Kamis, 05 Desember 2013

Laporan Praktikum Ilmu Tilik Ternak, Fapet Unud

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pemuliaan ternak dalam usaha seleksi maupun kontes, mutlak diperlukan pelaksanaan pengukuran dengan cara, cara tempat, peralatan yang tepat dengan pelaksana yang professional yaitu yang telah memiliki pengetahuan tentang bagian tubuh ternak,mengetahui batasan dan standart ideal, melakukan penilaian dan pemilihan dengan baik ,ketat ,jujur dan sungguh-sungguh.
Pada dasarnya penilaian dilakukan dengan dua sistem ialah secara visual (subyektif) disini  amat diperlukan bakat dan seni dari masing-masing  penilai atau juri, bakat disertai dengan pengalaman akan dapt menghasilkan nilai yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Dalam tahap penilaian ini ternak harus dinilai dari samping ,belakang,depan,saat berjalan dan perabaan dimana nilainya masing-masing dalam kartu nilai ( score card ) yang telah ditetapan. Sistem kedua adalah penilaian secara obyektif  yaitu nilai statistic vital antara lain dengan pengukuran linier antara lain berat badan, umur,lingkaran,panjang,lebar dan tinggi  masing-masing ternak tersebut
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu agar dapat  mengetahui ukuran ukuran tubuh serta dimensi yang erat kaitanya dengan produktivtas ternak potong.
1.3 Manfaat
Dengan mengetahui ukuran-ukuran tubuh pada ternak kita dapat mengidentifikasi bobot badan pada ternak tersebut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penghitungan Berat Badan Ternak dengan Rumus
Kemampuan produksi sapi potong dapat digambarkan dari pertumbuhannya. Pertambahan bobot badan sebagai refleksi pertumbuhan dapat diketahui dengan menimbang berat badan. Mengetahui bobot badan ternak merupakan suatu hal yang sangat penting antara lain untuk menduga produksi daging dan persentase karkas yang dihasilkan, harga jual, pemilihan bibit, kebutuhan pakan dan pemberian dosis obat yang tepat.
Cara yang paling akurat untuk mengetahui bobot badan ternak dapat dilakukan dengan menimbang ternak secara langsung, namun dalam praktek  penimbangan ternak besar seperti sapi memerlukan kerja ekstra dan alat timbangan ternak yang cukup mahal dan relatif sulit terutama di daerah pedesaan dengan keadaan topografi yang sulit dijangkau dengan alat transportasi.
Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari cara lain yang lebih murah dan praktis yaitu dengan pendugaan bobot badan ternak melalui pendekatan terhadap hubungan antara satu atau lebih ukuran bagian tubuh ternak dengan bobot badannya dan pendugaan bobot karkas berdasarkan bobot hidup ternak. (Trimeldus Tulak Tonbesi et al.)
Salah satu rumus yang dapat digunakan sebagai alternative dalam mengukur berat badan ternak sapi bali yaitu rumus Djagra ( 1987 ) :
Y =

Keterangan :    Y : berat badan ( kg )
P : Panjang badan ( cm )
L : Lingkar dada ( cm )

 

Sapi Bali Jantan
Y =
 

Sapi  Bali Betina

2.2 Pengukuran Dimensi Tubuh Tenak
Pengukuran ukuran tubuh ternak sapi selain dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi , juga digunakan sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit dan menentukan umur sapi tersebut.
Berdasarkan ketentuan kontes dan pameran ternak nasional, yang termasuk dalam “statistik vital” pada ternak sapi meliputi ukuran tinggi gumba, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar punggung, lebar pinggul, panjang pinggul, panjang kepala, lebar kepala, berat badan, dan umur.
Ukuran “statistik vital” dari organ tertentu jika dikaitkan dengan umur akan menggambarkan keharmonisan perkembangan tubuh dan produktivitas (pertumbuhan). Karena itu, pertumbuhan organ-organ tertentu berkorelasi dengan berat badan.
Pengukuran dimensi dimaksudkan pelaksanaan dengan mengukur dimensi tubuh luar ternak atau ukuran statistic
  • Ukuran Tinggi :
a.       Tinggi Pundak, tinggi gumba ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pundak sampai ketanah atau lantai, alat yang digunakan adalah tongkat ukur.
b.      Tinggi punggung ialah jarak tegak lurus dari taju duri ruas tulang punggung atau processus spinosus vertebrae thoracaleyang terakhir sampai ke tanah . Titik ini mudah didapat dengan menarik garis tegak lurus tepat diatas pangkal tulang rusuk terakhir.
c.       Tinggi pinggang  ialahjarak tegak lurus dari titik antara tulang lumbar vertebrae 3-4, tepat melalui legok lapar sampai ke tanah ( lantai ).
d.      Tinggi pinggul ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os sacrum pertama sampai ke tanah.
e.       Tinggi kemudi, jarak tegak lurus dari os sacrum ( sacrale ), tepat melalui tengah- tengah tulang ilium sampai ke tanah.
f.       Tinggi pangkal ekor ialah jarak tegak lurus dari titik pangkal ekor, sampai ke tanah.
g.      Alat yang dipakai untuk mengukur tinggi bagian- bagian tubuh diatas adalah tongkat ukur.

