BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bakteri asam laktat
merupakan bakteri yang bersifat gram positif, tidak membentuk flora, dan dapat
membentuk koki, kokobasili atau batang, katalase negatif, non-motil atau
sedikit motil, mikroaerofilik sampai anaerob, toleran terhadap asam,
kemoorganotrofik, dan membutuhkan suhu mesofilik (Salminen dan Von Wright,
1998). Sifat terpenting dari bakteri asam laktat adalah kemampuannya untuk
memfermentasi gula menjadi asam laktat.
Produksi asam inilah
yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain yang tidak
diinginkan dan membantu meningkatkan absorpsi mineral (termasuk kalsium).
Penuruan absorpsi mineral terjadi akibat gerakan peristaltik usus yang semakin
cepat. Namun, tidak semua bakteri asam laktat dapat di klaim sebagai probiotik.
Probiotik adalah mikroba hidup yang memberikan efek menguntungkan bagi
kesehatan manusia.
Beberapa persyaratan
agar bakteri asam laktat dapat diklasifikasikan sebagai probiotik adalah: (1)
stabil terdapat asam (terutama asam lambung) dan garam empedu, (2) mampu
bertahan hidup selama berada bagian atas usus kecil, (3) dapat memproduksi
senyawa antimikroba, (4) mampu menempel dan mengolonisasi sel manusia, (5)
tumbuh baik dan berkembang dalam saluran pencernaan, (6) aman digunakan oleh manusia,
serta (7) mampu membentuk lingkungan mikroflora yang normal dan seimbang.
Beberapa jenis bakteri asam laktat yang sering digunakan sebagai probiotik
adalah Lactobacillus dan Bifidobacteria.
Bakteri asam laktat
mempunyai banyak klaim kesehatan. Selain mempertahankan imunitas dan mencegah
penggunaan antibiotik, bakteri asam laktat juga mempunyai manfaat lain,
seperti: mencegah kanker kolon, memperbaiki metabolisme lemak, mengurangi kadar
kolesterol darah, memperbaiki pencernaan, dna stimulasi gastrointestinal.
Bakteri ini juga dapat menekan senyawa beracun hasil metabolisme lemak dan
protein serta hasil pemecahan enzim tertentu, sehingga mengurangi beban kerja
hati.
Klaim kesehatan lain
dari bakteri asam laktat dalah dapat memperbaiki malabsorpsi laktosa (gula
susu) didalam tubuh, terutama bakteri Lactobacillus dan Bifidobacteria,
sehingga dapat membantu proses pencernaan susu. Selain itu, klaim ini juga
mempunyai manfaat ganda, yaitu meningkatkan absorpsi mineral, terutama kalsium
yang banyak terdapat pada susu. Menurut Reiner (1989), 75 persen kebutuhan
kalsium tubuh dapat di pasok dari susu. Dengan demikian, kehadiran bakteri asam
laktat dapat membantu meningkatkan penyerapan kalsium. Namun, salah satu
kelemahan probiotik adalah tidak stabil dan tidak efektif. Untuk mencapai usus,
bakteri harus melewati beberapa organ tubuh yang menyebabkan bakteri
kemungkinan besar mengalami kematian.
Untuk dapat tumbuh
bakteri asam laktat memerlukan kondisi yang khusus. Maka dari itu disini akan
dibahas mengenai faktor – faktor tumbuh dari bakteri asam laktat, yang secara
umum sama dengan bakteri yang lainnya.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam
penulisan paper ini adalah apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri asam laktat.
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan paper
ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri asam laktat.
1.4 Metode
Penulisan
Metode yang digunakan
dalam penulisan paper ini adalah metode kepustakaan, yaitu dengan mencari data
– data yang mendukung baik dari bahan bacaan yang berupa buku maupun bahan
bacaan dari media elektronik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Mikroba Secara Umum
2.1.1 Waktu
generasi
Waktu generasi adalah waktu
yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan jumlah sel menjadi dua
kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri atas empat
fase yaitu fase penyesuaian (lag phase), fase eksponensial atau fase
logaritmik, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase eksponensial terjadi
peningkatan jumlah sel dan digunakan untuk untuk menentukan waktu generasi.
Beberapa contoh waktu generasi pada suhu pertumbuhan yang optimal antara lain
30 menit untuk Bacillus cereus, 20 menit untuk Escherichia coli
dan Salmonella, dan 10 menit
untuk Clostridium perfringens.
2.1.2 Faktor
intrinsik
Faktor intrinsik
meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw), kemampuan
mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh), kandungan nutrien, bahan
antimikroba dan struktur bahan makanan.
Ukuran keasaman atau pH
adalah log10 konsentrasi ion hidrogen. Lazimnya bakteri
tumbuh pada pH sekitar netral (6,5 – 7,5) sedangkan kapang dan ragi pada pH 4,0-6,5.
Aktivitas air (aw) adalah
perbandingan antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap air solven murni
pada temperatur yang sama ( aw = p/po
). Ini merupakan jumlah air yang
tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dalam pangan dan bukan berarti jumlah total
air yang terkandung dalam bahan makanan sebab adanya adsorpsi pada konstituen
tak larut dan absorpsi oleh konstituen larut (mis. gula, garam). Air murni
mempunyai aw 1,0
dan bahan makanan yang sepenuhnya terdehidrasi memiliki aw = 0. Bakteri Gram negatif lebih sensitif
terhadap penurunan aw dibandingkan bakteri lain. Batas aw minimum untuk multiplikasi sebagian
besar bakteri adalah 0,90. Escherichia coli membutuhkan aw minimum
sebesar 0,96, sedangkan Penicillium 0,81. Meskipun demikian aw minimum
untuk Staphylococcus aureus adalah 0,85.
Kemampuan
mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh) adalah perbandingan total daya
mengoksidasi (menerima elektron) dengan daya mereduksi (memberi elektron). Eh
dalam pangan bergantung pada pH, kandungan substansi yang mereduksi, tekanan
partial oksigen (pO2) dan kemampuan metabolisasi oksigen. Potensi Eh diukur
dalam milivolts (mV). Dalam keadaan teroksidasi ukuran mV makin positif,
sedangkan dalam keadaan tereduksi akan semakin negatif. Berdasarkan Eh,
mikroorganisme dibagi menjadi aerob, anaerob, fakultatif anaerob dan
mikroaerofilik. Mikroorganisme aerob memerlukan keadaan Eh positif,
mikroorganisme anaerob memerlukan Eh negatif, mikroorganisme fakultatif anaerob
memerlukan keadaan Eh positif atau negatif dan mikroorganisme mikroaerofilik
memerlukan Eh sedikit tereduksi.
Pertumbuhan
mikroorganisme memerlukan air, energi, nitrogen, vitamin dan faktor
pertumbuhan, mineral. Air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme
ditentukan oleh aw bahan makanan. Sebagai sumber energi,
mikroorganisme memanfaatkan karbohidrat, alkohol dan asam amino yang terdapat dalam
bahan makanan. Faktor pertumbuhan yang diperlukan adalah asam amino, purin dan
pirimidin, serta vitamin. Salmonella typhi memerlukan triptofan untuk
pertumbuhannya, sedangkan Staphylococcus aureus memerlukan arginin,
sistein dan fenilalanin.
Beberapa unsur dalam
bahan makanan mempunyai sifat antimikroba. Susu sapi mengandung laktoferin,
konglutinin, lisozim, laktenin dan sistem laktoperoksidase. Bahan antimikroba
dalam telur adalah lisozim, konalbumin, ovomukoid, avidin. Sistem
laktoperoksidase terdiri dari laktoperoksidase, tiosianat dan peroksidase.
Ketiga komponen ini diperlukan untuk efek antimikroba. Susu kambing mengandung
lebih banyak lisozim dibandingkan susu sapi. Meskipun demikian kandungan
lisozim susu lebih rendah bila dibandingkan dengan putih telur. Laktoferin
adalah protein penangkap Fe dalam susu dan dapat disamakan dengan konalbumin
putih telur. Lisozim yang terdapat dalam telur menyebabkan lisis lapisan
peptidoglikan dinding sel bakteri. Kandung lisozim dalam telur adalah 3,5 %.
Struktur bahan makanan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme misalnya lemak karkas dan kulit
pada karkas unggas dan karkas babi dapat melindungi daging dari kontaminasi
mikroorganisme. Kerabang telur yang mempunyai pori-pori sebesar 25-40 µm dapat
mempersulit masuknya mikroorganisne ke dalam telur walau tidak dapat mencegah
tetap masuknya mikroorganisme. Mikroorganisme akan ditahan oleh lapisan membran
dalam yang mencegah masuknya mikroorganisme ke albumen. Daging giling atau
daging yang sudah dipotong menjadi bagian lebih kecil akan lebih memberi
kemudahan bagi mikroorganisme untuk berkembang biak dibandingkan dengan pada
daging karkas.
