Kamis, 22 Mei 2014

Hanya Iseng .................



Kuliah Di Fakultas Peternakan, “Beban Atau Masa Depan ?”

Berbicara mengenai sektor peternakan di negeri Indonesia tercinta ini, memang tidak bisa lepas dari kesan kotor, bau, kampungan, ngangon sapi, bergaul dengan ternak, dan lain – lainnya. Sebuah pola pikir yang memarginalkan sektor peternakan. Sesungguhnya pandangan – pandangan seperti itu memang sudah umum dan menjadi hal wajar berada dalam pikiran masyarakat. Mengapa ? … Hal ini disebabkan karena memang faktanya kondisi peternakan di Indonesia masih berupa peternakan rakyat yang menerapkan manajemen pemeliharaan ternak yang tradisioanal. Bahkan mungkin dapat dikatakan mencapai 80 – 90% peternakan yang ada di Indonesia adalah masih merupakan peternakan rakyat. Dengan jumlah kepemilikan lahan yang sempit, jumlah ternak yang dipelihara sedikit, pakan yang diberikan seadanya, ternaknya hanya diikat dibawah pohon atau dikandangkan seadanya, dan kurangnya penanganan limbar kotoran (feses dan urine) ternak yang menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Masyarakat sering kali masih memandang sebelah mata jika mendengar ada tetangga, saudara atau mungkin anaknya yang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di fakultas peternakan. Terutama para orang tua yang sudah mampu secara ekonomi. Para orang tua akan cenderung mengarahkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan di sektor pariwisata, ekonomi, kedokteran, sastra, hukum, dan lain – lainnya. Hal ini wajar terjadi karena memang kondisi masyarakat yang umumnya menginginkan anaknya menjadi orang yang bekerja dengan penampilan yang rapi, bersih, ganteng dan akhirnya sukses. Tidak diinginkan anaknya untuk menjadi peternak yang bau, kotor dan bergelut dengan ternak. Kebijakan pemerintah yang seolah – oleh tidak berpihak pada sektor peternakan juga sedikit banyak menyebabkan fenomena ini masih terjadi di masyarakat. Seperti misalnya kebijakan impor daging sapi yang menyebabkan harga ternak sapi di peternak lokal menjadi anjlok, sehingga dampaknya tidak ada lagi peternak yang mau memelihara sapi. Karena keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan ternak sapi.
Padahal sesungguhnya jika dilihat dari sisi lainnya, maka sektor peternakan merupakan salah satu hal yang tidak bisa dihilangkan dari hidup manusia. Khususnya orang Hindu di Bali. Peternakan adalah sektor yang menyediakan makanan bagi semua manusia, kecuali yang vegetarian. Tanpa peternakan maka tidak ada yang namanya daging, susu, telur dan produk olahan lainnya yang berbahan dasar produk peternakan. Bagaimana mungkin manusia bisa hidup tanpa terpenuhi kebutuhan Pangannya ?
Mengapa dikatakan orang Hindu di Bali tidak bisa lepas dari peternakan ?. Karena memang semua orang Hindu di Bali, dari awal dilahirkan sampai nantinya dilakukan pengabenan ketika sudah meninggal dunia akan selalu bersentuhan dengan ternak. Hampir semua sarana upacara yang dilakukan di Bali membutuhkan ternak, mulai dari ayam, bebek, sapi, babi, telur, dan lain – lainnya. Bahkan ternak bebek dan sapi pun merupakan beberapa contoh ternak yang disucikan oleh orang Hindu.
Hal inilah yang semestinya menjadi dasar pemikiran bagi masyarakat dan menjadi dasar untuk merubah pola pikir yang mengatakan kuliah di peternakan tidak penting dan tidak akan membawa kesuksesan di masa yang akan datang. Kuliah di fakultas peternakan bukanlah sebuah beban, namun merupakan sebuah pintu gerbang menuju masa depan yang lebih cerah.
Perlu disadari pula bahwa jika konsumsi produk asal hewan (daging, susu dan telur) oleh masyarakat Indonesia adalah jauh dibawah negara – negara tetangga, terutama Malaysia, Thailand dan Singapura. Bagaimana kemudian bisa menang dalam sepak bola, bulu tangkis, SEA GAMES, atau yang lainnya kalau ternyata konsumsi nutrisi asal hewan masyarakat Indonesia masih sangat rendah.
Dengan kuliah di fakultas peternakan, maka kedepannya manjemen pemeliharaan ternak yang masih sederhana/tradisional sedikit demi sedikit akan berubah kearah yang lebih modern. Sehingga peternakan menjadi lebih efisien dan efektif, serta jauh dari kesan baud an kotor. Dengan menjadi sarjana peternakanlah hal ini dapat terwujud. Karena seperti yang sudah diketahui, di negara maju para peternak itu bukanlah orang – orang yang berpendidikan rendah. Namun para sarjana yang mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah kedalam sebuah usaha yang lebih maju dan modern. Ada sebuah selogan yang sering muncul bagi para peternak diluar negeri, yaitu “Peternak Berdasi”, artinya peternak itu tidaklah kotor dan bau. Malainkan menggunakan jas dan dasi seperti para pengusaha dan pejabat laiinya. Bahkan tidak menutup kemungkinan lebih kaya dibandingkan para pejabat pemerintahan yang korupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar