Kamis, 22 Mei 2014

Hanya Iseng .................



Kuliah Di Fakultas Peternakan, “Beban Atau Masa Depan ?”

Berbicara mengenai sektor peternakan di negeri Indonesia tercinta ini, memang tidak bisa lepas dari kesan kotor, bau, kampungan, ngangon sapi, bergaul dengan ternak, dan lain – lainnya. Sebuah pola pikir yang memarginalkan sektor peternakan. Sesungguhnya pandangan – pandangan seperti itu memang sudah umum dan menjadi hal wajar berada dalam pikiran masyarakat. Mengapa ? … Hal ini disebabkan karena memang faktanya kondisi peternakan di Indonesia masih berupa peternakan rakyat yang menerapkan manajemen pemeliharaan ternak yang tradisioanal. Bahkan mungkin dapat dikatakan mencapai 80 – 90% peternakan yang ada di Indonesia adalah masih merupakan peternakan rakyat. Dengan jumlah kepemilikan lahan yang sempit, jumlah ternak yang dipelihara sedikit, pakan yang diberikan seadanya, ternaknya hanya diikat dibawah pohon atau dikandangkan seadanya, dan kurangnya penanganan limbar kotoran (feses dan urine) ternak yang menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Masyarakat sering kali masih memandang sebelah mata jika mendengar ada tetangga, saudara atau mungkin anaknya yang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di fakultas peternakan. Terutama para orang tua yang sudah mampu secara ekonomi. Para orang tua akan cenderung mengarahkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan di sektor pariwisata, ekonomi, kedokteran, sastra, hukum, dan lain – lainnya. Hal ini wajar terjadi karena memang kondisi masyarakat yang umumnya menginginkan anaknya menjadi orang yang bekerja dengan penampilan yang rapi, bersih, ganteng dan akhirnya sukses. Tidak diinginkan anaknya untuk menjadi peternak yang bau, kotor dan bergelut dengan ternak. Kebijakan pemerintah yang seolah – oleh tidak berpihak pada sektor peternakan juga sedikit banyak menyebabkan fenomena ini masih terjadi di masyarakat. Seperti misalnya kebijakan impor daging sapi yang menyebabkan harga ternak sapi di peternak lokal menjadi anjlok, sehingga dampaknya tidak ada lagi peternak yang mau memelihara sapi. Karena keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan ternak sapi.
Padahal sesungguhnya jika dilihat dari sisi lainnya, maka sektor peternakan merupakan salah satu hal yang tidak bisa dihilangkan dari hidup manusia. Khususnya orang Hindu di Bali. Peternakan adalah sektor yang menyediakan makanan bagi semua manusia, kecuali yang vegetarian. Tanpa peternakan maka tidak ada yang namanya daging, susu, telur dan produk olahan lainnya yang berbahan dasar produk peternakan. Bagaimana mungkin manusia bisa hidup tanpa terpenuhi kebutuhan Pangannya ?
Mengapa dikatakan orang Hindu di Bali tidak bisa lepas dari peternakan ?. Karena memang semua orang Hindu di Bali, dari awal dilahirkan sampai nantinya dilakukan pengabenan ketika sudah meninggal dunia akan selalu bersentuhan dengan ternak. Hampir semua sarana upacara yang dilakukan di Bali membutuhkan ternak, mulai dari ayam, bebek, sapi, babi, telur, dan lain – lainnya. Bahkan ternak bebek dan sapi pun merupakan beberapa contoh ternak yang disucikan oleh orang Hindu.
Hal inilah yang semestinya menjadi dasar pemikiran bagi masyarakat dan menjadi dasar untuk merubah pola pikir yang mengatakan kuliah di peternakan tidak penting dan tidak akan membawa kesuksesan di masa yang akan datang. Kuliah di fakultas peternakan bukanlah sebuah beban, namun merupakan sebuah pintu gerbang menuju masa depan yang lebih cerah.
Perlu disadari pula bahwa jika konsumsi produk asal hewan (daging, susu dan telur) oleh masyarakat Indonesia adalah jauh dibawah negara – negara tetangga, terutama Malaysia, Thailand dan Singapura. Bagaimana kemudian bisa menang dalam sepak bola, bulu tangkis, SEA GAMES, atau yang lainnya kalau ternyata konsumsi nutrisi asal hewan masyarakat Indonesia masih sangat rendah.
Dengan kuliah di fakultas peternakan, maka kedepannya manjemen pemeliharaan ternak yang masih sederhana/tradisional sedikit demi sedikit akan berubah kearah yang lebih modern. Sehingga peternakan menjadi lebih efisien dan efektif, serta jauh dari kesan baud an kotor. Dengan menjadi sarjana peternakanlah hal ini dapat terwujud. Karena seperti yang sudah diketahui, di negara maju para peternak itu bukanlah orang – orang yang berpendidikan rendah. Namun para sarjana yang mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah kedalam sebuah usaha yang lebih maju dan modern. Ada sebuah selogan yang sering muncul bagi para peternak diluar negeri, yaitu “Peternak Berdasi”, artinya peternak itu tidaklah kotor dan bau. Malainkan menggunakan jas dan dasi seperti para pengusaha dan pejabat laiinya. Bahkan tidak menutup kemungkinan lebih kaya dibandingkan para pejabat pemerintahan yang korupsi.