2.1.3 Faktor
ekstrinsik
Faktor ekstrinsik yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu penyimpanan dan faktor luar
lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan pengaruh atmosferik seperti
kelembaban, tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar
ultraviolet.
Berdasarkan suhu optimumnya,
mikroorganisme dibagi menjadi psikrofil dengan suhu optimum kurang dari + 20
°C, mesofil (+20° s/d + 40 °C) dan termofil (lebih dari +40 °C). Pada suhu
minimum terjadi perubahan membran sel sehingga tidak terjadi transpor zat hara.
Sebaliknya pada suhu maksimum terjadi denaturasi enzim, kerusakan protein dan lipida
pada membran sel yang menyebabkan lisisnya mikroorganisme. Mikroorganisme
patogen biasanya termasuk ke dalam kelompok mesofil. Pengaruh suhu rendah pada
mesofil adalah inaktivasi dan perubahan struktur protein permease. Kapang
mempunyai kisaran pertumbuhan yang lebih luas dibandingkan bakteri, sedangkan
ragi mampu tubuh pada kisaran psikrofil dan mesofil. Mikroorganisme juga dapat
diklasifikasikan menurut resistensinya terhadap temperatur yang tidak
menguntungkan yaitu psikrotrof (tumbuh pada suhu kurang dari + 7 °C) dan
termotrof (tumbuh pada suhu lebih dari + 55 °C).
Kelembaban lingkungan (relative
humidity, RH) penting bagi aw bahan
makanan dan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan bahan makanan. Ruang
penyimpanan yang memiliki RH rendah akan menyebabkan bahan makanan yang tidak
dikemas mengalami kekeringan pada permukaannya dan dengan demikian mengubah
nilai aktivitas airnya.Produk bahan makanan yang kering ini bila dibawa ke
lingkungan yang lembab (RH tinggi) akan menyerap kelembaban sehingga permukaannya
dapat ditumbuhi jamur. Hal yang sama akan terjadi bila bahan makanan yang telah
didinginkan dibawa ke lingkungan yang lebih hangat. Hal ini akan menyebabkan
kondensasi air di bagian permukaannya. Proses ini penting untuk diperhatikan
pada pengepakan produk yang dapat membusuk, karena biasanya ruang pengepakan
lebih hangat dibandingkan dengan ruang pendingin, sehingga akan terbentuk
lapisan tipis air kondensasi. Hal ini akan menyebabkan peningkatan aktivitas
air yang pada gilirannya dapat mempermudah pertumbuhan mikroorganisme.
Penyimpanan bahan makanan di
ruang terbuka meningkatkan kadar CO2 sampai 10 % yang dapat dicapai dengan
menambahkan es kering (CO2) padat. Penghambatan oleh CO2 meningkat sejalan
dengan menurunnya suhu karena solubilitas CO2
meningkat pada suhu rendah. Bakteri Gram negatif lebih rentan terhadap
CO2 dibandingkan bakteri Gram positif. Pseudomonas paling rentan sedangkan
bakteri asam laktat serta bakteri anaerob paling tahan.
Adanya cahaya dan sinar ultra
violet dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kerusakan toxin yang
dihasilkannya, misalnya pada Aspergillus ochraceus.
2.1.4 Faktor
proses
Semua
proses teknologi pengolahan bahan makanan mengubah lingkungan mikro bahan
makanan tersebut. Proses tersebut dapat berupa pemanasan, pengeringan,
modifikasi pH, penggaraman, curing, pengasapan, iradiasi, tekanan tinggi,
pemakaian medan listrik dan pemberian bahan imbuhan pangan.
2.1.5 Faktor
implisit
Faktor lain yang berperan
adalah faktor implisit yaitu adanya sinergisme atau antagonisme di antara
mikroorganisme yang ada dalam “lingkungan” bahan makanan. Ketika mikroorganisme
tumbuh pada bahan makanan dia akan bersaing untuk memperoleh ruang dan nutrien.
Dengan demikian akan terjadi interaksi di antara mikroorganisme yang berbeda.
Interaksi ini dapat saling mendukung maupun saling menghambat (terjadi
sinergisme atau antagonisme).
2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Asam Laktat
Pada umumnya faktor –
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat sama dengan faktor –
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada umunya.
Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang bersifat gram
positif, tidak membentuk flora, dan dapat membentuk koki, kokobasili atau
batang, katalase negatif, non-motil atau sedikit motil, mikroaerofilik sampai
anaerob, toleran terhadap asam, kemoorganotrofik, dan membutuhkan suhu
mesofilik (Salminen dan Von Wright, 1998). Sifat terpenting dari bakteri asam
laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat.
Produksi asam inilah yang pada akhirnya dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan dan membantu meningkatkan
absorpsi mineral (termasuk kalsium). Penuruan absorpsi mineral terjadi akibat
gerakan peristaltik usus yang semakin cepat. Namun, tidak semua bakteri asam
laktat dapat di klaim sebagai probiotik. Probiotik adalah mikroba hidup yang
memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan manusia.
Beberapa anggota
kelompok ini mengandung baik rods (lactobacillus dan carnobacteria) juga cocci
(streptococci). Spesies bakteri asam laktat yang berbeda (seperti
Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Aerococcus, Enterococcus, Vagococcus,
Lactobacillus, Carnobacterium) telah beradaptasi untuk bisa tumbuh pada kondisi
lingkungan yang berbeda-beda.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat antara lain :
1. Suhu
/ temperatur
Suhu optimum yaitu suhu
dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan
optimum adalah 30 - 37°C. Suhu dapat mempengaruhi
mikroba dalam dua cara yang berlawanan :
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
1) Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2) Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Temperatur inkubasi,
lamanya inkubasi dan media nutrien adalah faktor-faktor yang sangat penting
ketika mengisolasi bakteri asam laktaat. Temperatur air inkubasi dan kadar gula
pada media merupakan dua hal penting bagi beberapa strain bakteri asam laktat
karena lambatnya laju pertumbuhan mereka dan karena mereka membutuhkan gula
untuk sumber karbon dan energi, nukleotida, asam lemak, asam amino dan vitamin
dalam habitatnya.
2. Suplai
nutrisi
Mikroba sama dengan
makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah :
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil
logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber
nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Salah satu faktor yang
mempengaruhi bakteri asam laktat adalah kompetisi untuk nutrien. Bakteri
asam laktat secara alami hidup di lingkungan yang kaya nutrien, misalnya susu
dan produk-produk tumbuhan. Bakteri asam laktat membutuhkan
nutrisi untuk kehidupan dan pertumbuhannya yang meliputi sumber karbon, sumber
nitrogen, sumber energi dan faktor pertumbuhan (mineral dan vitamin). Nutrisi
tersebut digunakan untuk membentuk energi dan menyusun komponen sel.
3. Keasaman
/ kebasaan
Setiap organisme
memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum yang
berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh
pada kisaran ph 8,0 – 8,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya
bersifat merusak. Untuk
bakteri asam laktat dapat tumbuh pada pH dalam keadaan asam.
4. Ketersediaan
oksigen
Mikroorganisme memiliki
karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya
akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi :
1) Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen
bebas.
2) Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada
oksigen bebas.
3) Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa
oksigen bebas.
4) Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada
oksigen dalam jumlah kecil.
Untuk bateri asam
laktat ada yang dapat tumbuh pada keadaan aerobik sampai anaerobik.
Dalam melakukan isolasi
bakteri asam laktat diperlukan kondisi yang dapat mendukung pertumbuhan bakteri
asam laktat. Isolasi bakteri asam laktat kegiatannya meliputi pengenceran,
pemupukan, pemurnian, pengayaan, dan penyimpanan bakteri asam laktat dalam
gliserol stock. Media yang digunakan adalah MRS (de Mann, Rogosa, Sharpe) baik
dalam bentuk padat maupun cair, media Mueller Hinton Agar s Trypticase Soy
Broth (TSB).
2.3 Peranan Bakteri Asam Laktat Terhadap Kesehatan
Manusia
Peranan bakteri asam
laktat terhadap imunitas manusia ialah sebagai berikut:
a.Meningkatkan respon imun humoral
a.Meningkatkan respon imun humoral
Bakteri asam laktat
(probiotik) akan meningkatkan respon imun humoral. Penelitian menunjukkan bahwa
sel yang memproduksi IgA lebih sedikit pada hewan coba dibandingkan dengan yang
mendapat probiotik. Terdapat peningkatan jumlah sel yang memproduksi IgA pada
kelompok mencit yang mendapatkan L. Casei. Peningkatan sekresi IgA cukup untuk
mencegah saluran cerna. Pemberian Lactobacillus dapat meningkatkan produksi
sistem imun IgA lokal dan meningkatkan produksi IgA yang disekresi ke limen intestinal
memberikan pertahanan mukosa terhadap Salmonella typhimurium. Hal ini
mengindikasikan adanya fungsi Lactobacillus sebagai imunoadjuvant dan hanya
Lactobacillus yang hidup saja dapat menstimulasi respon antibodi terhadap
antigen spesifik lokal dan sistemik.
b.Meningkatkan respon seluler
Probiotik Lactobacillus
GG memiliki kemampuan unutuk meningkatkan imunitas mukosa intestinal yaitu
peningkatan jumlah sel penghasil terutama IgA dan sel penghasil imunoglobin
yang lain, merangsang pelepasan interferon lokal yang memfasilitasi transport
antigen serta meningkatkan ambilan antigen oleh Payer`s patches.
c.Meningkatkan produksi sitokin
Streptococcus
thermophilus yang secara komersial terdapat di yoghurt meningkatkan produksi
sitokin TNF dan IL-6 melalui sel makrofag.
d.Meningkatkan imunitas nonspesifik
Adanya kemampuan
memproduksi asam laktat, bakteri asam laktat mampu meningkatkan efek
fagositosis terhadap patogen. Peran nonspesifik lain dari bakteri asam laktat
yaitu mampu menurunkan reaksi hipersensitifitas terhadap susu sapi .
Selain berperan dalam
sistem imun manusia, bakteri asam laktat yang terkandung dalam yoghurt juga
mampu mengatasi masalah intoleransi laktosa. Asam laktat yang dihasilkannya
akan meningkatkan aktivitas enzim laktase usus halus (Subijanto, MS,
2006).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bakteri asam laktat
dalam pertumbuhannya memerlukan pfaktor – faktor yang dapat mendukung
pertumbuhannya. Secara umum faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri asam laktat sama dengan mikroba pada umumnya. Secara spesifik faktor
tumbuh dari bakteri asam laktat antara lain temperatur yang berkisar antara 30
- 37°C, memerlukan lingkuangan yang kaya akan dengan nutrient, dalam keadaan
suasana asam, dan dalam keadaan aerobik sampai anaerobik.
3.2 Saran
Dalam menumbuhkan
bakteri asam laktat penting untuk diperhatikan faktor – faktor tumbuh dari
bakteri asam laktat tersebut agar bakteri asam laktat tersebut dapat tumbuh
dengan optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakteri
Asam Laktat. Diakses dari http://puguh.com/2009/09/27/bakteri-asam-laktat/comment-page-1/.
Diakses pada tanggal 9 Nopember 2009
Bakteri Asam
Laktat. Diakses dari http://whatawonderfulnature.blogspot.com/2009/06/bakteri-asam-laktat.html
Pada tanggal 9 Nopember 2009
Faktor
Apa Yang Memungkinkan Adanya Bakteri Asam Laktat Di Dalam Salad (Misalnya Salad
Kepiting). Diakses dari http://www.food-info.net/id/qa/qa-saf24.htm
pada tanggal 9 Nopember 2009
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA. Diakses dari http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/
pada tanggal 30 Oktober 2009
Isolasi
Bakteri Asam Laktat Penghasil Antimikroba. Diakses dari http://iqbalali.com/2008/03/30/isolasi-bakteri-asam-laktat-penghasil-antimikroba/
Pada tanggal 9 Nopember 2009
Perbandingan Kualitas Moromi Kedelai Edamame Dan
Moromi Kedelai Lokal Menggunakan Kultur Tunggal Lactobacillus Delbrueckii
Fncc-045. Diakses dari www.google.com pada
tanggal 9 Nopember 2009
Yudhabuntara, Doddi. Pengendalian Mikroorganisme
dalam Bahan Makanan Asal Hewan. Diases dari www.google.com
pada tanggal 9 Nopember 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar