Berbicara
mengenai kondisi Indonesia sekaranag ini, maka tidak akan pernah lepas dari
yang namanya masalah. Mulai dari masalah politik, social, ekonimi, agama, adat
isti adat, dan yang lain – liannya seakan tak henti hentinya menerjang
kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan dalam beberapa kasus terkesan Indonesia
terperangkap dalam buminya sendiri yang amat kaya akan sumber daya alam.
Salah
satu topik hangat yag sedang dibicarakan oleh masyarakat dikalangan peternakan
dan pemerintahan adalah cita – cita Indonesia untuk mencapai swasembada daging
di tahun 2014. Salah satu cita – cita bangsa yang seolah berjalan ditempat dan
tidak akan pernah tercapai. Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah mengapa
salah satu cita – cita mulia bangsa tersebut seakan jalan ditempat dan tidak
akan pernah tercapai ?..
Ada
sebuah dilemma sebenarnya yang sekarang berkembang di kalangan masyarakat
Indonesia. Disatu sisi pemerintah secara gamblang mencanangkan tercapainya
swasembada daging di tahun 2014, yang sudah terulang berkali – kali. Namun disisi
lainnya seolah – olah tidak ada faktor pendukung lain yang dikembangkan,
seperti pengadaan lahan peternakan yang memadai, pengadaan sarana prasarana peternakan
yang cukup, birokrasi pemerintah yang masih sangat ribet, dan yang paling
penting peran masyarakat peternakan yang masih kecil karena jumlah masyarakat
yang mau untuk berkecimpung di bidang peternakan masihlah sangat sedikit.
Bagaimana
bisa berbicara swasembada daging tahun 2014 jika lebih dari 60% peternakan yang
ada di Indonesia masih bersifat peternakan rakyat yang orientasinya adalah
tabungan dan sambilan. Bagaimana bisa berbicara swasembada daging 2014 jika
sarana dan prasarana yang mendukung proses pengembangan peternakan masih belum
siap, seperti pengadaan jalan, alat – alat peternakan, bibit, pakan, dan yang
lain – lainnya. Bagaimana bisa berbicara swasembada daging 2014 jika paradigma masyarakat
mengenai dunia peternakan masih sebelah mata. Dan bagaimana bisa berbicara
swasembada daging 2014 jika fokus pemerintah masih lebih mengarah pada sektor –
sektor lainnya, seperti pariwisata dan industri.
Permasalahan
mengenai swasembada daging bukanlah permasalah yang sederhana dan dapat
tercapai begitu saja. Ada hal – hal kompleks yang perlu dibahas dan
diperhatikan disana. Karena kita tidak menginginkan mencapai swasembada hanya
dalam waktu satu dua hari, kemudian setelah itu kembali pada kondisi sebelumnya.
Bahkan mungkin lebih kacau dari sebelumnya. Kita juga tidak bisa secara besar –
besaran mengadakan jumlah daging yang begitu besar tanpa mempertimbangankan
distribusinya, daya beli masyarakatnya, dan keberlanjutan keberadaan ternaknya
sebagi penghasil daging.
Semua
pihak harus mampu besinergi dalam satu suara demi tercapainya cita – cita bangsa
yang mulia tersebut. Dan yang paling penting adalah perubahan paradigma masyarakat
yang seakan masih memandang sebelah mata dunia peternakan. Dan masyarakat
secara umum masih tidak memahami bahwa sebenarnya mereka dapat hidup sehat,
makan enak, minum susu ataupun mengenakan pakaian, seperti baju, jaket, tas,
dompet, dan sepatu yang tidak lain dan tidak bukan adalah berasal dari kita
dunia peternakan.
“ Bersama Peternakan Kita Rubah Pola
Hidup Masyarakat Indonesia Dari Yang Kata Banyak Orang Didunia Adalah
Masyarakat Konsumtif Dan Malas Menjadi Masyarakat Yang Kreatif, Inofatif Dan
Mau Berusaha Sendiri “
topppp sonn :D
BalasHapus