemudian hatcher dibersihkan dari sisa – sisa cangkang telur yang menetas.
-          Semua data yang ada dari awal sampai akhir penetasan dicatat dan digunakan sebagai data hasil praktikum.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
Tabel 1 : Pengamatan Selama Masa Penetasan Berlangsung
Tanggal
Suhu Harian
Keterangan
Pagi
Siang
Malam
18 Novermber 2013
370C
380C
380C
Pemasukkan telur ke setter
19 Novermber 2013
380C
380C
380C

20 Novermber 2013
370C
380C
400C

21 Novermber 2013
370C
380C
37,50C
Telur 6 di culling karena retak
22 Novermber 2013
370C
350C
410C

23 Novermber 2013
370C
37,50C
380C

24 Novermber 2013
370C
380C
37,50C
Peneropongan ke-1
25 Novermber 2013
380C
380C
37,50C

26 Novermber 2013
370C
380C
370C

27 Novermber 2013
370C
370C
370C

28 Novermber 2013
380C
390C
390C

29 Novermber 2013
390C
380C
36,50C
Telur 2 di culling karena busuk
30 Novermber 2013
36,50C
380C
380C

1 Desember 2013
380C
380C
380C

2 Desember 2013
37,50C
37,50C
380C

3 Desember 2013
380C
380C
390C

4 Desember 2013
370C
380C
39,50C

5 Desember 2013
370C
370C
380C

6 Desember 2013
37,50C
370C
380C

7 Desember 2013
370C
370C
370C

8 Desember 2013
37,50C
370C
370C

9 Desember 2013
370C
370C
370C

10 Desember 2013
36,50C
38,50C
370C

11 Desember 2013
370C
380C
380C
Peneropongan ke-2
12 Desember 2013
370C
370C
380C

13 Desember 2013
370C
370C
370C
Telur ditaruh di hatcher
14 Desember 2013
370C
380C
380C
Telur menetas 4
15 Desember 2013
370C
380C
370C
DOD mati 1
16 Desember 2013
370C
370C
380C
Penimbangan berat DOD yang menetas
17 Desember 2013
370C
370C
370C

18 Desember 2013
Penetasan dibersihkan dan semua telur infertile di keluarkan
*pemutaran setiap 8 jam sekali atau 3 kali sehari
Tabel 2 : Pengukuran Berat Telur Awal, Panjang Telur Dan Lebar Telur
No Telur
Berat Telur Awal (gram)
Panjang Telur (cm)
Lebar Telur (cm)
Keterangan
1
72,50
6,2
4,3
Retak di ujung telur
2
75,40
6
4,5

3
68,15
5,7
4,4

4
63,55
5,6
4,2

5
63,70
5,5
4,3

6
69,80
5,7
4,4

7
73,80
5,9
4,5

8
76,50
5,9
4,5

9
76,45
5,7
4,7

10
66,20
5,5
4,3

11
74,05
5,9
4,5

12
72,20
5,9
4,4

13
70,15
5,7
4,4

14
66,15
5,6
4,3

15
74,75
5,9
4,5

16
74,05
6
4,4

17
68,40
5,8
4,5
Ada 2 rongga udara
18
66,60
5,3
4,5

19
71,40
5,8
4,4

20
67,05
5,3
4,5

21
66,95
5,8
4,3

22
71,20
5,5
4,6

23
74,25
5,8
4,6

24
67,65
5,8
4,3

25
67,60
5,7
4,3

*penghitungan pada hari ke-1
Tabel 3 : Pengukuran Berat Telur Minggu ke-3 dan Peneropongan Telur
No Telur
Berat Telur Minggu Ke-3
(gram)
Peneropongan Ke-1
(24/11/2013)
Peneropongan Ke-2
(11/12/2013)
1
64,20
Belum
Infertile
2
Culling
Culling
Culling
3
57,30
Belum
Infertile
4
57,65
Fertile
Fertile
5
58,55
Fertile
Fertile
6
Culling
Culling
Culling
7
68,15
Belum
Fertile
8
68,65
Fertile
Fertile
9
68,75
Belum
Fertile
10
61,80
Fertile
Infertile
11
64,55
Fertile
Fertile
12
65,6
Fertile
Infertile
13
62,50
Fertile
Fertile
14
59,30
Belum
Infertile
15
67,75
Fertile
Fertile
16
67,80
Belum
Fertile
17
60,35
Belum
Infertile
18
61,85
Fertile
Infertile
19
65,80
Fertile
Infertile
20
62,90
Belum
Infertile
21
58,40
Belum
Infertile
22
63,60
Fertile
Fertile
23
67,05
Fertile
Fertile
24
58,30
Belum
Fertile
25
62,60
Fertile
Infertile
*pengamatan pada minggu ke-3 atau 7 hari sebelum menetas
Tabel 4 : Pengamatan Hari Terakhir
No telur
Telur menetas
Telur tidak menetas (infertile)
Telur Tidak menetas Tapi Fertile (ada embrio dalam telur)
Berat DOD
(gram)
1