·   Ukuran Panjang :
  1. Panjang kepala jarak dari puncak kepala sampai ujung moncong.
  2. Panjang badan ; diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku ( humerus ) sampai benjolan tulang tapis ( tuber ischii ).
  3. Panjang menyilang badan, jarak yang diukur antara  tulang benjolan bahu sampai tulang duduk disisi lainnya. Diukur dengan memakai pita ukur.
  4. Panjang kemudi; panjang kelangkang; panjang pelvis, jarak antara tuber coxae dan tuber ischii pada sisi sama.
  5. Panjang telinga, jarak antara ujung telinga sampai pangkal telinga bagian dalam. Dapat diukur dengan penggaris atau pita ukur.
  6. Panjnag tanduk, diukur dengan pita ukur. Jarak antara ujung tanduk sampai kedasar tanduk.
  7. Selain yang telah disebutkan alat- alatnya, dapat juga digunakan tongkat ukur, jangka sorong atau caliper.
·   Ukuran Lebar :
  1. Lebar dada, jarak terbesar pada yang diukur tepat dibelakang antara kedua benjolan siku luar, yaitu tepat pada tempat mengukur lingkar dada.
  2. Lebar pinggang, jarak diukur antara taju horizontal yaitu pada tulang lumbale 3-4.
  3. Lebar pinggul, jarak antara tuber coxae pada sisi kiri dan kanan.
  4. Lebar kemudi, jarak terlebar antara sisi luar kiri dan kanan tulnag pelbis atau os illium melalui os sacrum 3-4.
  5. Lebar pantat, lebar tulang tapis atau lebar tulang duduk, jarak antara kedua benjolan tuber ischii kiri dan kanan.
  6. Lebar kepala, jarak terbesar antara kedua lengkungan tulang mata sebelah atas luar kiri dan kanan.
·         Ukuran Dalam :
Dalam dada. Jarak titik tertinggi pundak ( gumba ) sampai tulang dada dan diukur melalui serta merta dibelakang siku.
·      Ukuran Lingkar :
a.       Lingkar dada. Lingkaran yang diukur pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh.
b.      Lingkar perut . lingkaran yang diukur di daerah perut.yang memliki lingkaran besar, melalui serta merta di belakang tulang rusuk terakhir dan tegak lurus dengan sumbu tubuh.
c.       Lingkar flank. Lingkaran yang diukur di daerah flank, melalui tuber coxae serta merta depan ambing atau skrotum.
d.      Lingkar pantat, lingkar  round. Lingkaran yang diukur pada pantat, dari tulang patella kiri sampai tulang patella kanan, kearah belakang serta membentuk penampang sejajar dengan lantai.
e.       Lingkar tulang pipa. Lingkaran yang diukur ditengah- tengah tulang pipa, yaitu pada bagian yang terkecil dan terbulat.
f.       Lingkar skrotum. Lingkaran yang diukur pada bagian terbesar skrotum; terlebih dulu skrotum telah ditarik kearah bawah sehingga terdapat kedua testesnya.
g.      Lingkar tubuh.
h.      Lingkar mulut, lingkar moncong. Lingkaran yang diukur tepat pada akhir sudut bibir, ialah pada batas antara kepala dan moncong.

2.3 Sistem Penilaian
2.2.1 Cara Visual (Subyektif)
      Suksesnya sistem ini amat ditentukan oleh bakat dan seni para juri. Bakat disertai dengan pengalaman akan dapat menghasilkan nilai yang mendekati keadaan yang sebenarnya atau dengan kata lain akan terjadi penyimpangan yang amat kecil atau bahkan tidak ada. Bagian yang dinilai pada sistem ini antara lain : keadaan atau penampilan umum, bentuk tubuh, ciri-ciri khas ternak, kapasitas tubuh, keadaan alat-alat reproduksi, keadaan ambing serta sikap berjalan.
2.2.2 Cara Pengukuran (Obyektif)
      Sistem ini didasarkan dengan pengukuran ststistik vital ialah ukuran-ukuran tubuh luar atau ukuran linier. Dimensi yang diukur antara lain : panjang lebar, tinggi dalam dan lingkaran misalnya panjang badan (cm), lebar dada (cm), tinggi gumba (cm), dalam dada (cm) dan lingkar dada (cm) dan bila perlu ditambah dengan berat badan (kg) dan umur (tahun).
2.2.3 Kartu Nilai Skor (NS)
      Untuk penilaian visual ini perlu dipersiapkan kartu untuk masing-masing ternak (sapi) yang akan dinilai, dimana dalam kartu telah dipersiapkan : jenis ternak, nomor ternak, nama-nama bagian tubuh, nilai maksimal, nilai bobot, nilai yang diperoleh dan nilai akhir.
      Ada tiga jenis kartu tergantung tujuannya antara lain :
1)      kartu untuk pejantan,
2)      kartu untuk induk dan
3)      kartu untuk bakalan atau hasil penggemukan
Pada kartu (1) dan (2) bagian tubuh yang paling ditekankan adalah bagian-bagian yang berkaitkan dengan produksi dan reproduksi, sedangkan pada kartu (3) adalah bagian produksi termasuk nilai karkasnya.








BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan pada Senin, 7 Januari 2012. Bertempat di Balai Pembibitan Ternak Unggul Bali ( BPTU Bali , desa Pulukan, Kabupaten Negara, Bali.
3.2 Alat dan bahan
­   Ternak sapi
­   Kandang fiksasi
­   Tongkat ukur
­   Pita ukur
­   Timbangan digital
­   Alat tulis ( buku, pulpen )
3.3 Materi dan metode
Ternak sapi merupakan salah satu ternak besar yang menjadi salah satu sumber daging terbesar selain ternak lainnya. Dalam usaha mengembangan ternak sapi, diperlukan suatu sistem yang baik, salah satunya yang dilakuakan di BPTU sapi Bali. Untuk mengetahui perkembangan dari masing – masing ternak sapi, pengukuran terhadap panjang badan, berat badan, lingkar dada, tinggi gumba, dan lain – lainnya sangatlah penting. Dalam ilmu penilikan ternak beberapa hal tersebut juga sangat penting untuk dilakukan. Hal ini berhubungan dengan penjurian yang akan dilakukan dalam sebuah kontes ternak. Karena secara mendasar yang harus dikuasai dalam ilmu tilik ternak adalah bisa memberikan nilai berupa skor terhadap ternak. Baik dilihat secara obyektif maupun subyektif.
Ada beberapa tindakan yang dilakukan dalam usaha penilikan ternak pada praktikum kali ini, seperti :
*      Pemilihan ternak jantan yang akan ditilik ( digunakan 5 ternak sapi jantan ).
*      Ternak yang akan ditilik kemudian ditempatkan pada kanding fiksasi.
*      Ternak yang sudah pada posisi siap untuk ditilik, kemudian ditimbang berat badannya, diukur pabjang badannya, lingkar dadanya, dan tinggi gumbanya.
*      Untuk mengukur umur sapi, dilihat gigi sapi.
*      Untuk penilikan secarra objektif, sapi jantan kenudian ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing – masing mahasiswa melaukan pnenilaian secara objektif terhadap sapi jantan berdasarkan atas apa yang dilihatnya.















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

*      Konversi data hasil praktikum :

Variable yang diukur
Sapi 1
Sapi 2
Sapi 3
Sapi 4
Sapi 5
x
1        NS visual
Ø  Benson
Ø  Earvin
Ø  Septi
Ø  Citra
Ø  Ardi

54
47
62
54
68

59
56
63
61
67

62
58
66
53
62

61
53
68
59
66

57
60
67
66
65


Rata – rata NS Visual


57
 
 61,2
 
60,2
  
61,4

63

2        Dimensi tubuh luar :
a)      Umur ( th )
b)      Lingkar dada ( m )
c)      Tinggi gumba( m )
d)     Panjang badan( m)
e)      Berat badan ( kg )

      1,5
134
108
  107,5
  169,9

      1,5
138
110
111
  169,5

      1,5
148
112
  111,5
  169,0

      1,5
144
111
102
  162,5

      1,5
139
  116,5
  103,5
  172,5

1,5
140,6
111,5
107,1
168,5


*      Nilai akhir
a.       Sapi 1
Nomor sapi      : 0537/11
Nilai akhir       : 57 + 134 + 108 + 107,5 + 169,9
                        : 576,4

b.      Sapi 2
Nomor sapi      : 0516/11
Nilai akhir       : 61,2 + 138 + 110 + 111 + 169,5
                        : 589,7

c.       Sapi 3
Nomor sapi      : 0522/11
Nilai akhir       : 60,2 + 148 + 112 + 111,5 + 169,0
                        : 600,7

d.      Sapi 4
Nomor sapi      : xxxx/11
Nilai akhir       : 61,4 + 114 + 111 + 102 + 162,5
                        : 580,9

e.       Sapi 5
Nomor sapi      : xxxx/11
Nilai akhir       : 63 + 139 + 116,5 + 103,5 + 172,5
                        : 594,5

*     
Y =


Penghitungan bobot ( Y ) badan berdasarkan hubungan panjang badan ( P ) dan lingkar dada ( L ).
Rumus  sapi Bali jantan          :          

a.     Sapi 1
         107,5 x ( 134 )2
Y         =
                                                               11045
                                                = 174,76 kg
                                                           
b.     Sapi 2
         111 x ( 138 )2
Y         =
                                                               11045
                                                =   191,4 kg
c.     Sapi 3
         111,5 x ( 148 )2
Y         =
                                                               11045
                                                =  221,1 kg
d.    Sapi 4
         102 x ( 144 )2
Y         =
                                                               11045
                                                = 191,5 kg
e.     Sapi 5
         103,5 x ( 139 )2
Y         =
                                                               11045
                                                = 181,05 kg
*      Pembahasan
Dari hasil konversi data yang sudah diambil dilapangan, baik data subyektih maupun obyektih didapatkan hasil sebagai berikut :

No
Sapi 1
Sapi 2
Sapi 3
Sapi 4
Sapi 5
Nilai akhir
576,4
589,7
600,7
580,9
594,5
Ranking
V
III
I
IV
II

            Hasil perhitungan nilai akhir dan perankingan dari tabel diatas menunjukan bahwa sapi 3 sebagai juara I, sapi 5 sebagai juara II, sapi 2 sebagai juara III, sapi 4 sebagai juara IV dan sapi 1 sebagai juara V. Jadi, sapi 3 dengan nomor sapi 0522/11 sebagai juara 1 dalam proses penilaian yang dilakukan oleh kelompok 1.
Y =


            Rata – rata umur sapi yang dijadikan sampel berumur 1,5 tahun. Selain dilihat dari nomor sapi, juga dilihat dari gigi sapi yang menunjukan bahwa sapi masih berada pada tahap I1 ( berumur sekitar 1,5 – 2 tahun ). Namun setelah dilakukan penghitungan berat badan berdasarkan pendugaan dengan melihat hubungan antara panjang sapi dengan lingkar dada sapi berdasarkan rumus Pak Djagra, yaitu :                                                 , terdapat sedikit kejanggalan hasil. Terdapat

Beberapa sapi yang memiliki bobot badan yang jauh dari perkiraan, seperti sapi 3 dengan bobot badan 162,5 kg berdasarkan perhitungan menggunakan timbangan digital. Setelah dihitung menggunakan rumus Pak Djagra ternyata bobot badan yang seharusnya adalah sebesar 221,1 kg. hal ini menunjukan bahwa terjadi ketidak sesuaian antara umur dan bobot badan sapi Bali jantan yang seharusnya. Hal ini mungkin saja bisa dikarenakan kekurangan pakan, manajemen yang kurang optimal ataupun yang lainnya.
           




BAB V
KESIMPULAN

1.      Rata – rata umur sapi yag dijadikan sampel berumur 1,5 tahun, ini dilihat dari gigi sapi yang baru I1.
2.      Hasil perhitungan nilai akhir dan perankingan menunjukan bahwa sapi 3 sebagai juara I, sapi 5 sebagai juara II, sapi 2 sebagai juara III, sapi 4 sebagai juara IV dan sapi 1 sebagai juara V.
3.      Adanya ketidak sesuain bobot badan berdasarkan perhitungan menggunakan timbangan digital dengan pendugaan bobot badan berdasarkan hubungan panjang badan dan lingkar dada.












DAFTAR PUSTAKA

Djagra, I.B.1994.”Ilmu Tilik Sapi Potong”. Denpasar.Lab Terbak Potong Fapet Unud.