*Boleh Direnungkan*



Sering kali seorang manusia terbelenggu dengan apa yang mereka pikirkan. Merasakan bahwa apa yang mereka sudah dapatkan, milikki dan pikirkan adalah lebih baik dari pada orang lain. Dalam kondisi ini sesungguhnya mereka sedang lupa, bahwa mereka adalah sama dengan orang lain.
Sama ? Bukannya manusia diciptakan berberda – beda ? Dengan DNA yang berbeda ? Mengapa kemudian dikatakan sama ?
Sebagaimanapun berbedanya seorang manusia dengan manusia lainnya, maka senantiasa selalu berasal dari satu sumber yang sama. Berasal dari beliau Tuhannya dan berasal dari satu sel yang satu yang akhirnya berkembang menjadi satu organisme yang disebut manusia. Maka dari itu, janganlah berpikir bahwa Anda lebih baik dari orang lain. Karena ketika Anda berpikir lebih baik dari orang lain, diwaktu yang sama orang lain akan jauh lebih baik dari pada Anda.
Mengapa ?
Mata manusia memang hanya dua dan hanya berbentuk bola kecil, namun mampu melihat indahnya seluruh dunia. Telinga manusia memang hanya dua dan kecil, namun mampu mendengar seluruh suara yang ada di dunia ini. Bibir manusia memang hanya satu, namun mampu merasakan semua rasa yang ada di dunia ini.
Seorang manusia yang dibutakan akan apa yang dimiliki, dirasakan dan dipikirkannya sering kali lupa bahwa orang – orang diluar sana jauh lebih dari pada mereka. Mengapa kemudian bisa lebih ?. Jawaban yang sederhana, karena mereka yang diluar sana tidak menutup diri akan kekurangannya, sadar akan ketidakmampuannya untuk tahu dan bisa segalanya, dan mampu saling mengisi. Sementara Anda yang lupa, akan senatiasa terbelenggu dalam pikiran yang tidak mampu menerima hal baru, menerima perbedaan dan terkungkung akan kemampuan diri yang terbatas.
Pembukaan diri bukan berarti membuka segalanya. Dalam hal apapun selalu ada batasan – batasan yang membebas terbataskan manusia dengan yang lainnya. Mungkin bahasanya terlalu berat, namun secara sederhana dapat diartikan bahwa manusia itu adalah bebas, tapi tetap berada dalam satu garis pembatas. Seperti seekor kuda yang bebas bergerak didalam kandang, bebas berlari dan bebas berekspresi. Namun tetap berada dalam satu kandang yang tidak mampu ditembusnya. Pertanyaannya kemudian, mengapa harus ada pembatas ?. Sekali lagi jawabannya sangatlah sederhana, karena manusia bukanlah siapa – siapa di dunia ini, bukan sesuatu yang mampu bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Dan kerena manusia itu lemah jika dibandingkan dengan dunia yang luas ini.
Dalam usaha menunjukkan kemapuannya dan menggapai keinginannya, seorang manusia sering kali mengatasnamakan hak dan kewajiban.  Dan ketika manusia sedang  menggapai haknya, diwaktu yang sama akan senantiasa lupa dengan hak orang lain. Bahkan kewajiban yang semestinya dilakukan pun sering kali dilupakan. Sekali lagi hal ini menunnjukkan bahwa manusia itu memang bebas, namun terbatas. Bebas akan dirinya sendiri, namun terbatas akan keberadaan orang lain.
Jadilah seorang manusia yang lebih dewasa dalam berpikir dan mengambil keputusan, jadilah seorang manusia yang mampu menggunakan pikiran dan nalar, jadilah manusia yang mampu menempatkan diri pada posisi orang lain, dan jadilah seorang manusia yang lebih baik dari Anda sebelumnya. Bagaimana caranya ?. Pikirkan apa yang Anda lakukan, pikirkan, katakanan sekarang, dan kembalikan pada diri Anda bahwa Anda memiliki kekurangan.
Dan satu hal lagi, semakin dewasanya Anda menjadi manusia. Anda tetaplah seorang anak atau bayi bagi orang tua Anda.

Sabtu, 17 Mei 2014

LAPORAN PRAKTIKUM PADANG PENGGEMBALAAN TROPIKA



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Pakan hijauan yang diberikan pada ternak dapat diperoleh dari berbagai sumber, padang penggembalaan atau pastura merupakan sebagai salah satu contohnya. Padang penggembalaan atau pastura merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak). Tujuan utama dalam pembuatan padang penggembalaan adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas, efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang tahun.
Untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas padang penggembalaan sebagai penyedia hijauan makanan ternak perlu diadakannya evalusi terhadap padang penggembalaan tersebut. Di samping itu alasan dilakukannya evalusai adalah untuk mengotrol perkembangan pastura, mempertahankan komposisi botani sesuai yang diharapkan, mempertahakan persediaan hijauan selama mungkin, dan memperhatikan pula kelestarian lingkungan.
Pengukuran pada pastura merupakan cara evalusi yang cukup akurat baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Pengukuran pastura secara langsung akan lebih memberikan gambaran akan keadaan pastura sebenarnya, metode ini dapat dilakukan dengan penghitungan komposisi botani dengan beberapa caranya, dengan mengukur produktivitasnya dan juga penghitungan komposisi kimianya.
Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi dengan metode pengukuran langsung terhadap Sistem Tiga Strata (STS) dikampus Bukit Jimbaran pada awal musim hujan. Sehingga dapat diketahui komposisi botaninya dan produksi per/tahun. Dari hal tersebut dapat pula digambarkan keadaan dan kelayakan dari pastura bagi ternak.
Padang pengembalaan yang baik adalah padang pengembalaan yang memilki komposisi botani dengan imbangan antara legum dan rumput yang seimbang. Sehingga dengan demikian penting untuk mengetahui komposisi botani dari suatu padang pengmbalaan. Dalam penentuan komposisi botani suatu padang pengembalaan adara beberapa metode yang dapat dipergunakan antara lain : berdasarkan frequensi, density, area (fliage basal cover, charting, line trnsect, poin kuadrat) dan berdasarkan weight (list weigiht, estimated % prductivity, relative weight in situ, actual weight in situ, calibration method, dan dry weight rank method /DWR). Dalam prakikum ini digunakan metode bedasarkan frekuensi, area cover, dan Dry Weight Rank Method (DWR).
Selain komposisi botani, yang perlu diperhatikan dalam padang penggembalaan adalah besarnya imbangan antara jumlah ternak dengan persediaan  hijauan. Ini digambarkan oleh besarnya Stocking Rate (SR). Dengan SR pula digambarkan besarnya beban atau tekanan penggembalaan terhadap padang gembalaan.
I.2 Tujuan
1.      Mengetahui komposisi botani / hijauan pakan yang ada di area Sistem Tiga Strata (STS) kampus Bukit, Jimbaran.
2.      Mengevaluasi keadaan pastura yang ada di area Sistem Tiga Strata (STS) kampus Bukit, Jimbaran.
I.3 Manfaat
1.      Memahami cara dan teknik penggunaan metode DWR dalam mengevaluasi sebuah pastura yang telah ada.
2.      Memahami lebih dalam mengenai kondisi pastura yang telah ada, dan bisa menentukan langkah selanjutnya terhadap pastura apakah perlu diperbaiki ataupun tidak.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Padang Penggembalaan Tropika
Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman pakan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat (Reksohadiprodjo, 1994). Padang penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan, kacang-kacangan (legume) atau campuran keduanya (McIlroy, 1976), dimana fungsi kacang-kacangan (legume) dalam padang penggembalaan adalah memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium (Reksohadiprodjo, 1994).
Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan utama, yaitu: Padang Penggembalaan Alam, Padang Penggembalaan Permanen yang sudah diperbaiki, Padang Penggembalaan Buatan (Temporer), dan Padang Penggembalaan dengan Irigasi.
*      Padang Penggembalaan Alam
Spesies tumbuh-tumbuhan pakan ternak yang terdapat dalam golongan ini belum disebar atau ditanam dan floranya relatif belum diganggu oleh campur tangan manusia (McIlroy, 1976). Reksohadiprodjo (1994) menambahkan bahwa manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Ternak berpindah-pindah secara normal. Menurut Mc Illroy (1976), pengikutsertaan leguminosa yang sesuai untuk membentuk pertanaman campuran rumput atau leguminosa dan pengaturan penggembalaan merupakan langkah pertama yang penting untuk perbaikan padang rumput ini.
*      Padang Penggembalaan Permanen yang sudah diperbaiki
Spesies hijauan pakan ternak dalam golongan ini belum disebar atau ditanam tetapi komposisi botaninya telah diubah dengan jalan mengatur penggembalaaan dengan seksama atau dengan pemotongan, drainase, penggunaan pupuk, pengolahan tanah, penanaman ulang dan pemberantasan tumbuh – tumbuhan pengganggu (McIlroy, 1976).

*      Padang Penggembalaan Buatan (Temporer)
Tanaman - tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau seling dengan tanaman pertanian (Reksohadiprodjo, 1994).Menurut Susetyo (1980), padang penggembalaan temporer dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek dilakukan antara 3-4 tahun yang dilakukan dengan jalan memberikan tanaman selingan berupa tanaman pertanian untuk perbaikan kesuburan tanah.Jangka panjang dilakukan antara 6 - 10 tahun, dimana setelah mencapai kurang lebih 10 tahun padang penggembalaan dibongkar langsung untuk direnovasi, jadi tanpa adanya tanaman selang.

*      Padang Penggembalaan dengan Irigasi
Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan ternak dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari. Cara penggembalaan dengan irigasi dibedakan menjadi: cara ekstensif; cara semi ekstensif; cara stripgrazing; seiling (zero grazing) yaitu hijauan dipotong manusia dan diberikan di kandang (Reksohadiprodjo, 1994). Supaya dapat mempertahankan hasil yang tinggi, maka padang penggembalaan irigasi diperlukan pemupukan berat (McIlroy, 1976).

Komposisi botani padang penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan susunan komponen selalu terjadi oleh pengaruh musim, kondisi tanah dan sistem penggembalaan. Komposisi suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh curah hujan, ketinggian tempat dan pengelolaan penggembalaan. Komposisi botani suatu padang rumput sebagian besar ditentukan oleh tata laksananya (McIlroy, 1976). Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggembalaan berat pada awal musim penggembalaan yang diikuti dengan periode istirahat cenderung akan menekan jenis tumbuhan yang masak dini dan menguntungkan jenis-jenis yang tumbuh lambat, sedangkan jika menunda penggembalaan sampai musim penggembalaan lebih lanjut akan berpengaruh sebaliknya.


II.2 Evaluasi Pastura
Evaluasi pastura merupakan suatu kegiatan observasi/pengamatan dan penilaian terhadap pastura untuk mendapatkan hijauan pakan yang rasional dan reasonable bagi ternak, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Evaluasi suatu pastura dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara mengkur langsung komposisi botani, komposisi biomasa dan komposisi kimia suatu pastura. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan melihat respon ternak terhadap pastura yang ada, dapat dilakukan dengan melakukan penggembalaan pada pastura dan kemudian melihat kondisi ternak setelah beberapa waktu kemudian.
Untuk pengukuran secara langsung terdapat beberapa metoda yang dapat dilakukan, diantaranya dengan metoda pengukuran berdasarkan frekuensi (keseringan), berdasarkan density (kepadatan), berdasarkan area cover (penutupan tanah) dan berdasarkan berat dengan Dry Weight Rank (DWR). Dalam metoda pengukuran berdasarkan berat (DWR) ada beberapa tahapan yang mesti dilalui, diantaranya :
-          Bulkyng, ranking, persentase, faktor pengali, Dry Weight (DW), dan interpretasi (untuk total ranking yang memiliki nilai sama).
-          Bulkyng, ranking, faktor pengali, skor, Dry Weight (DW), dan  interpretasi (untuk total ranking yang memiliki nilai yang berbeda).








BAB III
MATERI DAN METODE

III.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Desember 2013 pukul 15.00 WITA – selesai, yang bertempat di area Sistem Tiga Strata Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
III.2 Alat – Alat Yang Digunakan
1.      Kuadrat (0,5 m x 0,5 m)
2.      Alat tulis
3.      Tebel pengamatan
4.      Sabit/gunting pemotong rumput
5.      Kantong plastik
6.      Timbangan
III.3 Cara Kerja
1.      Pengukuran Komposisi Botani Pastura
*      Berdasarkan Frekuensi (keseringan)
a.       Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b.      Semua nama spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat dimasukkan ke dalam tabel 1.
c.       Pengambilan sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d.      Tingkat frekuensi dan dan persentase frekuensi setiap jenis tanaman kemudian dihitung dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel 2.
e.       Setelah semuanya tahapan diatas dilakukan, terakhir diinterpresentasikan.


Tabel 1. Pengamatan Frekuensi Tanaman
Sampel
Spesies tanaman
1
2
3
4
5
1





2





3





4





5






Tabel 2. Tingkat Frekuensi dan Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman
Sampel
Spesies tanaman
Tingkat frekuensi
Persentase frekuensi
1



2



3



4



5



6




*      Berdasarkan Area Cover (Penutupan Tanah)
a.       Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b.      Area cover setiap spesies tanaman dalam kuadrat kemudian diperkirakan dan dimasukkan ke dalam tabel 3.
c.       Pengambilan sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d.      Dihitung area cover total setiap sampel.
e.       Dihitung area cover rata – rata.
f.       Di interpretasikan.


Tabel 3. Area Cover Tanaman (%)
Sampel
Spesies tanaman
Area cover total
1
2
3
4
5
1







Area cover





2







Area cover





3







Area cover





4







Area cover





5







Area cover






Rata - rata


*      Berdasarkan Weight (berat) dengan metoda Dry Weight Rank (DWR).
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1)      Bulking (dikerjakan dilapangan)
a.       Kolom – kolom disiapkan pada selembar kertas (tabel 4).
b.      Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
c.       Produksi masing – masing spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat di taksir. Produksi terbanyak taruh pada kolom 1, yang lebih sedikit pada kolom 2 dan seterusnya samapi semua jenis tanaman masuk dalam kolom.
d.      Pengambilan sampel diulangi sebanyak 5 kali.
Tabel 4. Bulking
Sampel
Spesies tanaman
1
2
3
4
5
1





2





3





4





5






2)      Ranking (dikerjakan di lab.)
a.       Disiapkan kertas lain yang berisi kolom semua nama tanaman yang termasuk pada bulking dan kolom ranking 1,2 dan 3 (tabel 5)
Tabel 5. Ranking
No
Spesies tanaman
Ranking
1
2
3




















Total




b.      Dihitung dan dimasukkan pada kolom tersebut berapa kali suatu tanaman muncul pada kolom 1, 2 dan 3.
c.       Dihitung total ranking setiap kolom. Dalam perhitugan ada 2 kemungkinan, yaitu :
·         Bila total masing – masing ranking mempunyai nilai sama, lanjutkan dengan :
o   Persentase
Hitung persentase masing – masing tanaman yang ada pada setiap kolom.
o   Faktor pengali
Persentase masing – masing tanaman yang ada pada kolom 1 dikalikan dengan 70,2 ; kolom 2 dikalikan dengan 21,1 ; dan kolom 3 dikalikan dengan 8,7.
o   Dry Weight (DW)
Jumlah angka pada kolom 1,2 dan 3 pada kolom faktor pengali untuk setiap spesies tanaman merupakan persentase Dry Weight Rank dari pasture yang diukur (tabel 6)
·         Bila total masing – masing ranking mempunyai nilai berbeda, lanjutkan dengan :
o   Faktor pengali
Nilai pada kolom ranking langsung dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut : kolom 1 dikalikan dengan 8,04 ; kolom 2 dikalikan dengan 2,41 dan kolom 3 dikalikan dengan 1,04.
o   Skor
Merupakan jumlah hasil perkalian antara nilai ranking dengan faktor pengali masing – masing spesies.
o   Dry Weight (DW)
DW dihitung dengan membagi nila skor masing – masing spesies dengan total skor dikalikan dengan 100% (tabel 7).
Tabel 6. Persentase, Faktor Pengali dan DW
No
Spesies
Persentase
Faktor pengali
Total DW (%)
1
2
3
1
2
3



























Tabel 7. Faktor Pengali, Skor dan DW

No

Spesies
Faktor pengali

Skor
Total DW (%)
8,04
2,41
1,0
1






2






3






4







2.      Pengukuran produksi biomasa pasture
a.       Sampel diambil dengan melemparkan kuadrat kedalam pasture secara acak.
b.      Semua biomasa vegetasi yang ada di dalam kuadrat dipotong, ditimbang dan dimasukkan data beratnya ke dalam tabel 8.
c.       Pengambilan sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d.      Dihitung produksi berat segar rata – rata.
e.       Dihitung berat segar per m2.
f.       Dihitung produksi berat segar per hektar.
g.      Dihitung produksi bahan kering per hektar, dengan asumsi BK = 30%.
h.      Diinterpretasikan.
Tabel 8. Produksi Biomasa
Sampel
Berat segar (g)
1

2

3

4

5

Rata - rata



3.      Perhitungan grazing Capacity (GC)
Grazing capacity pasture tersebut dihitung berdasarkan data area cover dan produksi bahan kering biomasa yang telah didapatkan, dengan asumsi :
-          Profer Use Factor (PUF) pasture adalah 55%.
-          Bobot badan rata – rata ternak sapi yang akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3% bobot badan)

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan
Tabel 10. Hasil pengamatan :

Sampel
Species Tanaman Dan Area Cover
Area cover total (%)
Berat segar (g)
1
2
3
4
5
1
Polytrias amaura
Urocloa
Rumput teki
Alicarcus
Centrocema
100
350
Area cover (%)
50
25
13
7
5
2
Urocloa
Rumput teki
Polytrias amaura
-
-
100
200
Area cover (%)
80
15
5
-
-
3
Polytrias amaura
Urocloa
Rumput teki
Gulma
-
85
300
Area cover (%)
55
20
8
2
-
4
Polytrias amaura
Rumput teki
Alicarcus
-
-
115
300
Area cover (%)
70
30
15
-
-
5
Polytrias amaura
Desmodium
Rumput teki
-
-
90
100
Area cover (%)
80
5
5
-
-
Rata – rata
98
250

IV.2 Perhitungan dan Pembahasan
1.      Pengukuran Komposisi Botani Pastura
a.       Berdasarkan Frekuensi (keseringan)
Tabel 11. Pengamatan Frekuensi Tanaman
Sampel
Spesies Tanaman
1
2
3
4
5
1
Polytrias amura
Urocloa
Rumput teki
Alicarcus
Centrocema
2
Urocloa
Rumput teki
Polytrias amaura
-
-
3
Polytrias amaura
Urocloa
Rumput teki
Gulma
-
4
Polytrias amaura
Rumput teki
Alicarcus
-
-
5
Polytrias amaura
Desmodium
Rumput teki
-
-

Tabel 12. Tingkat Frekuensi dan Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman
Sampel
Spesies tanaman
Tingkat frekuensi
Persentase frekuensi (%)
1
Polytrias amaura
5
= 5/18 x 100
= 27,78
2
Urocloa
3
= 3/18 x 100
= 16,67
3
Rumput teki
5
= 5/18 x 100
= 27,78
4
Desmodium
1
= 1/18 x 100
= 5,56
5
Alicarcus
2
= 2/18 x 100
= 11,11
6
Gulma
1
= 1/18 x 100
= 5,56
7
Centrocema
1
= 1/18 x 100
= 5,56
Jumlah
18
100,02

Interpretasi : Berdasarkan hasil perhitungan komposisi botani pastura yang dilihat dari aspek frekuensi (keseringan), pastura yang diukur didominasi oleh Polytrias amaura dan rumput teki dengan persentase frekuensi sebesar 27,78% ; kemudian disusul oleh urocloa dengan persentase frekuensi 16,67% ; alicarcus dengan persentase frekuensi 11,11 % dan yang terakhir adalah desmodium, gulma serta centrocema dengan persentase frekuensi 5,56%.
b.      Berdasarkan Area Cover (penutupan tanah)
Tabel 13. Area cover
Sampel
Species Tanaman Dan Area Cover
Area cover total (%)
1
2
3
4
5
1
Polytrias amaura
Urocloa
Rumput teki
Alicarcus
Centrocema
100
Area cover (%)
50
25
13
7
5
2
Urocloa
Rumput teki
Polytrias amaura
-
-
100
Area cover (%)
80
15
5
-
-
3
Polytrias amaura
Urocloa
Rumput teki
Gulma
-
85
Area cover (%)
55
20
8
2
-
4
Polytrias amaura
Rumput teki
Alicarcus
-
-
115
Area cover (%)
70
30
15
-
-
5
Polytrias amaura
Desmodium
Rumput teki
-
-
90
Area cover (%)
80
5
5
-
-
Rata – rata
98

Interpretasi : Berdasarkan hasil pengamatan area cover pada pastura yang ada, pastura pada kuadrat 1 dan 2 mempunyai total area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4 mempunyai total area cover lebih dari 100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover yang lebih rendah dari 100%, yaitu sebesar 85% dan 90%.

c.       Berdasarkan Weight (berat) dengan metode Dry Weight Rank (DWR)
Tabel 14. Bulking
Sampel
Spesies tanaman
1
2
3
4
5
1
Polytrias amaura
Urocloa
Rumput teki
Alicarcus
Centrocema
2
Urocloa
Rumput teki
Polytrias amaura
-
-
3
Polytrias amaura
Urocloa
Rumput teki
Gulma
-
4
Polytrias amaura
Rumput teki
Alicarcus
-
-
5
Polytrias amaura
Desmodium
Rumput teki
-
-

Tabel 15. Ranking
No
Spesies Tanaman
Ranking
1
2
3
1
Polytrias amaura
4
-
1
2
Urocloa
1
2
-
3
Rumput teki
-
2
3
4
Desmodium
-
1
-
5
Alicarcus
-
-
1
6
Gulma
-
-
-
7
Centrocema
-
-
-
Total
5
5
5


Tabel 16. Persentase, Faktor Pengali dan DW
         
           

No

Spesies
Persentase (%)
Faktor pengali
Total DW (%)
1
2
3
70,2
21,1
8,7
1
Polytrias amaura
= 4/5
 = 0,8
-
= 1/5
 = 0,2
56,16
-
1,74
57,90
2
Urocloa
= 1/5
 = 0,2
= 2/5
 = 0,4
-
14,04
8,44
-
22,48
3
Rumput teki
-
= 2/5
 = 0,4
= 3/5
 = 0,6
-
8,44
5,22
13,66
4
Desmodium
-
= 1/5
 = 0,2
-
-
4,22
-
4,22
5
Alicarcus
-
-
= 1/5
 = 0,2
-
-
1,74
1,74
6
Gulma
-
-
-
-
-
-
-
7
Centrocema
-
-
-
-
-
-
-
Total
100

Interpretasi : Berdasarkan hasil perhitungan komposisi botani dengan teknik DWR, pastura yang diukur didominasi oleh polytrisa amaura (57,90%), kemudian disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki (13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus (1,74%) serta gulma dan centrocema dengan 0%.



2.      Pengukuran Produksi Biomasa Pastura
Sampel
Produksi Berat Segar (g) per 0,25 m2
Produksi Berat Segar (kg) per m2
Produksi Berat Segar (kg) per ha
Produksi Bahan Kering (kg) per ha
1
350
= 350/1000 x 4
 = 1,4
= 1,4 x 10.000
 = 14.000
= 14.000 x 30%
= 4.200
2
200
= 200/1000 x 4
= 0,8
= 0,8 x 10.000
 = 8000
= 8000 x 30%
 = 2.400
3
300
= 300/1000 x 4
= 1,2
= 1,2 x 10.000
 = 12.000
= 12.000 x 30%
 = 3.600
4
300
= 300/1000 x 4
 = 1,2
= 1,2 x 10.000
 = 12.000
= 12.000.000 x 30%
= 3.600
5
100
= 100/1000 x 4
 = 0,4
= 0,4 x 10.000
 = 4000
= 4000 x 30%
 = 1.200
Rata - rata
250
1
10.000
3.000
Keterangan :    *Kuadrat à 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
*1 hektar = 10.000 m2
*BK = 30%
*1 Kg = 1000 gram
Interpretasi : Berdasarkan hasil perhitungan pengukuran produksi biomasa pastura, pastura pada sampel kuadrat 1 mempunyai produksi tertinggi dengan produksi BK per hektar mencapai 4.200 kg, kemudian disusul sampel kuadrat 3 dan 4 dengan produksi BK per hektar mencapai 3.600 kg, sampel kuadrat 2 dengan produksi BK per hektar mencapai 2.400 kg, serta sampel kuadrat 5 dengan produksi BK 1.200 kg.
3.      Penghitungan Grazing Capacity
Diketahui :
-          Rata – rata area cover : 98 %
-          Rata – rata produksi berat segar per hektar : 10.000 kg
-          DM segar = 30%
-          Rata – rata produksi bahan kering per hektar : 3000 kg
-          Profer use faktor (PUF) pasture 55%
-          Bobot badan rata – rata ternak sapi yang akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3% bobot badan)
Ditanya :
-          Berapakah Grazing Capacity pastura tersebut ?
Perhitungan :

         A            = 10.000 x 30%
            = 3000 Kg
         B            = 98%
            = 0,98
         C            = 55%
            = 0,55
         D            = 3% x 250 kg x 30
            = 225
      GC            = (3000 Kg x 0,98 x 0,55) / 225
            = 7,187
            = 7 ekor/ha/bulan
            Nilai GC sebesar 7 ekor/ha/bulan artinya pastura seluas 1 ha tersebut mampu untuk menampung ternak sebanyak 7 ekor setiap bulan dengan bobot ternak 250 kg.

4.      Optimal Stocking Rate
            Dalam praktikum ini untuk melakukan penghitungan terhadap Optimal Stocking Rate berdasarkan hasil dibawah ini :
Sampel
Produksi Berat Segar (g) Per 0,25 m2
Luas kuadrat (m2)
1
350
0,25
2
200
0,25
3
300
0,25
4
300
0,25
5
100
0,25
Rata - rata
250
0,25
§  DM hijauan = 30%
§  Profer use faktor (PUF) pasture 55%
§  Bobot badan rata – rata ternak sapi yang akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3% bobot badan)
§  1 hektar = 10.000 m2
§  1 Kg = 1000 gram
§  Rata – rata area cover : 98 %
Nilai Optimum Stocking Rate :
1.      Produksi hijauan segar per hektar
= 250 gr / (0,25 : 1000) ha
= 250 gr /( ¼ : 10000)ha
= 250 gr x 4 x 10000 / ha
= 10.000.000 gr/ha
= 10.000 kg/ha
2.      Produksi hijauan segar per hektar per tahun
Dengan asumsi dalam satu tahun dilakukan panen sebanyak 6 kali
= 10.000 kg / ha x 6
= 60.000 kg/ha/th
3.      Pengkonversian ke dalam bentuk Dry Meter (Bahan Keing)
Diasumsikan bahwa hijauan tersebut mengandung 30 % bahan kering (BK)
= 30/100 DM x 60.000 kg/ha/th
= 18.000 kg DM/ha/th
4.      Kebutuhan ternak dalam %BK per hari
Diasumsikan bahwa berat badan sapi adalah 250 kg dan kebutuhan ternak adalah 3%  DM dari berat badanya.
= 3/100 DM x 250 kg
= 7,5 kg DM/hari
5.      Kebutuhan ternak dalam %BK per tahun
= 7,5 kg DM x 365 hari
= 2737,5 kg DM/tahun
6.      Jumlah hijauan yang bisa dmanfaatkan / prefer use faktor (PUF) = 55 %
= 55/100 x 18.000 kg DM/ha/ th
= 9900 kg DM/ha/ th
7.      Optimum Stocking Rate
= 9900 / 2737,5
= 3,62 ekor/ha,
= 4 ekor/ha           
Dari berapa metode pengukuran komposisi botani, komposisi biomasa, pengukuran nilai Grazing Capacity dan penghitungan nilai Optimum Stocking rate diatas, didapatkan hasil bahwa area STS yang ada di kampus Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jimbaran termasuk area padang penggembalaan yang masih baik dan kompososo vegetasinya cukup baik. Dilihat dari pengukuran berdasarkan frekuensi (keseringan), terlihat bahwa tanaman Polytrias amaura dan rumput teki mendominasi dengan persentase frekuensi sebesar 27,78% ; kemudian disusul oleh urocloa dengan persentase frekuensi 16,67% ; alicarcus dengan persentase frekuensi 11,11 % dan yang terakhir adalah desmodium, gulma serta centrocema dengan persentase frekuensi 5,56%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan pengukuran berdasarkan area cover (penutupan tanah) terlihat bahwa pastura pada kuadrat 1 dan 2 mempunyai total area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4 mempunyai total area cover lebih dari 100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover yang lebih rendah dari 100%, yaitu sebesar 85% dan 90%. Area cover yang lebih besar dari 100% bisa disebabkan adanya tumpuk – menumpuk atau ketumpang tindihan antar spesies tanaman dan area cover yang lebih kecil dari 100% menunjukkan bahwa produksi hijauan pada pastura tersebut kurang maksimal atau telah direnggut oleh ternak.
Pengukuran komposisi botani dengan metode Dry Weight Rank mendapatkan hasil bahwa , pastura yang diukur didominasi oleh polytrisa amaura (57,90%), kemudian disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki (13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus (1,74%) serta gulma dan centrocema dengan 0%. Dilihat dari komposisi botani, maka area pastura ini memiliki vegetasi hijauan yang cukup bervariasi.
Selain pengukuran berdasarkan komposisi botani, evaluasi pastura pada praktikum ini juga dilakukan dengan melakuakan pengukurna komposisi biomasa dan Grazing Capacity. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa pastura pada sampel kuadrat 1 mempunyai produksi tertinggi dengan produksi BK per hektar mencapai 4.200 kg, kemudian disusul sampel kuadrat 3 dan 4 dengan produksi BK per hektar mencapai 3.600 kg, sampel kuadrat 2 dengan produksi BK per hektar mencapai 2.400 kg, serta sampel kuadrat 5 dengan produksi BK 1.200 kg. Dan untuk Grazing Capacitynya didapatkan angka sebesar 7 ekor/ha/bulan. Nilai GC sebesar 7 ekor/ha/bulan artinya pastura seluas 1 ha tersebut mampu untuk menampung ternak sebanyak 7 ekor setiap bulan dengan bobot ternak 250 kg.
Dengan komposisi botani seperti tersebut diatas, nilai Optimum Stocking Rate yang diperolah adalah sebesar 3,,62 ekor/ha atau 4 ekor/ha. Nilai kapasitas tampung sebesar 3,62, jika di nilai per Satuan Ternak dapat berarti petenak memiliki beberapa pilihan jenis dan jumlah ternak yang akan dipelihara dengan asumsi sama seperti pada rumus dan keterangan per Satuan Ternak adalah sapi dewasa umur > 2 th = 1 ST, sapi muda umur 1 – 2 th = 0,5 ST, anak sapi umur < 1 th = 0,25 ST, kambing / domba dewasa = 0,14 ST, seperti :
-          Memelihara 1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 1 ekor anak sapi umur dibawah 1 tahun.
-          Memelihara 1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 2 ekor tenak kambing/domba dewasa.
-          Memelihara sapi muda umur 1 – 2 tahun sebanyak 7 ekor.
-          Memelihara anak sap1 umur dibawah 1 tahun sebanyak 15 ekor.
-          Memelihara ternak kambing/domba dewasa sebanyak 25 ekor, dan lain – lain.














BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV. Kesimpulan
1.      Dilihat berdasarkan frekuensi (keseringan), maka pastura tersebut didominasi oleh Polytrias amaura dan rumput teki dengan persentase frekuensi sebesar 27,78% ; kemudian disusul oleh urocloa dengan persentase frekuensi 16,67% ; alicarcus dengan persentase frekuensi 11,11 % dan yang terakhir adalah desmodium, gulma serta centrocema dengan persentase frekuensi 5,56%.
2.      Berdasarkan area cover (penutupan tanah), maka pastura pada kuadrat 1 dan 2 mempunyai total area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4 mempunyai total area cover lebih dari 100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover yang lebih rendah dari 100%, yaitu sebesar 85% dan 90%.
3.      Berdasarkan pengukuran berat dengan metoda DWR, maka pastura yang diukur didominasi oleh polytrisa amaura (57,90%), kemudian disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki (13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus (1,74%) serta gulma dan centrocema dengan 0%.
4.      Berdasarkan hasil perhitungan pengukuran produksi biomasa pastura, pastura pada sampel kuadrat 1 mempunyai produksi tertinggi dengan produksi BK per hektar mencapai 4.200 kg, kemudian disusul sampel kuadrat 3 dan 4 dengan produksi BK per hektar mencapai 3.600 kg, sampel kuadrat 2 dengan produksi BK per hektar mencapai 2.400 kg, serta sampel kuadrat 5 dengan produksi BK 1.200 kg.
5.      Nilai Grazing Capacity dari pastura yang diukur adalah sebesar 7 ekor/ha/bulan.
6.      Nilai Optimum Stockig Rate atau kapasitas tampung adalah sebesar 3,62 ekor/ha atau 4 ekor/ha, nilai 3,62 juga dapat berarti berarti petenak memiliki beberapa pilihan jenis dan jumlah ternak yang akan dipelihara, seperti :
a.       Memelihara 1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 1 ekor anak sapi umur dibawah 1 tahun.
b.      Memelihara 1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 2 ekor tenak kambing/domba dewasa.
c.       Memelihara sapi muda umur 1 – 2 tahun sebanyak 7 ekor.
d.      Memelihara anak sap1 umur dibawah 1 tahun sebanyak 15 ekor.
e.       Memelihara ternak kambing/domba dewasa sebanyak 25 ekor, dan lain – lain.
IV. Saran
Meskipun praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan dengan cukup baik dan sudah mendapatkan hasil, belum tentu hasil ini akan sama dengan pengukuran pada pastura – pastura lainnya. Hal ini berhubungan dengan kualitas dan kuantitas dari masing – masing pastura. Untuk itu penulis menyarankan untuk melakukan evaluasi pastura pada setiap pastura yang akan digembalai dan melakukan perhitungan yang lebih rinci lagi.













DAFTAR PUSTAKA

     Staff. Tata Laksana Padang Pengembalaan Tropika. 2013. Penuntun Praktikum Tata Laksana Padang Pengembalaan Tropika. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar

     Ilmuternak.2013.Pastura.http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/03/pasture-padang-penggembalaantanaman.html (diaksespadaSenin, 25 November 2013)

















LAMPIRAN