+

-
2

+

-
3

+

-
4


+
-
5


+
-
6

+

-
7


+
-
8
+


85
9
+


60 (mati)
10

+

-
11
+


73
12

+

-
13

+

-
14

+

-
15


+
-
16

+

-
17

+

-
18

+

-
19

+

-
20

+

-
21

+

-
22

-
+
-
23
+


82
25

+

-
24

+

-
Total
4
16
5
-
*penimbangan DOD pada hari ke-30
Gambar 2 :
 Telur Fertile Yang Tidak Menetas
IV. 2 Pembahasan
*      Perhitungan Indeks Telur

Tabel 5 : Perhitungan Indeks Telur
No Telur
Panjang Telur (cm)
Lebar Telur (cm)
Indeks Telur (%)
[(L x P) X 100%]
1
6,2
4,3
= (4,3/6,2) x 100%
= 69,35
2
6
4,5
= (4,5/6) x 100%
= 75
3
5,7
4,4
= (4,4/5,7) x 100%
= 77,19
4
5,6
4,2
= (4,2/5,6) x 100%
=  75
5
5,5
4,3
= (4,3/5,5) x 100%
= 78,18
6
5,7
4,4
= (4,4/5,7) x 100%
= 77,19
7
5,9
4,5
= (4,5/5,9) x 100%
= 76,27
8
5,9
4,5
= (4,5/5,9) x 100%
= 76,27
9
5,7
4,7
= (4,7/5,7) x 100%
= 82,45
10
5,5
4,3
= (4,3/5,5) x 100%
= 78,18
11
5,9
4,5
= (4,5/5,9) x 100%
= 76,27
12
5,9
4,4
= (4,4/5,9) x 100%
= 74,57
13
5,7
4,4
= (4,4/5,7) x 100%
= 77,19
14
5,6
4,3
= (4,3/5,6) x 100%
= 76,78
15
5,9
4,5
= (4,5/5,9) x 100%
= 76,27
16
6
4,4
= (4,4/6) x 100%
= 73,33
17
5,8
4,5
= (4,5/5,8) x 100%
= 77,59
18
5,3
4,5
= (4,5/5,3) x 100%
= 84,91
19
5,8
4,4
= (4,4/5,8) x 100%
= 75,87
20
5,3
4,5
= (4,5/5,3) x 100%
= 84,91
21
5,8
4,3
= (4,3/5,8) x 100%
= 74,14
22
5,5
4,6
= (4,6/5,8) x 100%
= 83,64
23
5,8
4,6
= (4,6/5,8) x 100%
=79,31
24
5,8
4,3
= (4,3/5,8) x 100%
=74,13
25
5,7
4,3
= (4,3/5,7) x 100%
=75,43

*      Perbandingan Berat Telur Awal, Berat Telur Minggu Ke-3 Dan Berat DOD Menetas

Tabel 6 : Perbandingan Berat Telur Awal, Berat Telur 7 Hari Sebelum Menetas, Berat DOD
No Telur
Berat Telur Awal (gram)
Berat Telur Minggu Ke-3
(gram)
Berat DOD yang menetas (gram)
1
72,50
64,20
-
2
75,40
Culling
-
3
68,15
57,30
-
4
63,55
57,65
-
5
63,70
58,55
-
6
69,80
Culling
-
7
73,80
68,15
-
8
76,50
68,65
85
9
76,45
68,75
60
10
66,20
61,80
-
11
74,05
64,55
73
12
72,20
65,6
-
13
70,15
62,50
-
14
66,15
59,30
-
15
74,75
67,75
-
16
74,05
67,80
-
17
68,40
60,35
-
18
66,60
61,85
-
19
71,40
65,80
-
20
67,05
62,90
-
21
66,95
58,40
-
22
71,20
63,60
-
23
74,25
67,05
82
24
67,65
58,30
-
25
67,60
62,60
-
  *penimbangan DOD pada hari ke-30
*      Perhitungan Persentase Telur Menetas, Persentase Telur Fertile Dan Persentase Telur Infertile
-          Persentase telur menetas  (telur metetas sebanyak 4)
      =
=
=  16%
-          Persentase telur fertile (telur fertile = telur menetas + telur fertile tidak menetas)
=
=
=
=  36%
-          Persentase telur infertile  (telur infertile sebanyak 16 butir)
      =
=
=  64%

*      Pembahasan
Berdasarkan pada hasil pengamatan selama praktikum dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa jumlah telur menetas adalah sebanyak 4, telur fertile sebanyak 9 butir dan telur infertile sebanyak 16 butir dari total 25 telur itik awal yang akan ditetaskan. Hal ini berarti bahwa persentase telur menetas hanya 16%, persentase telur fertile hanya 36% dan persentase telur infertile sebanyak 64%. Telur infertile mempunyai persentase yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan telur fertile, bahkan telur yang sudah dipastikan fertile pun ada yang tidak menetas dan setelah di bukak cangkang telurnya terlihat ada DOD di dalamnya.
Rendahnya fertilitas telur itik yang ditetaskan pada praktikum kali ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor telurnya sendiri yang mungkin memiliki daya tetas yang rendah karena berasal dari induk yang tidak bagus atau pun karena manajemen pemeliharaan yang salah. Atau mungkin dari faktor manajemen selama praktikum penetasan yang kurang baik. Terlebih lagi terlihat bahwa selama 28 hari masa penetasan terjadi fluktuasi suhu dalam setter yang cukup sering, dan suhu dalam setter cenderung naik melelebihi 380 C serta pernah mencapai 410 C. Sedangkan semestinya suhu dalam setter harus stabil atau konstan antara 370 C - 380 C, atau bisa lebih rendah dari suhu tersebut karena biasanya embrio akan lebih toleran terhadap suhu yang lebih rendah.
Untuk kasus terlur fertile yang tidak bisa menetas dan setelah telur dibukak cankangnya ternyata terdapat embrio bisa dikarenakan telur mengalami stress panas dan gangguan pada saat masa – masa kritis penetasan. Masa – masa kritis penetasan ini umumnya dimulai sekita 3 – 4 hari sebelum menetas. Di hari ke-7 sebelum menetas, telur diteropong kembali dan ditimbang berat akhirnya. Ketika peneropongan mungkin saja telur mendapatkan paparan panas berlebih yang dapat menggangu proses metabolisme dan perkembangan embrio dalam telur sehingga telur tidak bisa berkembang dengan baik. Dan ketika dilakukan penimbangan, mungkin saja telur mengalami tekanan dan digoyang – goyang terlalu kencang, sehingga akibatnya proses metabolisme dan perkembangan embrio di dalam telur terganggu, sama seperti ketika dilakukan peneropongan.
Tiga hari sebelum menetas tepatnya di hari ke-25 dilakukan pemindahan dari setter ke hather. Pada saat ini sesungguhnya telur sudah memasuki masa – masa kritis untuk menetas. Manajemen yang mungkin salah dilakukan ketika pemidahan dari setter ke hatcher, mungkin terlau tergesa – gesa akan memberikan tekanan berupa goncangan terhadap emberio dalam telur, sehingga mempengaruhi daya tetas telur. Suhu dalam hatcher yang terlalu tinggi dan kelembaban yang rendah, bisa menyebabkan embrio mengalami cekaman panas dan cangkang telur menjadi lebih mengeras. Hal ini bisa saja menyebabkan embrio sulit untuk menetas, karena energinya sudah habis untuk mengatasi cekaman panas sehingga tidak memiliki energi lagi untuk melakukan pipping (memecahkan cangkang telur).
Adanya DOD yang mati dihari kedua setelah menetas mungkin disebabkan DOD tersebut masih terlalu lemah dan sudah dipindahkan ke dalam box atau kardus. Sehingga menyebabkan DOD terinjak dan terjepit oleh DOD lainnya.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1.      Telur itik yang ditetaskan pada praktikum ini memiliki daya tetas yang cukup rendah, yaitu hanya menetas sebanyak 4.
2.      Persentase telur menetas adalah sebanyak 16%, telur fertile 36% dan telur infertile 64% dari total jumlah telur itik awal yang akan ditetaskan sebanyak 25 butir.
3.      Rendahnya fertilitas telur itik yang ditetaskan pada praktikum ini, bisa disebabkan karena daya tetas telur yang mungkin sudah tidak bagus ataupun karena manajemen yang kurang baik selama praktikum penetasan dilakukan.
4.      Adanya telur fertile yang tidak menetas bisa disebabkan telur mengalami cekaman panas atau tekanan selama berada di mesin penetasan, sehingga embrio tidak memiliki energy untuk melakukan pipping.

V.2 Saran
Rendanya fertilitas telur itik yang ditetaskan dan terjadinya fluktuasi suhu dalam mesin tetas yang terlalu sering, bahkan suhu dalam sette sempat mencapai 410 C menjadi bukti bahwa terjadi kesalahan dalam manajemen selama praktikum dilaksanakan. Untuk kedepannya penulis menyarankan agar lebih memerhatikan lagi manajemen dalam mesin tetas dan kondisi suhu dalam mesin tetas, sehingga menghasilkan daya tetas yang lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA

     http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/ (diakses pada tanggal  tanggal 30 Desember 2013)
     http://www.glory-farm.com/ptetas_mesin/mgt_tetas.htm (diakses pada hari Jumat, 3 Januari 2013, pukul 08.30 WITA)
     www.caripdf.com/penetasan+puyuh.htm (diakses pada hari Jumat, 3 Januari 2013, pukul 08.54 WITA)
     www.asosiasi-politeknik.or.id/index (diakses pada hari Jumat, 3 Januari 2013, pukul 09.30 WITA)














LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar