BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Pakan
hijauan yang diberikan pada ternak dapat diperoleh dari berbagai sumber, padang
penggembalaan atau pastura merupakan sebagai salah satu contohnya. Padang
penggembalaan atau pastura merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana
pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/
legume yang tahan terhadap injakan ternak). Tujuan utama dalam pembuatan padang penggembalaan adalah
menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas, efisien dan tersedia
secara kontinyu sepanjang tahun.
Untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas
padang penggembalaan sebagai penyedia hijauan makanan ternak perlu diadakannya
evalusi terhadap padang penggembalaan tersebut. Di samping itu alasan
dilakukannya evalusai adalah untuk mengotrol perkembangan pastura,
mempertahankan komposisi botani sesuai yang diharapkan, mempertahakan
persediaan hijauan selama mungkin, dan memperhatikan pula kelestarian
lingkungan.
Pengukuran pada pastura merupakan cara evalusi
yang cukup akurat baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Pengukuran
pastura secara langsung akan lebih memberikan gambaran akan keadaan pastura
sebenarnya, metode ini dapat dilakukan dengan penghitungan komposisi botani
dengan beberapa caranya, dengan mengukur produktivitasnya dan juga penghitungan
komposisi kimianya.
Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi
dengan metode pengukuran langsung terhadap Sistem Tiga Strata (STS) dikampus Bukit Jimbaran pada awal musim
hujan. Sehingga dapat diketahui komposisi botaninya dan produksi per/tahun.
Dari hal tersebut dapat pula digambarkan keadaan dan kelayakan dari pastura
bagi ternak.
Padang pengembalaan yang
baik adalah padang pengembalaan yang memilki komposisi botani dengan imbangan
antara legum dan rumput yang seimbang. Sehingga dengan demikian penting untuk
mengetahui komposisi botani dari suatu padang pengmbalaan. Dalam penentuan
komposisi botani suatu padang pengembalaan adara beberapa metode yang dapat
dipergunakan antara lain : berdasarkan frequensi, density, area (fliage basal
cover, charting, line trnsect, poin kuadrat) dan berdasarkan weight (list weigiht,
estimated % prductivity, relative weight in situ, actual weight in situ,
calibration method, dan dry weight rank method /DWR). Dalam prakikum ini
digunakan metode bedasarkan frekuensi, area cover, dan Dry Weight Rank Method
(DWR).
Selain komposisi botani,
yang perlu diperhatikan dalam padang penggembalaan adalah besarnya imbangan
antara jumlah ternak dengan persediaan
hijauan. Ini digambarkan oleh besarnya Stocking Rate (SR). Dengan SR
pula digambarkan besarnya beban atau tekanan penggembalaan terhadap padang
gembalaan.
I.2
Tujuan
1.
Mengetahui komposisi botani / hijauan
pakan yang ada di area Sistem Tiga Strata (STS) kampus Bukit, Jimbaran.
2.
Mengevaluasi keadaan pastura yang ada di
area Sistem Tiga Strata (STS) kampus Bukit, Jimbaran.
I.3
Manfaat
1.
Memahami cara dan teknik penggunaan
metode DWR dalam mengevaluasi sebuah pastura yang telah ada.
2.
Memahami lebih dalam mengenai kondisi
pastura yang telah ada, dan bisa menentukan langkah selanjutnya terhadap
pastura apakah perlu diperbaiki ataupun tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Padang Penggembalaan Tropika
Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana
tumbuh tanaman pakan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya
menurut kebutuhannya dalam waktu singkat (Reksohadiprodjo, 1994). Padang
penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan, kacang-kacangan
(legume) atau campuran
keduanya (McIlroy, 1976), dimana fungsi kacang-kacangan (legume)
dalam padang penggembalaan adalah memberikan nilai
makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium
(Reksohadiprodjo, 1994).
Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat
golongan utama, yaitu: Padang Penggembalaan Alam, Padang Penggembalaan Permanen
yang sudah diperbaiki, Padang Penggembalaan Buatan (Temporer), dan Padang
Penggembalaan dengan Irigasi.
Padang Penggembalaan Alam
Spesies
tumbuh-tumbuhan pakan ternak yang terdapat dalam golongan ini belum disebar
atau ditanam dan floranya relatif belum diganggu oleh campur tangan manusia
(McIlroy, 1976). Reksohadiprodjo
(1994) menambahkan bahwa manusia hanya mengawasi ternak yang
digembalakan. Ternak berpindah-pindah secara normal. Menurut Mc Illroy
(1976), pengikutsertaan leguminosa yang sesuai untuk membentuk pertanaman
campuran rumput atau leguminosa dan pengaturan penggembalaan merupakan langkah
pertama yang penting untuk perbaikan padang rumput ini.
Padang
Penggembalaan Permanen yang sudah diperbaiki
Spesies
hijauan pakan ternak dalam golongan ini belum disebar atau ditanam tetapi
komposisi botaninya telah diubah dengan jalan mengatur penggembalaaan dengan
seksama atau dengan pemotongan, drainase, penggunaan pupuk, pengolahan tanah,
penanaman ulang dan pemberantasan tumbuh – tumbuhan pengganggu (McIlroy, 1976).
Padang Penggembalaan Buatan (Temporer)
Tanaman - tanaman makanan ternak dalam padangan telah
ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi
padangan permanen atau seling dengan tanaman pertanian (Reksohadiprodjo,
1994).Menurut Susetyo (1980), padang penggembalaan temporer dibedakan menjadi
jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek dilakukan antara 3-4 tahun
yang dilakukan dengan jalan memberikan tanaman selingan berupa tanaman
pertanian untuk perbaikan kesuburan tanah.Jangka panjang dilakukan antara 6 -
10 tahun, dimana setelah mencapai kurang lebih 10 tahun padang penggembalaan
dibongkar langsung untuk direnovasi, jadi tanpa adanya tanaman selang.
Padang Penggembalaan dengan Irigasi
Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai
atau dekat sumber air. Penggembalaan ternak dijalankan setelah padangan
menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari. Cara penggembalaan dengan
irigasi dibedakan menjadi: cara ekstensif; cara semi ekstensif; cara
stripgrazing; seiling (zero grazing) yaitu hijauan dipotong manusia dan
diberikan di kandang (Reksohadiprodjo, 1994). Supaya dapat mempertahankan
hasil yang tinggi, maka padang penggembalaan irigasi diperlukan pemupukan berat
(McIlroy, 1976).
Komposisi botani padang penggembalaan tidak selalu
konstan. Perubahan susunan komponen selalu terjadi oleh pengaruh musim, kondisi
tanah dan sistem penggembalaan. Komposisi suatu padang penggembalaan
dipengaruhi oleh curah hujan, ketinggian tempat dan pengelolaan penggembalaan.
Komposisi botani suatu padang rumput sebagian besar ditentukan oleh tata
laksananya (McIlroy, 1976). Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggembalaan berat
pada awal musim penggembalaan yang diikuti dengan periode istirahat cenderung
akan menekan jenis tumbuhan yang masak dini dan menguntungkan jenis-jenis yang
tumbuh lambat, sedangkan jika menunda penggembalaan sampai musim penggembalaan
lebih lanjut akan berpengaruh sebaliknya.
II.2 Evaluasi Pastura
Evaluasi
pastura merupakan suatu kegiatan observasi/pengamatan dan penilaian terhadap
pastura untuk mendapatkan hijauan pakan yang rasional dan reasonable bagi
ternak, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Evaluasi suatu pastura dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran
secara langsung dilakukan dengan cara mengkur langsung komposisi botani,
komposisi biomasa dan komposisi kimia suatu pastura. Sedangkan pengukuran
secara tidak langsung dilakukan dengan melihat respon ternak terhadap pastura
yang ada, dapat dilakukan dengan melakukan penggembalaan pada pastura dan kemudian
melihat kondisi ternak setelah beberapa waktu kemudian.
Untuk
pengukuran secara langsung terdapat beberapa metoda yang dapat dilakukan,
diantaranya dengan metoda pengukuran berdasarkan frekuensi (keseringan),
berdasarkan density (kepadatan), berdasarkan area cover (penutupan tanah) dan
berdasarkan berat dengan Dry Weight Rank (DWR). Dalam metoda pengukuran berdasarkan
berat (DWR) ada beberapa tahapan yang mesti dilalui, diantaranya :
-
Bulkyng, ranking, persentase, faktor
pengali, Dry Weight (DW), dan interpretasi (untuk total ranking yang memiliki
nilai sama).
-
Bulkyng, ranking, faktor pengali, skor,
Dry Weight (DW), dan interpretasi (untuk
total ranking yang memiliki nilai yang berbeda).
BAB III
MATERI DAN METODE
III.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Desember 2013 pukul 15.00 WITA – selesai, yang
bertempat di area Sistem Tiga Strata Fakultas Peternakan Universitas Udayana,
Bukit Jimbaran.
III.2 Alat – Alat Yang Digunakan
1.
Kuadrat (0,5 m x 0,5 m)
2.
Alat tulis
3.
Tebel pengamatan
4.
Sabit/gunting pemotong rumput
5.
Kantong plastik
6.
Timbangan
III.3 Cara Kerja
1.
Pengukuran Komposisi Botani Pastura
Berdasarkan Frekuensi (keseringan)
a. Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b. Semua
nama spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat dimasukkan ke dalam tabel 1.
c. Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d. Tingkat
frekuensi dan dan persentase frekuensi setiap jenis tanaman kemudian dihitung
dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel 2.
e. Setelah
semuanya tahapan diatas dilakukan, terakhir diinterpresentasikan.
Tabel
1. Pengamatan Frekuensi Tanaman
Sampel
|
Spesies tanaman
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
Tabel
2. Tingkat Frekuensi dan Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman
Sampel
|
Spesies tanaman
|
Tingkat frekuensi
|
Persentase frekuensi
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
|
4
|
|
|
|
5
|
|
|
|
6
|
|
|
|
Berdasarkan Area Cover (Penutupan Tanah)
a. Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b. Area
cover setiap spesies tanaman dalam kuadrat kemudian diperkirakan dan dimasukkan
ke dalam tabel 3.
c. Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d. Dihitung
area cover total setiap sampel.
e. Dihitung
area cover rata – rata.
f. Di
interpretasikan.
Tabel
3. Area Cover Tanaman (%)
Sampel
|
Spesies tanaman
|
Area cover total
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
|
|
|
|
|
|
Area cover
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
Area cover
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
Area cover
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
Area cover
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
Area cover
|
|
|
|
|
|
|
Rata - rata
|
|
Berdasarkan Weight (berat) dengan metoda
Dry Weight Rank (DWR).
Cara kerjanya adalah
sebagai berikut :
1) Bulking
(dikerjakan dilapangan)
a. Kolom
– kolom disiapkan pada selembar kertas (tabel 4).
b. Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
c. Produksi
masing – masing spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat di taksir. Produksi
terbanyak taruh pada kolom 1, yang lebih sedikit pada kolom 2 dan seterusnya
samapi semua jenis tanaman masuk dalam kolom.
d. Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 5 kali.
Tabel
4. Bulking
Sampel
|
Spesies tanaman
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
2) Ranking
(dikerjakan di lab.)
a. Disiapkan
kertas lain yang berisi kolom semua nama tanaman yang termasuk pada bulking dan
kolom ranking 1,2 dan 3 (tabel 5)
Tabel
5. Ranking
No
|
Spesies tanaman
|
Ranking
|
1
|
2
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
|
|
|
b. Dihitung
dan dimasukkan pada kolom tersebut berapa kali suatu tanaman muncul pada kolom
1, 2 dan 3.
c. Dihitung
total ranking setiap kolom. Dalam perhitugan ada 2 kemungkinan, yaitu :
·
Bila total masing – masing ranking
mempunyai nilai sama, lanjutkan dengan :
o
Persentase
Hitung persentase
masing – masing tanaman yang ada pada setiap kolom.
o
Faktor pengali
Persentase masing –
masing tanaman yang ada pada kolom 1 dikalikan dengan 70,2 ; kolom 2 dikalikan
dengan 21,1 ; dan kolom 3 dikalikan dengan 8,7.
o
Dry Weight (DW)
Jumlah angka pada kolom
1,2 dan 3 pada kolom faktor pengali untuk setiap spesies tanaman merupakan
persentase Dry Weight Rank dari pasture yang diukur (tabel 6)
·
Bila total masing – masing ranking
mempunyai nilai berbeda, lanjutkan dengan :
o
Faktor pengali
Nilai pada kolom
ranking langsung dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut : kolom 1
dikalikan dengan 8,04 ; kolom 2 dikalikan dengan 2,41 dan kolom 3 dikalikan
dengan 1,04.
o
Skor
Merupakan jumlah hasil
perkalian antara nilai ranking dengan faktor pengali masing – masing spesies.
o
Dry Weight (DW)
DW dihitung dengan
membagi nila skor masing – masing spesies dengan total skor dikalikan dengan
100% (tabel 7).
Tabel
6. Persentase, Faktor Pengali dan DW
No
|
Spesies
|
Persentase
|
Faktor pengali
|
Total DW (%)
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel
7. Faktor Pengali, Skor dan DW
No
|
Spesies
|
Faktor pengali
|
Skor
|
Total
DW (%)
|
8,04
|
2,41
|
1,0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
2.
Pengukuran produksi biomasa pasture
a. Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat kedalam pasture secara acak.
b. Semua
biomasa vegetasi yang ada di dalam kuadrat dipotong, ditimbang dan dimasukkan
data beratnya ke dalam tabel 8.
c. Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d. Dihitung
produksi berat segar rata – rata.
e. Dihitung
berat segar per m2.
f. Dihitung
produksi berat segar per hektar.
g. Dihitung
produksi bahan kering per hektar, dengan asumsi BK = 30%.
h. Diinterpretasikan.
Tabel
8. Produksi Biomasa
Sampel
|
Berat segar (g)
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
|
Rata - rata
|
|
3.
Perhitungan grazing Capacity (GC)
Grazing
capacity pasture tersebut dihitung berdasarkan data area cover dan produksi
bahan kering biomasa yang telah didapatkan, dengan asumsi :
-
Profer Use Factor (PUF) pasture adalah
55%.
-
Bobot badan rata – rata ternak sapi yang
akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3% bobot badan)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Tabel
10. Hasil pengamatan :
Sampel
|
Species
Tanaman Dan Area Cover
|
Area
cover total (%)
|
Berat
segar (g)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
Centrocema
|
100
|
350
|
Area cover (%)
|
50
|
25
|
13
|
7
|
5
|
2
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Polytrias amaura
|
-
|
-
|
100
|
200
|
Area cover (%)
|
80
|
15
|
5
|
-
|
-
|
3
|
Polytrias amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Gulma
|
-
|
85
|
300
|
Area cover (%)
|
55
|
20
|
8
|
2
|
-
|
4
|
Polytrias amaura
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
115
|
300
|
Area cover (%)
|
70
|
30
|
15
|
-
|
-
|
5
|
Polytrias amaura
|
Desmodium
|
Rumput teki
|
-
|
-
|
90
|
100
|
Area cover (%)
|
80
|
5
|
5
|
-
|
-
|
Rata – rata
|
98
|
250
|
IV.2 Perhitungan dan Pembahasan
1. Pengukuran
Komposisi Botani Pastura
a. Berdasarkan
Frekuensi (keseringan)
Tabel 11. Pengamatan
Frekuensi Tanaman
Sampel
|
Spesies
Tanaman
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Polytrias
amura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
Centrocema
|
2
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Polytrias
amaura
|
-
|
-
|
3
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Gulma
|
-
|
4
|
Polytrias
amaura
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
5
|
Polytrias
amaura
|
Desmodium
|
Rumput teki
|
-
|
-
|
Tabel 12. Tingkat
Frekuensi dan Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman
Sampel
|
Spesies
tanaman
|
Tingkat
frekuensi
|
Persentase
frekuensi (%)
|
1
|
Polytrias
amaura
|
5
|
=
5/18 x 100
=
27,78
|
2
|
Urocloa
|
3
|
=
3/18 x 100
=
16,67
|
3
|
Rumput teki
|
5
|
=
5/18 x 100
=
27,78
|
4
|
Desmodium
|
1
|
=
1/18 x 100
=
5,56
|
5
|
Alicarcus
|
2
|
=
2/18 x 100
=
11,11
|
6
|
Gulma
|
1
|
=
1/18 x 100
=
5,56
|
7
|
Centrocema
|
1
|
=
1/18 x 100
=
5,56
|
Jumlah
|
18
|
100,02
|
Interpretasi
: Berdasarkan hasil perhitungan komposisi botani pastura yang dilihat dari
aspek frekuensi (keseringan), pastura yang diukur didominasi oleh Polytrias amaura dan rumput teki dengan
persentase frekuensi sebesar 27,78% ; kemudian disusul oleh urocloa dengan persentase frekuensi
16,67% ; alicarcus dengan persentase
frekuensi 11,11 % dan yang terakhir adalah desmodium,
gulma serta centrocema dengan
persentase frekuensi 5,56%.
b. Berdasarkan
Area Cover (penutupan tanah)
Tabel 13. Area cover
Sampel
|
Species
Tanaman Dan Area Cover
|
Area
cover total (%)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
Centrocema
|
100
|
Area cover (%)
|
50
|
25
|
13
|
7
|
5
|
2
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Polytrias amaura
|
-
|
-
|
100
|
Area cover (%)
|
80
|
15
|
5
|
-
|
-
|
3
|
Polytrias amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Gulma
|
-
|
85
|
Area cover (%)
|
55
|
20
|
8
|
2
|
-
|
4
|
Polytrias amaura
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
115
|
Area cover (%)
|
70
|
30
|
15
|
-
|
-
|
5
|
Polytrias amaura
|
Desmodium
|
Rumput teki
|
-
|
-
|
90
|
Area cover (%)
|
80
|
5
|
5
|
-
|
-
|
Rata – rata
|
98
|
Interpretasi
: Berdasarkan hasil pengamatan area cover pada pastura yang ada, pastura pada
kuadrat 1 dan 2 mempunyai total area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4
mempunyai total area cover lebih dari 100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada
kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover yang lebih rendah dari 100%, yaitu
sebesar 85% dan 90%.
c. Berdasarkan
Weight (berat) dengan metode Dry Weight Rank (DWR)
Tabel
14. Bulking
Sampel
|
Spesies
tanaman
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
Centrocema
|
2
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Polytrias
amaura
|
-
|
-
|
3
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Gulma
|
-
|
4
|
Polytrias
amaura
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
5
|
Polytrias
amaura
|
Desmodium
|
Rumput teki
|
-
|
-
|
Tabel 15. Ranking
No
|
Spesies Tanaman
|
Ranking
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Polytrias
amaura
|
4
|
-
|
1
|
2
|
Urocloa
|
1
|
2
|
-
|
3
|
Rumput teki
|
-
|
2
|
3
|
4
|
Desmodium
|
-
|
1
|
-
|
5
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
1
|
6
|
Gulma
|
-
|
-
|
-
|
7
|
Centrocema
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
5
|
5
|
5
|
Tabel
16. Persentase, Faktor Pengali dan DW
No
|
Spesies
|
Persentase
(%)
|
Faktor
pengali
|
Total
DW (%)
|
1
|
2
|
3
|
70,2
|
21,1
|
8,7
|
1
|
Polytrias
amaura
|
= 4/5
= 0,8
|
-
|
= 1/5
= 0,2
|
56,16
|
-
|
1,74
|
57,90
|
2
|
Urocloa
|
= 1/5
= 0,2
|
= 2/5
= 0,4
|
-
|
14,04
|
8,44
|
-
|
22,48
|
3
|
Rumput teki
|
-
|
= 2/5
= 0,4
|
= 3/5
= 0,6
|
-
|
8,44
|
5,22
|
13,66
|
4
|
Desmodium
|
-
|
= 1/5
= 0,2
|
-
|
-
|
4,22
|
-
|
4,22
|
5
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
= 1/5
= 0,2
|
-
|
-
|
1,74
|
1,74
|
6
|
Gulma
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
Centrocema
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
100
|
Interpretasi :
Berdasarkan hasil perhitungan komposisi botani dengan teknik DWR, pastura yang
diukur didominasi oleh polytrisa amaura
(57,90%), kemudian disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki (13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus (1,74%) serta gulma dan centrocema dengan 0%.
2. Pengukuran
Produksi Biomasa Pastura
Sampel
|
Produksi
Berat Segar (g) per 0,25 m2
|
Produksi
Berat Segar (kg) per m2
|
Produksi
Berat Segar (kg) per ha
|
Produksi
Bahan Kering (kg) per ha
|
1
|
350
|
= 350/1000 x 4
= 1,4
|
= 1,4 x 10.000
= 14.000
|
= 14.000 x 30%
= 4.200
|
2
|
200
|
= 200/1000 x 4
= 0,8
|
= 0,8 x 10.000
= 8000
|
= 8000 x 30%
= 2.400
|
3
|
300
|
= 300/1000 x 4
= 1,2
|
= 1,2 x 10.000
= 12.000
|
= 12.000 x 30%
= 3.600
|
4
|
300
|
= 300/1000 x 4
= 1,2
|
= 1,2 x 10.000
= 12.000
|
=
12.000.000 x 30%
= 3.600
|
5
|
100
|
= 100/1000 x 4
= 0,4
|
= 0,4 x 10.000
= 4000
|
= 4000 x 30%
= 1.200
|
Rata - rata
|
250
|
1
|
10.000
|
3.000
|
Keterangan : *Kuadrat à 0,5 m x 0,5 m =
0,25 m2
*1
hektar = 10.000 m2
*BK
= 30%
*1
Kg = 1000 gram
Interpretasi
: Berdasarkan hasil perhitungan pengukuran produksi biomasa pastura, pastura
pada sampel kuadrat 1 mempunyai produksi tertinggi dengan produksi BK per
hektar mencapai 4.200 kg, kemudian disusul sampel kuadrat 3 dan 4 dengan
produksi BK per hektar mencapai 3.600 kg, sampel kuadrat 2 dengan produksi BK
per hektar mencapai 2.400 kg, serta sampel kuadrat 5 dengan produksi BK 1.200
kg.
3. Penghitungan
Grazing Capacity
Diketahui
:
-
Rata – rata area cover : 98 %
-
Rata – rata produksi berat segar per
hektar : 10.000 kg
-
DM segar = 30%
-
Rata – rata produksi bahan kering per
hektar : 3000 kg
-
Profer use faktor (PUF) pasture 55%
-
Bobot badan rata – rata ternak sapi yang
akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3% bobot badan)
Ditanya
:
-
Berapakah Grazing Capacity pastura
tersebut ?
Perhitungan
:
A = 10.000 x 30%
=
3000 Kg
B = 98%
=
0,98
C = 55%
=
0,55
D = 3% x 250 kg x 30
=
225
GC = (3000 Kg x 0,98 x
0,55) / 225
=
7,187
= 7
ekor/ha/bulan
Nilai GC sebesar 7 ekor/ha/bulan artinya pastura seluas 1
ha tersebut mampu untuk menampung ternak sebanyak 7 ekor setiap bulan dengan
bobot ternak 250 kg.
4. Optimal Stocking Rate
Dalam
praktikum ini untuk melakukan penghitungan terhadap Optimal Stocking Rate
berdasarkan hasil dibawah ini :
Sampel
|
Produksi Berat Segar (g) Per 0,25
m2
|
Luas kuadrat (m2)
|
1
|
350
|
0,25
|
2
|
200
|
0,25
|
3
|
300
|
0,25
|
4
|
300
|
0,25
|
5
|
100
|
0,25
|
Rata - rata
|
250
|
0,25
|
§
DM
hijauan = 30%
§ Profer
use faktor (PUF) pasture 55%
§ Bobot
badan rata – rata ternak sapi yang akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3%
bobot badan)
§ 1
hektar = 10.000 m2
§ 1
Kg = 1000 gram
§ Rata
– rata area cover : 98 %
Nilai Optimum Stocking Rate :
1.
Produksi
hijauan segar per hektar
= 250 gr /
(0,25 : 1000) ha
= 250 gr /( ¼
: 10000)ha
= 250 gr x 4 x
10000 / ha
= 10.000.000
gr/ha
= 10.000 kg/ha
2.
Produksi
hijauan segar per hektar per tahun
Dengan asumsi dalam satu tahun dilakukan panen sebanyak 6
kali
= 10.000 kg /
ha x 6
= 60.000 kg/ha/th
3.
Pengkonversian
ke dalam bentuk Dry Meter (Bahan Keing)
Diasumsikan bahwa hijauan tersebut mengandung 30 % bahan
kering (BK)
= 30/100 DM x
60.000 kg/ha/th
= 18.000 kg
DM/ha/th
4.
Kebutuhan
ternak dalam %BK per hari
Diasumsikan bahwa berat badan sapi adalah 250 kg dan
kebutuhan ternak adalah 3% DM dari berat
badanya.
= 3/100 DM x
250 kg
= 7,5 kg DM/hari
5.
Kebutuhan
ternak dalam %BK per tahun
= 7,5 kg DM x
365 hari
= 2737,5 kg
DM/tahun
6.
Jumlah
hijauan yang bisa dmanfaatkan / prefer use faktor (PUF) = 55 %
= 55/100 x
18.000 kg DM/ha/ th
= 9900 kg
DM/ha/ th
7. Optimum Stocking Rate
= 9900 / 2737,5
= 3,62 ekor/ha,
= 4 ekor/ha
Dari
berapa metode pengukuran komposisi botani, komposisi biomasa, pengukuran nilai
Grazing Capacity dan penghitungan nilai Optimum Stocking rate diatas,
didapatkan hasil bahwa area STS yang ada di kampus Fakultas Peternakan,
Universitas Udayana, Jimbaran termasuk area padang penggembalaan yang masih
baik dan kompososo vegetasinya cukup baik. Dilihat dari pengukuran berdasarkan
frekuensi (keseringan), terlihat bahwa tanaman Polytrias amaura dan rumput teki mendominasi dengan persentase
frekuensi sebesar 27,78% ; kemudian disusul oleh urocloa dengan persentase frekuensi 16,67% ; alicarcus dengan persentase frekuensi 11,11 % dan yang terakhir
adalah desmodium, gulma serta centrocema dengan persentase frekuensi
5,56%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan pengukuran berdasarkan area cover
(penutupan tanah) terlihat bahwa pastura pada kuadrat 1 dan 2 mempunyai total
area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4 mempunyai total area cover lebih dari
100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover
yang lebih rendah dari 100%, yaitu sebesar 85% dan 90%. Area cover yang lebih
besar dari 100% bisa disebabkan adanya tumpuk – menumpuk atau ketumpang
tindihan antar spesies tanaman dan area cover yang lebih kecil dari 100%
menunjukkan bahwa produksi hijauan pada pastura tersebut kurang maksimal atau
telah direnggut oleh ternak.
Pengukuran
komposisi botani dengan metode Dry Weight Rank mendapatkan hasil bahwa ,
pastura yang diukur didominasi oleh polytrisa
amaura (57,90%), kemudian disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki
(13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus (1,74%) serta gulma dan centrocema dengan 0%. Dilihat dari
komposisi botani, maka area pastura ini memiliki vegetasi hijauan yang cukup
bervariasi.
Selain
pengukuran berdasarkan komposisi botani, evaluasi pastura pada praktikum ini
juga dilakukan dengan melakuakan pengukurna komposisi biomasa dan Grazing
Capacity. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa pastura pada sampel kuadrat
1 mempunyai produksi tertinggi dengan produksi BK per hektar mencapai 4.200 kg,
kemudian disusul sampel kuadrat 3 dan 4 dengan produksi BK per hektar mencapai
3.600 kg, sampel kuadrat 2 dengan produksi BK per hektar mencapai 2.400 kg,
serta sampel kuadrat 5 dengan produksi BK 1.200 kg. Dan untuk Grazing
Capacitynya didapatkan angka sebesar 7 ekor/ha/bulan. Nilai GC sebesar 7 ekor/ha/bulan
artinya pastura seluas 1 ha tersebut mampu untuk menampung ternak sebanyak 7
ekor setiap bulan dengan bobot ternak 250 kg.
Dengan komposisi botani
seperti tersebut diatas, nilai Optimum Stocking Rate yang diperolah adalah
sebesar 3,,62 ekor/ha atau 4 ekor/ha.
Nilai kapasitas tampung sebesar 3,62, jika di nilai per Satuan Ternak dapat berarti
petenak memiliki beberapa pilihan jenis dan jumlah ternak yang akan dipelihara
dengan asumsi sama seperti pada rumus dan keterangan per Satuan Ternak adalah sapi
dewasa umur > 2 th = 1 ST, sapi muda umur 1 – 2 th = 0,5 ST, anak sapi umur
< 1 th = 0,25 ST, kambing / domba dewasa = 0,14 ST, seperti :
-
Memelihara
1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 1 ekor anak sapi umur dibawah 1
tahun.
-
Memelihara
1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 2 ekor tenak kambing/domba
dewasa.
-
Memelihara
sapi muda umur 1 – 2 tahun sebanyak 7 ekor.
-
Memelihara
anak sap1 umur dibawah 1 tahun sebanyak 15 ekor.
-
Memelihara
ternak kambing/domba dewasa sebanyak 25 ekor, dan lain – lain.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV. Kesimpulan
1. Dilihat
berdasarkan frekuensi (keseringan), maka pastura tersebut didominasi oleh Polytrias amaura dan rumput teki dengan
persentase frekuensi sebesar 27,78% ; kemudian disusul oleh urocloa dengan persentase frekuensi 16,67%
; alicarcus dengan persentase
frekuensi 11,11 % dan yang terakhir adalah desmodium,
gulma serta centrocema dengan
persentase frekuensi 5,56%.
2. Berdasarkan
area cover (penutupan tanah), maka pastura pada kuadrat 1 dan 2 mempunyai total
area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4 mempunyai total area cover lebih dari
100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover
yang lebih rendah dari 100%, yaitu sebesar 85% dan 90%.
3. Berdasarkan
pengukuran berat dengan metoda DWR, maka pastura yang diukur didominasi oleh polytrisa amaura (57,90%), kemudian
disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki (13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus
(1,74%) serta gulma dan centrocema
dengan 0%.
4. Berdasarkan
hasil perhitungan pengukuran produksi biomasa pastura, pastura pada sampel
kuadrat 1 mempunyai produksi tertinggi dengan produksi BK per hektar mencapai
4.200 kg, kemudian disusul sampel kuadrat 3 dan 4 dengan produksi BK per hektar
mencapai 3.600 kg, sampel kuadrat 2 dengan produksi BK per hektar mencapai
2.400 kg, serta sampel kuadrat 5 dengan produksi BK 1.200 kg.
5. Nilai
Grazing Capacity dari pastura yang diukur adalah sebesar 7 ekor/ha/bulan.
6. Nilai Optimum Stockig Rate atau kapasitas tampung adalah
sebesar 3,62 ekor/ha atau 4 ekor/ha, nilai 3,62 juga dapat berarti berarti
petenak memiliki beberapa pilihan jenis dan jumlah ternak yang akan dipelihara,
seperti :
a.
Memelihara
1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 1 ekor anak sapi umur dibawah 1
tahun.
b.
Memelihara
1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 2 ekor tenak kambing/domba
dewasa.
c.
Memelihara
sapi muda umur 1 – 2 tahun sebanyak 7 ekor.
d.
Memelihara
anak sap1 umur dibawah 1 tahun sebanyak 15 ekor.
e.
Memelihara
ternak kambing/domba dewasa sebanyak 25 ekor, dan lain – lain.
IV.
Saran
Meskipun
praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan dengan cukup baik dan sudah
mendapatkan hasil, belum tentu hasil ini akan sama dengan pengukuran pada pastura
– pastura lainnya. Hal ini berhubungan dengan kualitas dan kuantitas dari
masing – masing pastura. Untuk itu penulis menyarankan untuk melakukan evaluasi
pastura pada setiap pastura yang akan digembalai dan melakukan perhitungan yang
lebih rinci lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Staff. Tata Laksana Padang Pengembalaan
Tropika. 2013. Penuntun Praktikum Tata Laksana Padang Pengembalaan Tropika.
Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar