Kuliah
Di Fakultas Peternakan, “Beban Atau Masa Depan ?”
Berbicara
mengenai sektor peternakan di negeri Indonesia tercinta ini, memang tidak bisa
lepas dari kesan kotor, bau, kampungan, ngangon sapi, bergaul dengan ternak,
dan lain – lainnya. Sebuah pola pikir yang memarginalkan sektor peternakan. Sesungguhnya
pandangan – pandangan seperti itu memang sudah umum dan menjadi hal wajar
berada dalam pikiran masyarakat. Mengapa ? … Hal ini disebabkan karena memang
faktanya kondisi peternakan di Indonesia masih berupa peternakan rakyat yang
menerapkan manajemen pemeliharaan ternak yang tradisioanal. Bahkan mungkin
dapat dikatakan mencapai 80 – 90% peternakan yang ada di Indonesia adalah masih
merupakan peternakan rakyat. Dengan jumlah kepemilikan lahan yang sempit,
jumlah ternak yang dipelihara sedikit, pakan yang diberikan seadanya, ternaknya
hanya diikat dibawah pohon atau dikandangkan seadanya, dan kurangnya penanganan
limbar kotoran (feses dan urine) ternak yang menimbulkan bau yang sangat
menyengat.
Masyarakat
sering kali masih memandang sebelah mata jika mendengar ada tetangga, saudara
atau mungkin anaknya yang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di fakultas
peternakan. Terutama para orang tua yang sudah mampu secara ekonomi. Para orang
tua akan cenderung mengarahkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan di sektor
pariwisata, ekonomi, kedokteran, sastra, hukum, dan lain – lainnya. Hal ini
wajar terjadi karena memang kondisi masyarakat yang umumnya menginginkan
anaknya menjadi orang yang bekerja dengan penampilan yang rapi, bersih, ganteng
dan akhirnya sukses. Tidak diinginkan anaknya untuk menjadi peternak yang bau,
kotor dan bergelut dengan ternak. Kebijakan pemerintah yang seolah – oleh tidak
berpihak pada sektor peternakan juga sedikit banyak menyebabkan fenomena ini masih
terjadi di masyarakat. Seperti misalnya kebijakan impor daging sapi yang
menyebabkan harga ternak sapi di peternak lokal menjadi anjlok, sehingga
dampaknya tidak ada lagi peternak yang mau memelihara sapi. Karena keuntungan
yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan selama
pemeliharaan ternak sapi.
Padahal
sesungguhnya jika dilihat dari sisi lainnya, maka sektor peternakan merupakan
salah satu hal yang tidak bisa dihilangkan dari hidup manusia. Khususnya orang
Hindu di Bali. Peternakan adalah sektor yang menyediakan makanan bagi semua
manusia, kecuali yang vegetarian. Tanpa peternakan maka tidak ada yang namanya
daging, susu, telur dan produk olahan lainnya yang berbahan dasar produk
peternakan. Bagaimana mungkin manusia bisa hidup tanpa terpenuhi kebutuhan
Pangannya ?
Mengapa
dikatakan orang Hindu di Bali tidak bisa lepas dari peternakan ?. Karena memang
semua orang Hindu di Bali, dari awal dilahirkan sampai nantinya dilakukan
pengabenan ketika sudah meninggal dunia akan selalu bersentuhan dengan ternak.
Hampir semua sarana upacara yang dilakukan di Bali membutuhkan ternak, mulai
dari ayam, bebek, sapi, babi, telur, dan lain – lainnya. Bahkan ternak bebek
dan sapi pun merupakan beberapa contoh ternak yang disucikan oleh orang Hindu.
Hal
inilah yang semestinya menjadi dasar pemikiran bagi masyarakat dan menjadi
dasar untuk merubah pola pikir yang mengatakan kuliah di peternakan tidak
penting dan tidak akan membawa kesuksesan di masa yang akan datang. Kuliah di
fakultas peternakan bukanlah sebuah beban, namun merupakan sebuah pintu gerbang
menuju masa depan yang lebih cerah.
Perlu
disadari pula bahwa jika konsumsi produk asal hewan (daging, susu dan telur)
oleh masyarakat Indonesia adalah jauh dibawah negara – negara tetangga,
terutama Malaysia, Thailand dan Singapura. Bagaimana kemudian bisa menang dalam
sepak bola, bulu tangkis, SEA GAMES, atau yang lainnya kalau ternyata konsumsi
nutrisi asal hewan masyarakat Indonesia masih sangat rendah.
Dengan
kuliah di fakultas peternakan, maka kedepannya manjemen pemeliharaan ternak
yang masih sederhana/tradisional sedikit demi sedikit akan berubah kearah yang
lebih modern. Sehingga peternakan menjadi lebih efisien dan efektif, serta jauh
dari kesan baud an kotor. Dengan menjadi sarjana peternakanlah hal ini dapat
terwujud. Karena seperti yang sudah diketahui, di negara maju para peternak itu
bukanlah orang – orang yang berpendidikan rendah. Namun para sarjana yang mampu
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah kedalam sebuah usaha yang
lebih maju dan modern. Ada sebuah selogan yang sering muncul bagi para peternak
diluar negeri, yaitu “Peternak Berdasi”, artinya peternak itu tidaklah kotor
dan bau. Malainkan menggunakan jas dan dasi seperti para pengusaha dan pejabat
laiinya. Bahkan tidak menutup kemungkinan lebih kaya dibandingkan para pejabat
pemerintahan yang korupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar